Namun OKI lupa bahwa India-lah yang pertama pergi ke PBB terkait masalah Kashmir pada akhir tahun 1940-an. Pakistan-lah yang gagal mengimplementasikan resolusi DK PBB dengan tidak menarik pasukan dan milisinya dari bagian Kashmir yang diduduki. Pakistan adalah negara pertama yang menduduki Kashmir dengan menggunakan kekerasan. Akibatnya, penguasa Kashmir dan rakyatnya memutuskan secara hukum untuk bergabung dengan India pada tahun 1947.
ID tersebut juga mengangkat isu penghapusan Pasal 370 (otonomi khusus Kashmir) dari Konstitusi India dan kesalahan tembak rudal supersonik ke wilayah udara Pakistan pada tanggal 9 Maret 2022.
Deklarasi tersebut juga membuat referensi aneh terhadap Pakistan.
"Kami mengakui peran penting Pakistan sebagai jangkar stabilitas di Asia Selatan," katanya.
Banyak dari kalimat-kalimat tersebut merupakan propaganda utama Pakistan. Pakistan, sebuah negara di mana militer sepenuhnya mengontrol pemerintah dan diperintah oleh diktator militer selama lebih dari 30 tahun, selalu memproyeksikan dirinya sebagai pembela hak asasi manusia yang hebat dan pembela Umat.
Pakistan adalah ancaman besar bagi perdamaian dan stabilitas di Asia Selatan. Negara tersebut adalah tempat yang aman bagi semua teroris di dunia. Jutaan Muslim terbunuh di Asia Selatan karena tindakan kekerasan Pakistan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri India Arindam Bagchi segera mengecam Pakistan dan OKI dengan mengatakan bahwa referensi yang dibuat pada pertemuan OKI itu "berdasarkan kepalsuan dan representasi yang salah".
"Absurditas badan ini mengomentari perlakuan terhadap minoritas, yang juga pada contoh pelanggar hak asasi manusia berantai seperti Pakistan sangat jelas," kata Bagchi di New Delhi.
Imran juga mengatakan bahwa Barat "tidak menganggap serius OKI" karena "kami adalah rumah yang terbagi dan kekuatan-kekuatan itu mengetahuinya."
Ia tidak menyadari bahwa bahkan anggota OKI sendiri tidak menganggap serius Pakistan dan OKI.
Sementara pertemuan OKI sedang berlangsung, para pemimpin tinggi Mesir, Arab Saudi dan Israel bertemu di Mesir untuk meningkatkan hubungan di antara mereka. Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab, Bahrain, Mesir dan Maroko bertemu pada hari Senin (28 Maret) di Israel dengan rekan-rekan mereka dari Israel dan AS. Sementara Pakistan mengatakan Israel adalah musuh nomor satu dunia Muslim.