Gangster China beroperasi di Kamboja, Laos, Vietnam, Indonesia, Thailand dan Filipina. Target utama mereka adalah orang China di daratan dan China perantauan di Taiwan, Singapura, Malaysia dan Hong Kong.
Dalam kasus Kamboja, gangster ini menganggap Kamboja sebagai negara bawahan China dan beroperasi secara bebas serta mereka memiliki penjara dan 50 penjaga keamanan.
Di Laos, kasus serupa juga terjadi. Perusahaan China merekrut banyak pekerja Laos, termasuk wanita, untuk bekerja di perkebunan pisang dan perjudian online. Perusahaan-perusahaan ini tidak membayar gaji yang dijanjikan. Mereka mengancam dan menyiksa pekerja yang menolak bekerja. Beberapa wanita Laos dijual ke rumah bordil online.
Di Indonesia, perusahaan China memperlakukan pekerja Indonesia sebagai budak. Itu terjadi pada tahun 2020. Perusahaan perikanan China merekrut nelayan Indonesia dan menjanjikan gaji $300 per bulan. Tetapi perusahaan China hanya membayar $300 per tahun. Itu jelas merupakan sebuah eksploitasi.
Menurut Menteri Luar Negeri Indonesia Retno LP Marsudi, 49 nelayan muda Indonesia dipaksa bekerja rata-rata di atas 18 jam sehari di kapal nelayan China.
Retno mengatakan, ada nelayan yang tidak dibayar sama sekali atau tidak menerima gaji yang dijanjikan. Pekerjaan yang berlebihan dan kondisi yang buruk di kapal penangkap ikan menyebabkan penyakit di kalangan nelayan Indonesia.
Yang paling kejam adalah tiga pekerja Indonesia tewas dan jasad mereka dibuang ke laut di Samudera Pasifik.
"Kami mengutuk perlakuan tidak manusiawi terhadap awak kapal kami yang bekerja di perusahaan perikanan China," lapor The Diplomat mengutip ucapan Retno pada bulan Mei 2020.
"Berdasarkan informasi dari kru, perusahaan telah melanggar hak asasi manusia."
Pertama, dibocorkan ke media di Korea Selatan oleh seorang nelayan Indonesia. Ia membeberkan perlakuan kejam dan soal gaji yang belum dibayar oleh perusahaan China. Stasiun NBC TV dari Korea Selatan juga menayangkan video yang memperlihatkan mayat seorang nelayan Indonesia yang dibuang ke laut di salah satu perahu. Ada empat kapal nelayan China yang memperlakukan nelayan Indonesia seperti budak.
Banyak pekerja yang sakit untuk waktu yang lama tetapi mereka tidak menerima perawatan medis yang layak.