Mohon tunggu...
Anita Agriani
Anita Agriani Mohon Tunggu... -

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Lihat dari Sampul

12 April 2016   07:45 Diperbarui: 12 April 2016   08:13 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Lalu bedanya dengan pesawat itu apa? Kan sama-sama bisa terbang.” tanya lagi Allysa.

“Kalau pesawat itu benda mati, hanya saja didalamnya memiliki mesin dan ada manusia yang mengoperasikan yang disebut pilot sehingga bisa terbang.” jawab Ibu dengan lembut.

Setiap hari Ibunya selalu mengajar Allysa dengan penuh rasa sabar. Terkadang Ibunya pun pernah merasa sulit untuk menggambarkan suatu benda yang tak bisa Allysa raba. Namun ternyata Allysa memiliki imajinasi yang kuat dan pikirannya pun pandai dan kritis.

Beberapa hari kemudian, Allysa diajak Ibunya untuk mengikuti les alat musik  disalah satu tempat les, karena Ibunya ingin Allysa bisa bermain alat musik dengan profesional. Begitupun dengan kemauannya Allysa. Saat itu Allysa memang belum bisa memainkan gitar akustiknya, karena tak ada yang bisa mengajarkannya.

“Mohon maaf bu, saya tidak sanggup mengajar anak ibu. Karena cukup sulit untuk mengajarkan anak yang memiliki kebutuhan khusus. Mungkin ibu bisa cari tempat les lain saja.” kata guru les.

Mendengar perbincangan guru les tersebut dengan Ibunya, Allysa merasa kecewa, sakit hati dan sedih.

***

15 tahun kemudian…

Disebuah Café dengan diiringi musik jazz serta suara tepuk tangan pengunjung yang ramai. Ibunya Allysa sedang duduk sambil menikmati musik yang merdu. Dia duduk bersebelahan dengan seorang pria salah satu pengunjung café.

“Main musiknya keren ya bu. Udah cantik, main gitarnya jago, suaranya bagus, tapi sayangnya dia gak bisa lihat.” kata pria itu.

“Iya, tapi setidaknya dia merasa senang bisa mendengar suara tepuk tangan yang ramai pertanda musiknya diapresiasi.” jawab Ibunya sambil tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun