Kebenaran filsafat inilah yang kemudian dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk banyak hal: seperti menghasilkan teori-teori, menjadi norma-norma dalam masyarakat, dan juga melakukan kritik terhadap aspek-aspek kehidupan yang dirasa perlu diubah karena tidak sesuai dengan perkembangan zaman.
BAB V mengenal metafisika.secara metafisika berarti sesdudah fisika (Bahasa Yunani). Dan seacra istilah berarti cabang filsafat yang membahas persoalan yang ada sebagai sesuatu yang ada (being qua being). Metafisika sebagai cabang pertama membahas persoalan hakikat realitas yang ada (being as being). Metafisika ini sangat penting karena menjadi langkah awal dalam memahami hakikat realitas yang mendasar dan dari pemahaman awal tentang realitas pendahuluan.
BAB VI mengenal epistemologi. Epistemology secara Bahasa dipahami sebagai kata,pikiran, percakapan tentang pengetahuan atau ilmu pengetahuan. Secara istilahnya dikenal dengan beberapa nama seperti kriteriologi (menetapkan benar tidaknya), Kritika pengetahuan (tinauan secara mendalam) gnoseologia (usaha untuk memperoleh hakikat pengetahuan), dan logika material.
Setelah kita membahas cabang filsafat yang pertama, sekarang kita membahas cabang filsafat yang kedua yaitu, epistemologi. Epistemology membahas persoalan bagaimana manusia dapat memperoleh pengetahuan dan bagaimana capaian pengetahuan manusia itu dapat dibenarkan.
Fungsi epistemology ialah sebagai landasan bagi tindakan manusia sehari-hari, pengembangan kearifan dalam berpengetahuan, hingga sebagai sarana untuk penyadaran bahwa didunia ini terdapat variasi kebenaran yang dimiliki manusia yang oleh karenanya manusia layak menjadi manusia yang sempurna (insan kamil). Epistemology juga membahas beberapa persoalan penting seperti membahas tentang objek pengetahuan manusia, klasifikasi pengetahuan, hingga kadar pengetahuan manusia.
BAB VII mengenal aksiologi. Aksiologi secara Bahasa dipahami sebagai teori tentang nilai atau rasionalitas nilai. Secara istilah, aksiologi dipahami sebagai cabang filsafat yang membahas persoalan nilai. Ada banyak pemahaman orang tentang nilai.
Bagi yang objektivitas berpendapat bahwa nilai itu ada dalam diri objek. Terserah apakah orang mau menyadari atau tidak. Bagi objektivisme nilai, penilai orang tidak penting. Sedangkan bagi subjektivisme berpandangan bahwa nilai itu tergantung pada subjek yang menilai.
Itulah sebabnya sekarang ini terdapat aliran relasionalisme aksiologis yang berpandangan bahwa nilai itu bersifat objektif sekaligus subjektif. Ada kualitas primer, skunder, dan tersier yang dimiliki oleh sebuah objek.
Dalam pembahasan aksiologi, selain membahas tentang hakikat nilai adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari persoalan aksiologi yaitu tentang etika dan estetika. Karena pembahasan tentang dua hal itu sangat luas, seringkali pembahasan tentang keduanya berdiri sendiri-sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H