Orang biasanya berpikir bahwa jika suatu negara memiliki militer yang kuat dengan senjata nuklir, negara tersebut pasti akan menjadi negara yang sangat kaya.
Anggapan bahwa negara-negara dengan militer yang kuat adalah negara-negara kaya sangatlah salah. Korea Utara dan Pakistan merupakan contoh terbaik karena keduanya adalah kekuatan nuklir serta negara termiskin di Asia.
Kemiskinan, pengangguran, korupsi, buta huruf, pelanggaran hukum, radikalisme, terorisme, separatisme, inflasi yang tinggi dan banyak masalah lain ada di Pakistan. Sederhananya, sebutkan masalah apa pun, Pakistan memilikinya.
Jika kita bertanya kepada Perdana Menteri Pakistan Imran Khan atau Menteri Keuangan dan Perpajakan Federal Pakistan Shaukat Tarin, keduanya akan mengatakan semuanya baik-baik saja di Pakistan.
Menurut Menteri Keuangan dan Pendapatan Federal Pakistan Shaukat Tarin, Ekonomi Pakistan berada di jalur yang tepat untuk mencapai "pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan" tahun ini dan di masa depan.
"Saya masih berharap [tingkat pertumbuhan] bisa 5 persen. Bisa antara 4.5 persen hingga 5 persen selama tahun anggaran berjalan yang berakhir pada 30 Juni," kata Menkeu dalam wawancara dengan Bloomberg baru-baru ini.
Menurut Shaukat, ekspor meningkat, pengiriman uang meningkat dan pengumpulan pajak meningkat. Pemungutan pajak memang meningkat dari 32 persen menjadi 35 persen.
Ini adalah permainan angka. Namun kenyataan menunjukkan gambaran yang berbeda.
Pakistan, negara terpadat kelima, berada di ambang kebangkrutan. Tetapi beberapa orang Pakistan mengatakan negara mereka sudah bangkrut karena tidak dapat membayar pinjamannya.