“Benarkah? Lantas kenapa aku tak pernah ingat?”
Ibu bergeser duduk di sampingku dan memegang tanganku. “Mo tidak menghilang seperti yang kamu kira selama ini Poe, begitu juga Dane.”
“Mo dan Dane? Apa maksud ibu Dane juga pergi?”
“Sudah lebih dari dua tahun sejak malam itu. Mo pergi untuk bertemu dengan Dane.”
“Mo bertemu Dane? Untuk apa bu?”
Ibu diam. Jarinya mengetuk-ngetuk ke meja, seakan sedang menahan sesuatu. Hal itu membuatku tidak sabar.
“Untuk apa bu memangnya?”
“Ibu bahkan tidak ingin bicara tentang hal ini Poe, percayalah.”
“Kenapa bu? Beritahu aku, aku ingin mendengarnya.” desakku.
“Karena diam-diam mereka punya hubungan.”
Dalam satu tarikan napas, kalimat itu meluncur. Tanpa jeda, namun aku bisa menangkap semua kata-kata itu dengan jelas.