"Pencemaran plastik laut merupakan masalah global dan merupakan masalah lintas batas yang membutuhkan tindakan kolaboratif," kata Vong Sok, Kepala Divisi Lingkungan Sekretariat ASEAN, dalam sambutan pengukuhannya di final kontes video pemuda ASEAN di Jakarta, Jumat (8 Oktober).Â
Kontes ini diselenggarakan bersama oleh CSEAS dan Institut Penelitian Air Norwegia (NIVA) untuk meningkatkan kesadaran tentang polusi plastik laut di kalangan pemuda ASEAN dan mendidik mereka tentang cara menggunakan platform digital untuk mengekspresikan ide-ide kreatif dan inovatif mereka tentang pengurangan polusi plastik.
Mengusung tema "Reducing Plastic Pollution toward Sustainable Lifestyle", kontes ini juga bertujuan untuk mendukung ASEAN Regional Action Plan untuk memerangi sampah laut di negara-negara anggota ASEAN.
"Sekretariat ASEAN sangat senang dengan acara ini karena kontribusi dari ASEAN Regional Action Plan on Combating Marine Debris dan peran pemuda sangat dibutuhkan untuk mencari solusinya," kata Vong.
Â
Mengapa ASEAN?
Menurut Trisha Dantiani, kontestan dari Universitas Indonesia, China, Indonesia, Thailand, Vietnam dan Filipina merupakan penyumbang tunggal 57 persen sampah plastik di lautan di seluruh dunia. Empat negara dari lima pencemar terbesar di dunia berasal dari Asia Tenggara.
Indonesia merupakan produsen sampah plastik laut terbesar kedua di dunia setelah China. Ini adalah situasi yang mengkhawatirkan.
Dalam upaya membantu negara-negara anggota ASEAN memerangi polusi plastik, Norwegia, sebuah negara Nordik kecil tetapi sangat berpengaruh dalam memerangi polusi plastik laut, bekerja sama sepenuhnya dengan ASEAN untuk mencapai tujuan perubahan iklim ASEAN.
"Keberlanjutan laut dan kesehatan laut adalah salah satu prioritas kebijakan utama Norwegia dan juga komponen kunci dalam kerja sama kami dengan ASEAN," Valentin Musungwa, sekretaris kedua di Kedutaan Besar Kerajaan Norwegia di Jakarta, mengatakan pada acara tersebut.