Mohon tunggu...
Anis Wilhelmina
Anis Wilhelmina Mohon Tunggu... Guru - MAHASISWA MAGISTER PENDIDIKAN GEOGRAFI

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya-upaya Menyikapi Tuntutan Kurikulum Geografi di Abad 21

17 Juli 2021   23:06 Diperbarui: 17 Juli 2021   23:07 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Menyikapi Tuntutan Kurikulum Geografi di Abad 21 melalui upaya peningkatan skill dan kemampuan Teknik Pembelajaran Bauran Berbasis Kasus (Case-Based Blended Learning) dan Pembelajaran Bauran Berbasis Proyek (Project-Based Blended Learning) yang berpusat pada mahasiswa.

 

Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi yang pesat dalam segala segi kehidupan telah menandai dimulainya abad 21. Melalui perkembangan teknologi, dunia saling terhubung melampaui sekat-sekat geografis sehingga dunia menjadi tanpa batas. Dengan semakin menyempitnya dan meleburnya faktor "ruang dan waktu" menjadi bukti bahwa konteks pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi telah memasuki segala aspek kehidupan manusia yang berdampak pada terjadinya perubahan kualifikasi dan kompetensi sumber daya manusia. Tidak hanya itu, hal tersebut berimplikasi pada berbagai resiko dan ketidakpastian yang harus dihadapi oleh peserta didik dimana kehidupan dunia yang dihadapi peserta didik saat ini berbeda dan jauh lebih kompleks dibanding zaman sebelumnya sehingga hal tersebut menuntut peserta didik untuk belajar lebih banyak dan proaktif terhadap berbagai perubahan agar mampu mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan global.

Tantangan pendidikan dalam mempersiapkan hal tersebut diantaranya yaitu bagaimana menciptakan sumberdaya berkualitas yang mampu ikut membangun tatanan sosial dan ekonomi melalui pengembangan kurikulum yang sesuai dengan tuntutan kompetensi abad 21.

Dengan memahami kurikulum pendidik dapat memilih dan menentukan tujuan   pembelajaran, metode, tehnik, media dan alat evaluasi pengajaran yang sesuai dan tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Konsep pengembangan pembelajaran abad 21 tidak cukup pada aspek pengetahuan saja, sehingga dilengkapi dengan keterampilan-keterampilan sebagai berikut:

Pembelajaran dan keterampilan inovatif seperti berpikir kritis dan pemecahan masalah, kreativitas dan inovasi, komunikasi, dan kolaborasi.

Keterampilan hidup dan karir meliputi kemampuan dalam hal fleksibilitas dan adaptif, berinisiatif dan mandiri, keterampilan sosial dan budaya, produktif dan akuntabel, kepemimpinan dan tanggung jawab.

Keterampilan informasi, media dan teknologi artinya peserta didik harus peka terhadap informasi, media, dan TIK

Pembelajaran saat ini lebih memberi kesempatan kepada mahasiwa untuk berpikir aktif. Pembelajaran tersebut memerlukan sebuah inovasi pembelajaran yang mampu mendorong mahasiswa membangun pengetahuan mereka sendiri. Oleh karena itu, perlu menciptakan kegiatan pembelajaran yang dapat mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata melalui proses berpikir aktif mahasiswa.

mahasiswa harus mencari, mengkaji, merumuskan sendiri pengetahuan yang harus dikuasai, sehingga pada akhirnya harus menguasai kompetensi yang harus dimilikinya (Khaerudin, 2011). Oleh karena itu, guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang tepat dengan menciptakan pembelajaran yang kondusif.

Perkembangan pembelajaran saat ini sudah mengalami kemajuan. Hal ini berdasarkan fakta bahwa teknologi informasi dan komunikasi dalam perkembangannya telah memengaruhi dunia pendidikan. Semakin terasa sejalan dengan adanya pergeseran pola pembelajaran dari tatap muka ke arah pendidikan yang lebih terbuka dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai media pembelajaran (relationship) dan memenuhi kebutuhan mereka terhadap informasi yang hampir tanpa batas. Maka muncul inovasi berupa model pembelajaran berbasis teknologi. Perkembangan teknologi tersebut dapat dimanfaatkan mahasiswa secara maksimal dalam proses pembelajaran terutama dalam implementasi pembelajaran berbasis masalah. Literasi teknologi saat ini dapat dilihat dengan munculnya blended learning sebagai bagian dari proses pembelajaran. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (2010) blended learning menggabungkan pembelajaran tatap muka dan pemanfaatan sumber daya jaringan internet sebagai suplemen pembelajaran. Penggunaan metode ini tergolong baru dalam dunia pendidikan.

Mengingat pada masa pandemi covid-19 saat ini, segala aspek pendidikan telat dialihkan dengan sistem daring (pembelajaran jarak jauh) demi menekan penyebaran virus covid-19. Maka model blended learning sebagai alternatif pembelajaran pada masa pandemi covid-19.

Dengan adanya tuntutan kurikulum pada abad 21 ini sehingga membuat adanya keterampilan Teknik pembelajaran pembauran, Teknik Pembelajaran Bauran (Pembauran) yang berpusat pada mahasiswa (Learner-Centred Blended Learning), meliputi:

Pembelajaran Bauran Berbasis Kasus (Case-Based Blended Learning)

Pembelajaran Bauran Berbasis Proyek (Project- Based Blended Learning)

Blended learning merupakan proses pembelajaran yang memanfaatkan macam-macam pendekatan, Pendekatan yang dilakukan dapat memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi. Unsur-Unsur pembelajaran berbasis blended learning mengkombinasikan antara tatap muka dan e-learning yang memiliki 6 (enam) unsur yaitu: tatap muka, belajar mandiri, aplikasi, tutorial, kerjasama, dan evaluasi.

Pembelajaran menggunakan blended learning berlangsung lebih bermakna karena materi pembelajaran yang disediakan dirancang sedemikian rupa sehingga mahasiswa lebih mudah memahaminya (Sandi, 2012). Pelaksanaan blended learning tidak hanya pada proses tatap muka, tetapi juga saat kegiatan di luar tatap muka yang terdapat akses internet. Hal ini memberi keuntungan bagi mahasiswa untuk mengulang ataupun bertanya tentang materi yang belum jelas.

Model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik adalah pembelajaran berbasis proyek atau project-based learning sehingga dengan kemampuan berpikir kreatif peserta didik dapat lancar dan luwes (fleksibel) dalam berpikir, mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang dan mampu melahirkan banyak gagasan (Ratnasari, et al., 2017). Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas) dan orisinalistas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan (Yahya, 2013).

Sejalan dengan pembelajaran berbasis masalah dengan blended learning, berpikir kritis dalam pembelajaran sangat diperlukan untuk memperoleh dan mengolah informasi secara tepat dari berbagai sumber. Apabila mahasiswa tidak dibekali dengan kemampuan berpikir kritis, maka mereka tidak mampu mengolah, menilai dan mengambil informasi yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan di lingkungannya. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah penting dalam semua mata pelajaran.

Kemampuan berpikir kritis dapat muncul dari serangkaian proses memecahkan masalah yang dikemas menjadi pembelajaran berbasis masalah. Selain itu, berpikir kritis dapat dipadukan dengan kemampuan memanfaatkan teknologi untuk mengakses, memanipulasi, menciptakan, menganalisis, memanajemen, menceritakan dan mengkomunikasikan suatu informasi.

Menurut Trilling dan Fadel (2009) kemampuan berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki mahasiswa pada abad 21. Kolaborasi yang sedemikian rupa akan sangat menguntungkan jika digunakan pada pembelajaran saat ini. Selain kemampuan bernalar mahasiswa berkembang, juga sekaligus perkembangan teknologi dapat mendukung aktivitas pembelajaran mahasiswa menjadi lebih baik.

Kemampuan berpikir kritis juga menjadi salah satu tuntutan dalam pendidikan terkini.  Hal ini tersirat dalam Permendikbud nomor 69 tahun 2013 terhadap kualitas pendidikan Indonesia yakni adanya perubahan pola pembelajaran dari pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif mencari. Pembelajaran aktif mencari artinya mahasiswa membangun pemahaman berdasarkan pengalaman dan menghubungkannya dengan konsep baru secara mandiri. Pembelajaran dengan mahasiswa aktif mencari semakin diperkuat dengan penerapan pendekatan sains. Pendekatan tersebut lebih menonjolkan kegiatan pengungkapan dan berbasis pemecahan masalah.

SUMBER :

Alfi, C., Sumarmi, & Amirudin, A. (2016). Pengaruh Pembelajaran Geografi Berbasis Masalah dengan Blended Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Jurnal Pendidikan, 597-602.

Diah Rusmala Dewi. (2019). Pengembangan Kurikulum Di Indonesia Dalam Menghadapi Tuntutan Abad Ke-21

Riski Ayu Candraa, Agung Tri Prasetyab, dan Ratni Hartatic. (2019). Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Melalui Penerapan Blended Project-Based Learning

Mukminan. (2014). Kurikulum 2013, Posisi Matapelajaran Geografi, dan Inovasi Pembelajaran Geografi Tingkat SMP dan SMA dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun