Mohon tunggu...
Anita safitri
Anita safitri Mohon Tunggu... Perawat - Menulis adalah sebuah teraphi positif untuk setiap luka

Novelis Pecinta traveling Candu kopi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Memperingati Hari Kesehatan Dunia, Utamakan Preventif Sebelum Kuratif

10 Oktober 2020   07:00 Diperbarui: 10 Oktober 2020   07:34 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

WHO telah menentukan tema dalam memperingati hari kesehatan dunia yang tepat jatuh pada hari ini, Sabtu 10 Oktober 2020.

Kesehatan jiwa menjadi hal yang sangat krusial, mengingat dampak pandemi dan sekolah online pada seluruh pelajar maupun mahasiswa di penjuru dunia. Dampak yang paling mungkin adalah rawannya pelajar menjadi stress terhadap kebiasaan baru tersebut.

Sesuai dengan tema dunia, Indonesia juga menggaungkan tema yang sejalan dalam memperingati  hari kesehatan dunia tersebut. Adaptasi kebiasaan baru, menjadi mudah diterpakan namun memerlukan formula khusus jika itu menyangkut dengan pasien dengan gangguan mental.

Memaknai hari kesehatan jiwa ini, hemat saya akan lebih efesien ketika upaya preventif (pencegahan )lebih di utamakan dari pada kuratif ( pengobatan ). 

Beberpa hal penting yang bisa dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam upaya mngurangi jumlah penderita gangguan jiwa.

1. Menfungsikan kembali Puskesmas

Peran utama di dalam masyarakat dalam hal kesehatan adalah pelayanan kesehatan masyarakat yang sering di singkat dengan puskesmas. Pelayanan preventif sangat mungkin dilakukan terhadap segala penyakit yang terjadi di masyarakat dan bahkan dengan kesehatan jiwa. 

Dengan memfungsikan puskesmas sebagai fondasi dasar, diharapkan dapat mencegah angka gangguan mental yang mengakibatkan pasien harus di rawat di rumah sakit jiwa.

Puskesmas yang tersebar  di setiap kecamatan seluruh provinsi akan memudahkan, dengan penambahan  pelayanan konseling. Dalam hal ini pemerintahan juga harus menambahkan tenaga ahli di setiap puskesmas seperti :psiakter,  psikolog klinis, perawat jiwa ,konselor dan ini akan memiliki dampak yang sangat besar.

Karena terkait dengan penyebab dari gangguan mental itu sendiri sangat luas mencakup segala aspek yang ada baik aspek psikologis, ekonomi, sosial dan bahkan persoalan rumah tangga.

2. Adanya pelayanan konsultasi online 

Era digital ini telah mampu menyedot seluruh atensi masyarakat terhadap sajian media sosial. Sayangnya akhir-akhir ini kita terlalu terlena dengan aplikasi yang menghabiskan kouta dan bahkan paling kiuat menyedot baterai Gadget. 

Harusnya dengan kecanggihan teknologi dan banyaknya ahli IT di Indonesia, saatnya pemerintah meluncurkan sebuah aplikasi konsultasi online bersama tenaga ahli profesi. 

Manusia adalah makhluk yang unik, beda permasalahan tentu akan beda solusi yang dibutuhkan . Banyak dari masyarakat kita ketika memiliki masalah belum menemukan tempat yang tepat untuk menceritakan permasalahannya. 

Sehingga tidak tertutup kemungkinan permasalahan yang mereka hadapi membawa  pada hal yang negatif, tentu ini sangat disayangkan.

3. Adanya komunitas 

Mindset masyarakat kita terkait gangguan mental masih sangat memprihatinkan, hal ini terkait stigma yang melekat erat. Stigma ini tidak jarang menjadi gejala  kekambuhan bagi penderita gangguan jiwa dan kembali mendekam dalam kelamnya jeruji rumah sakit jiwa. 

Sudah sepatutnya pemerintah memikirkan tentang komunitas penderita bahkan komunitas keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan mental.

Norwegia adalah sebuah negara yang patut kita kagumi dalam hal mengayomi penderita gangguan jiwa. Pemerintahan Norwegia sangat antusias terhadap Program-program terkait pencegahan kekambuhan ataupun penderita baru.

4. Family gruping 

Selain penderita gangguan jiwa, keluarga merupakan hal penting yang menjadi ujung tombak dari kesembuhan dan atau relaps nya penderita gangguan mental tersebut.

Di pandang perlu supaya adanya pengelompokan keluarga berdasarkan kepentingan pencegahan dan pengobatan pasien jiwa. 

Selama ini keluarga selain mendapat stigma tidak wajar keluarga juga menjadi sasaran empuk bagi masyarakat sekitar ketika anggota keluarga mereka kambuh di lingkungan mereka.

Melalui moment memperingati kesehatan jiwa ini diharapkan pemerintah dan masyarakat dapat sama-sama menjadi pelopor pencegahan gangguan jiwa baik secara daerah maupun national.

Salam sehat jiwa untuk generasi yang lebih sehat.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun