Kemudian corak khas dalam peradaban islam ditandai dengan kreatifnya umat islam dalam mengadaptasi tradisi-tradisi pemikiran lain. Mencermati yang dijelaskan Watt perihal internasionalisasi islam, dengan sangat jelas dapat dikatakan jika persepektif yang digunakannya adalah paradigma kolonialisme dan imperialisme seperti yang dilakukan oleh Barat.
Kemudian saat umat islam telah berada dibawah satu bendera (merdeka) maka tentunya tidak ada lagi peperangan diantara mereka, mau tidak mau 'bakat alam' harus disalurkan dalam bentuk lain. Nah, logika inilah yang sama persis dengan logika yang dipakai oleh para imperialism Barat Modern. Hal ini pada sejarahnya telah menimbulkan apa yang kita kenal sebagai kolonialisasi dan imperialisasi.
Datangnya islam dikalangan masyarakat arab menjadi sebuah fenomena baru. Dimana ajaran ini dibawa oleh Nabi Muhammad dan telah mampu mengubah orientasi kehidupan masyarakat arab yang tribalistik menuju kea rah sebuah confideration of tribe yang pada titik tertentu telah berperan secara signifikan dalam perkembangan intelektual di awal penyebaran islam.
Kemudian prinsip-prinsip alquran telah memperkenalkan kepada manusia tentang sebuah konsep realitas yang mengutamakan persaudaraan atas iman dan membentuk pribadi yang jujur, rendah hati, dan mampu mengendalikan hawa nafsu. Dan dengan realitas seperti inilah yang membawa kemajuan luar biasa dalam peradabannya.
Berkembangnya filsafat sebagai sebuah tradisi pemikiran secara embrionik sudah dapat ditelusuri sejak keberadaan islam pada masa Nabi saw. Alquran sangat menegaskan pentingnya kehidupan intelektual serta menggunakan bentuk-bentuk rasionalitas tertentu.
Filsafat sebagai sebuah disiplin berkembang pada masa Bani Abbasiyah yang dipengaruhi oleh tradisi pemikiran Yunani. Meskipun filsafat islam terpengaruh dari pemikiran Yunani dan Helenisme, bukan berarti filsafat islam adalah pengulangan pemikiran filsafat sebelumnya.
BAB IV membahas tentang pohon filsafat. Pada bagian ini kita akan membahas hal lain yang berkaitan dengan filsafat. Untuk memudahkan pemahaman, penulis mengibaratkan sebuah pohon. Sebagai sebuah pohon, ia tentu memiliki akar, batang, cabang, daun dan buah.
Akar digunakan sebagai sebuah ilustrasi tentang asal mula filsafat atau apa hal-hal yang menjadi pangkal tolok orang berfilsafat. Sedangkan batang sebagai sebuah gambaran untuk menjelaskan tentang pokok bahasan utama dalam filsafat yang didalamnya kemudian melahirkan beragam sub pembahasan atau cabang-cabang pohon, dan dari cabang-cabang pohon itulah terdapat ranting yang menggambarkan sub-sub pembahasan. Sedangkan buah, menggambarkan tujuan akhir dari berfilsafat yaitu kebenaran dan manfaat praktisnya.
Apa yang membuat manusia berfilsafat? Darimana ia berpangkal? Itulah pertanyaan pokok yang diilustrasikan sebagai akar dalam pohon filsafat. Rapar (1996: 16) menyatakan bahwa terdapat empat hal yang merangsang manusia berfilsafat, yaitu: ketakjuban, ketidakpuasan, Hasrat bertanya, dan keraguan.
Batang filsafat menjadi simbol apa yang menjadi penopang utama dalam filsafat. Berfilasafat pada hakikatnya adalah berpikir. Karena itu, batang ini menjadi simbul bahwa pembahasan tentang "berpikir" menjadi hal yang penting dalam filsafat. Cabang dan ranting filsafat menggambarkan pembahasan-pembahasan pokok yang ada dalam filsafat.
Ada tiga inti cabang filsafat yaitu: metafisika, epistemology, dan aksiologi. Kemudian buah filsafat menjadi simbol dari inti pokok tujuan filsafat yaitu untuk meraih kebenaran yang sesungguhnya.