Mohon tunggu...
Anita Theresia
Anita Theresia Mohon Tunggu... Civil Engineering. Entrepreneur. Author. -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

I'm a Civil Engineer. I'm an Entrepreneur. I'm an Author. I'm a Christian. I love to read books, and also I love to write books. a Member of Civil Engineering & Earthquake Engineering Association. www.instagram.com/anita_the9 https://m.facebook.com/anita.theresiatanuwidjaya?refid=7 www.twitter.com/anitatheresia91 www.anitatheresia41091.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sombong Vs Rendah Hati, Pilih yang Manakah?

13 Januari 2019   23:37 Diperbarui: 6 Juli 2021   07:42 1199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sombong Vs Rendah Hati (goodreads.com)

Sombong vs rendah hati merupakan sikap hidup sehari-hari yang perlu diwaspadai dan dijaga, mengapa?

Sebab orang yang sombong tipis bedanya dengan orang yang rendah hati. Bisa saja melalui ucapan dan tindakan kita yang sepertinya merendah, tetapi tanpa kita sadari kita telah menyombongkan diri. 

Misalnya, di depan khalayak ramai atau di tengah ibadah ucapan syukur kita bersaksi dan memberi sambutan yang menjelaskan semua keberhasilan anak-anak kita, menjelaskan semua keberhasilan usaha kita, menjelaskan semua kehebatan dan karier kita yang dibungkus dalam ibadah ucapan syukur. Tampaknya memang agak rohani tetapi esensinya sebenarnya adalah kesombongan diri.

Baca juga :Kesombongan Menghilangkan Kesempatan Berbuat Baik

1. KESOMBONGAN

Kesombongan terhadap orang lain terjadi ketika kita memposisikan diri kita lebih tinggi atau lebih hebat daripada orang lain. Sementara, orang yang rendah hati tetap memposisikan dirinya sebagai penerima anugerah Ilahi yang tidak sempurna dan lemah. Dia merasa memperoleh segala sesuatunya karena kasih karunia Allah bukan karena kegagahan dan kehebatannya.

Lukas 18:9-14 adalah perumpamaan yang diberikan oleh Tuhan Yesus tentang orang Farisi dan pemungut cukai. Suatu penggambaran yang kontras antara sikap sombong dan rendah hati. 

Seorang Farisi dengan sombongnya menyampaikan kehebatan dan kebenarannya kepada Allah dalam doanya, sementara seorang pemungut cukai yang merasa dirinya kotor, berdosa, memohon belas kasihan Allah untuk mengampuni dirinya yang berdosa. Bila orang Farisi itu membenarkan dirinya dihadapan Allah, pemungut cukai malah merasa penuh dosa dan berharap akan belas kasihan Allah. 

Ada sikap manusia yang merasa sudah benar dan tidak perlu lagi memperbaiki diri. Namun, ada pula manusia yang merasa kotor, butuh dirinya diperbaiki, butuh diampuni dan dibenarkan oleh Allah Bapa di Surga.

Baca juga : Peribahasa dalam Beberapa Bahasa tentang Kesombongan

Kesombongan itu sendiri ada banyak macamnya. Misalnya, sombong karena kekayaan, sombong karena ketampanan/kecantikan, sombong karena pengetahuan, merasa dirinya lebih pandai dari orang lain. 

Bahkan ada juga sombong dalam kemiskinan dan kekurangan. Kesombongan juga dapat terjadi dalam perkara-perkara rohani. Manusia cenderung menjadi sombong dan suka membanggakan diri sendiri, apalagi jika ia memiliki pangkat atau jabatan yang tinggi, kekayaan, uang, dan harta yang banyak. 

Sebagai orang benar yang bekerja untuk Tuhan, sebaiknya sedikitpun pujian atau sanjungan orang lain , tidak masuk ke dalam benak kita. Mengapa demikian?Karena segalanya adalah dari oleh dan untuk kemuliaan Bapa di sorga, sedangkan kita hanya sebagai alatNya, tidak layak mendapat pujian apapun, walau prestasi itu milik kita. 

Dasar kesombongan ini tidak hanya karena merasa posisi lebih tinggi dari orang lain, atau karena merasa memiliki sesuatu yang lebih dari orang lain, sebab orang yang tidak punya apa-apa juga bisa sombong. Penyebab sombong itu adalah sebuah karakter/ watak yang dari beberapa faktor bisa muncul ke permukaan. 

Salah satu dasar orang menjadi sombong juga karena selalu mengingat-ingat suatu pujian terhadap dirinya, atau barangkali merasa tersanjung yang berlebihan. Biasanya, ketika seseorang berada di atas puncak prestasinya, ia rawan akan kesombongan karena dipuji. 

Baca juga : Mengikis Kesombongan

Oleh karena itu, orang Kristen wajib menguasai diri sedemikian rupa, menjaga telinga supaya tidak selalu terngiang-ngiang suatu kalimat yang bersifat memuji atau menyanjung, baik datang dari orang lain maupun dari diri sendiri. Sebab, hal itu bisa membuat orang menjadi sombong.

Kesombongan adalah sifat dasar manusia yang telah jatuh. Dalam diri manusia yang telah jatuh tidak satupun yang memiliki kerendahan hati.Kesombongan yaitu selalu memandang diri sendiri lebih tinggi daripada yang lain, hal demikian akan menumbuhkan penghakiman.

Jika seseorang tidak mawas diri, kesombongan dirinya dapat berkembang semakin kuat dan semakin parah, karena didukung situasi lingkungan. 

Pada awalnya dia bisa saja merasa senang dipuji, merasa pujian itu amat nikmat di hatinya. Dengan terbiasa menerima pujian, tuntutan hatinya dapat berkembang menjadi ingin dihormati. 

Dia merasa perlu dihormati dan sikap orang menghormatinya begitu menyenangkan hatinya. Dia merasa sebagai seorang yang hebat dan disegani, yang memang harus dihormati. Ketika perasaan nikmat akan hormat yang diterima itu semakin meningkat, hatinya pun dapat berkembang lebih jauh lagi. Dia dapat merasa sebagai seorang yang dapat mengendalikan dan menguasai hidup banyak orang, dan dia merasa perlu disembah seperti iblis yang ingin disembah. 

2. RENDAH HATI

Seseorang yang selalu mengalah, belum tentu orang yang rendah hati, bila dalam mengalahnya itu ia dalam hatinya merasa lebih dari orang yang membantahnya. Itu hanya ciri orang yang memang tidak suka ribut atau orang yang tidak peduli. Kerendahan hati adalah kesadaran bahwa semua hal yang ada pada diri kita berasal dari Tuhan, dan untuk kemuliaan Tuhan. 

 1 Korintus 4:7 

"Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?"

Roma 11:36 

"Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!"

Orang yang rendah hati akan siap menerima teguran ketika ia melakukan kesalahan, berani mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Orang yang rendah hati memiliki kasih Allah yaitu tidak memegahkan diri dan tidak sombong (baca: 1 Korintus 13:4b) dan mudah mengampuni orang yang bersalah kepadanya (baca: Matius 6:14,15). 

Orang yang rendah hati memiliki kelemahlembutan sehingga ia mudah dibentuk oleh Allah. Seseorang dapat belajar menjadi rendah hati hanya dan bila ia menghidupkan Kristus untuk berhuni di dalam dirinya. Artinya, dalam hidupnya yang dimunculkan adalah pikiran dan perasaan Kristus. Jiwanya benar-benar rela dikuasai oleh Yesus Kristus. 

Tuhan Yesus memiliki sikap rendah hati yang sempurna, yang patut kita teladani. Ia telah mengosongkan diri-Nya sendiri dengan menanggalkan segala kekayaan, kemuliaan, kekuatan, kekuasaan, kebesaran, kehormatan, kemegahan yang dimilikiNya. 

Walaupun dalam rupa Allah, Ia tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan (baca: Filipi 2 : 6-8) agar kita juga senantiasa merendahkan diri dan taat kepada Allah Bapa. Karena sikap kerendahan hati-Nya yang luar biasa, Allah Bapa sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas nama. Dalam injil Yakobus 4:10 "Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu."

3. KESIMPULAN

Sikap sombong dan rendah hati menandakan kualitas hidup dalam Firman. Kita dapat memilih apakah ingin menjadi manusia sombong atau manusia rendah hati.

Hidup kita tidak hanya dinilai dengan uang atau angka. Ada yang lebih daripada itu. Dan itulah yang disebut "value" atau nilai kehidupan . 

Kasih, belas kasihan, kebaikan, keluhuran, pengertian, moral yang tinggi, visi dan impian -- impian kita, itulah bagian -- bagian dari "value" yang lebih dari harta. 

Kekristenan berisi dengan value/nilai surgawi. Memang di dalamnya ada berkat--berkat jasmani. Tetapi, hal tsb bukan yang utama dalam hidup. 

Jadi hidup kita tidaklah boleh bergantung atau dinilai dengan harta. Masih banyak yang lain yang harus kita nikmati dan perhatikan. Sehingga kita tidak menjadi manusia duniawi. Allah sangat menentang kesombongan. Oleh sebab itu, yuk sama-sama belajar untuk merendahkan diri kita, bersedia dinasihati dan mau memperbaiki diri ke arah yang jauh lebih baik lagi.

Demikian, Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin! :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun