Mohon tunggu...
Anistia Patma
Anistia Patma Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis yang suka masak dan foto-foto.

Suka menulis sejak mulai bisa menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cerita untuk Anak] Najwa dan Para Pengamen Cilik

18 Januari 2020   07:00 Diperbarui: 18 Januari 2020   08:36 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi untunglah, bis yang dinaiki Najwa langsung berangkat begitu ia duduk. Mungkin mengerti dengan keadaannya. Tidak berapa lama, seorang pengamen berusia sekitar 10 sampai 13 tahun maju ke depan bis. Tapi bukan pengamen yang kemarin. Tapi entah kenapa Najwa sadar, lagu yang dinyanyikan mirip dengan pengamen yang kemarin.

Sama seperti kemarin, setelah selesai menghampiri semua penumpang, pengamen cilik itu duduk di deret kursi paling belakang, deret kursi favourit Najwa, mulai menghitung uangnya.

“Ngamen sekarang dapetnya sedikit. Banyak saingannya. Tapi enakan ngamen dibanding sekolah. Ngamen mah dapet duit, sekolah mah ngabisin duit. Padahal orang tua saya sakit-sakitan, jadi gak bisa cari uang,”ceritanya entah kepada siapa, namun hanya Najwa yang berada di deretan kursi itu.

Najwa sedikit tersinggung. Ia sedang memakai baju sekolah sekarang.

“Yah karena itu, saya harus cari uang buat orang tua saya. Buat adik saya, buat makan kita. Kalau gak siapa lagi yang nyari,”lanjutnya sambil menengok ke arah Najwa. Ada guratan kesedihan di mata pengamen cilik itu.

“Semangat ya dek,”ujar Najwa  dengan suara pelan namun benar-benar bersemangat.

***

Lama sekali bis yang menuju ke kotanya datang. Rasanya sudah berjam-jam dia menunggu di halte sekolahnya, namun tak satupun bus yang ia maksud lewat. Membuat Najwa dengan emosi berikrar dalam hati, kalau ada bus yang dateng harus naik apapun keadaanya. Najwa bersekolah di kota tetangga, disebabkan tak ada sekolah kejuruan yang ingin ditujunya di kotanya.

Mungkin ikrarnya makbul, tak sampai lima menit bus yang ditunggunya datang. Najwa bergegas naik. Dan ia kaget, karena bus sudah dalam keadaan penuh. Terpaksa ia harus duduk di undakan bus jika ingin tetap duduk. Sedikit menyesal ia tadi berikrar. Namun ia hanya bisa pasrah. Dengan tas tenteng tambahan yang berisi beberapa boneka yang tadi diberikan teman-temannya, Najwa benar-benar kerepotan dengan posisinya sekarang.

Seorang pengamen tengah bernyanyi saat Najwa naik tadi. Pengamen cilik berusia belasan tahun seusia adiknya. Mungkin masih seumuran dengan pengamen cilik yang kemaren-kemaren Najwa temui.

Sambil menikmati pemandangan yang disajikan kaca depan mobil, Najwa mendengarkan nyanyian pengamen itu. Masih saja lagu yang mirip-mirip dengan yang kemaren.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun