“Syukur bu, aku senang sekali. Didalam terdengar beberapa tepukan tangan dan sepertinya aku mendengar seseorang yang menangis tersedu-sedu.” jawab Allysa.
“Mungkin orang yang menangis itu terharu mendengar suara dan musikmu yang merdu nak.”
Setelah beberapa hari menunggu, akhirnya pengumuman beasiswa pun datang. Saat itu kebetulan Ibunya Allysa baru saja pulang mengajar les privat disalah satu rumah. Ketika itu langsung saja Ibunya ke tempat penerimaan beasiswa untuk melihat pengumuman karena arahnya pun tak jauh dari sana. Pengumuman tersebut ditempel disebuah mading. Hanya ada 50 orang yang diterima dari ratusan peserta. Hati Ibunya begitu bahagia ketika nama Allysa ada didalam 50 orang peserta yang diterima. Ketika sampai rumah, Ibunya tidak memberikan kabar bahagia tersebut. Namun Ibunya akan memberi Allysa kejutan. Sebuah kejutan yang paling berharga dihidup Allysa.
***
Dibukanya lilitan perban yang ada disekitar kepala Allysa. Terdengar suara dokter yang berkata.
“Silakan boleh dibuka matanya.”
Allysa melihat setitik cahaya. Namun semakin dia membuka matanya, cahaya itu semakin lebar dan terlihatlah sesosok bidadari namun tanpa sayap.
“Ibu? Ini Ibuku?”
“Iya nak, ini Ibumu. Sekarang kamu sudah bisa melihat.” Ibunya tersenyum sambil menitikan air mata dan langsung memeluk Allysa.