Â
Veeramalla Anjaiah
Wartawan Senior
Â
Switzerland, sebuah Negara yang menjadi pusatnya industri keju dan cokelat, memang jauh dari Indonesia, ekonomi terbesar di Asia Tenggara, tapi kedua negara saat ini sedang memperdalam hubungan bilateral mereka dan ingin membangun kerjasama yang kuat dengan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA) di bawah bendera Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA).
Â
Ini jelas terlihat dari kunjungan yang dilakukan beberapa waktu lalu oleh anggota (Councillor) Dewan Federal Swiss dan Menteri Hubungan Ekonomi, Pendidikan dan Riset Johann N. Schneider-Ammann. Ia memang sudah tidak menjabat sebagai presiden Swiss, tapi ia diperlakukan oleh tamu-tamu Indonesia-nya selayaknya pemimpin negara, berkat hubungan baik antara pimipinan-pimpinan Swiss dan Indonesia.
 Schneider-Ammann, mantan presiden Konfederasi Swiss pada tahun 2016, tiba di Jakarta pada tanggal 12 Juli dalam kunjungan resminya selama tiga hari ke Indonesia untuk meningkatkan hubungan antara Swiss dan Indonesia.
Â
Presiden Joko "Jokowi" Widodo menyambut khusus menteri Swiss dan rombongannya di Istana Presiden di Bogor, Jawa Barat, pada tanggal 14 Juli.
Â
"Swiss adalah negara yang menjadi potensi besar untuk Indonesia. Contoh nyatanya paling baik adalah hubungan (dagang) bilateral Swiss-Indonesia telah meningkat mencapai 283 persen dalam tiga tahun terakhir," ujar Sekretaris Kabinet Pramono Anung kepada wartawan setelah pertemuan di Bogor.
Â
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun lalu perdagangan bilateral antara Indonesia dengan Swiss mencapai hampir 3 milyar dolar AS. Ini merupakan loncatan besar dari 598.62 juta  dolar AS di tahun 2012. Indonesia menikmati keuntungan perdagangan besar sejumlah 1.36 milyar dolar AS dengan Swiss di tahun 2016.
Â
Swiss juga merupakan salah satu investor terbesar di Indonesia. Misalnya tahun lalu, perusahaan-perusahaan Swiss, menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), menginvestasikan 346.7 juta dolar AS di Indonesia. Lebih dari 100 perusahaan besar Swiss beroperasi di Indonesia dan menyediakan ribuan pekerjaan bagi warga Indonesia.
Â
Dengan pendapat yang serupa, seorang diplomat senior Swiss menekankan pentingnya kunjungan tersebut.
Â
"Indonesia, anggota dari G20, adalah negara yang penting di Asia Tenggara. Jadi ini merupakan sebuah kunjungan yang sangat penting bagi kami," kata Duta Besar Swiss untuk Indonesia Yvonne Baumann.
Â
Â
Selain presiden Jokowi, Schneider-Ammann bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Pramono dan Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir dan mendiskusi tentang cara-cara untuk meningkatkan perdagangan dan investasi.
Â
Duta Besar Baumann, Ketua Swiss Global Enterprise Ruth Metzler-Arnold, anggota Parlemen Swiss Claude Begle, Ketua Kamar Dagang Swiss Asia Urs Lustenberger dan Ketua Direksi Unviersitas Sains Terapan dan Teknologi Prof. Crispino Bergamaschi ikut menemani Schneider-Ammann dalam semua pertemuan penting di atas.
Â
Pada tanggal 13 Juli, Schneider-Ammann, seorang lulusan teknik elektro dari lembaga pendidikan terkemuka yaitu ETH Zurich, juga menjadi pembicara di suatu seminar internasional mengenai peran taman sains dan teknologi dalam mendorong inovasi bersama Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Indonesia Muhammad Nasir di Jakarta.
Â
Menteri Swiss mengungkapkan kepada rekan-rekan Indonesianya mengenai ketertarikan kuat negaranya dalam membantu Indonesia di bidang pendidikan vokasi dan riset.
Dalam langkah konkrit untuk meningkatkan perdagangan dan investasi, Schneider-Ammann meresmikan kantor Pusat  Bisnis Swiss Indonesia pertama di Kedutaan Swiss di Jakarta.
Selama kunjungan Schneider-Ammann, pemerintah Swiss mengumumkan bahwa mereka akan memberikan sekitar 75 juta Swiss franc (RP 980 milyar) untuk kerjasama pengembangan ekonomi dengan Indonesia antara 2017 dan 2020.
Dengan populasi kecilnya yang berjumlah 8.45 juta orang, Swiss adalah negara sejahtera yang unggul dalam inovasi, sains dan teknologi, produksi berbasis pengetahuan dan pelayanan (services). Swiss adalah salah satu ekonomi yang paling kompetitif di dunia.
Tidak heran, Swiss, berdasarkan peringkat PDB Bank Dunia, memiliki PDB sebesar 660 milyar dolar AS (2016) atau PDB per kapita sebesar 80,214 dolar AS.
Â
Indonesia saat ini juga sedang melakukan negosiasi-negosiasi dengan para anggota Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA) untuk menyimpulkan CEPA. Swiss, Norwegia, Islandia dan Liechtenstein adalah anggota dari EFTA yang sudah berusia 57 tahun.
Â
Setelah menandatangani CEPA EFTA, seluruh hubungan, khususnya dalam perdagangan dan investasi, akan berubah. Swiss dan Indonesia dapat memanfaatkan potensi mereka yang sebenarnya dan membangun sebuah kerjasama yang baru dan lebih kuat.
Â
Â
Penulis adalah wartawan senior yang tinggal di Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H