Mata itu. Aku paham sekarang. Dia menyembunyikannya sekian lama ini. Aku yakin dia tahu hal itu bahkan mungkin sebelum aku tahu. Tapi apa alasannya?
"Jadi kenapa?" tanyaku lirih.
"Tidak apa-apa Rasti, kami baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir," balasnya dengan senyum sedikit terpaksa.
"Mas Ardi selingkuh, Mbak bilang gak apa-apa?" bentakku.
Aku. Siapa aku? Benar, tak seharusnya aku ikut campur urusan rumah tangga mereka. Tapi aku tidak terima. Mbak Riana terlalu baik untuk disakiti. Dan Mas Ardi, dia lelaki yang sekian lama ini kuanggap lelaki paling baik di dunia ini setelah ayah. Lalu kenapa?
"Rasti ...."
"Mas Ardi ...."
Ah, apa-apaan ini? Wanita itu, wanita itu berani benar datang ke rumah ini.
"Kenapa kamu bisa di sini Rasti?" tanyanya tanpa sedikit pun ada perasaan bersalah.Â
Dan wanita itu, aku muak sekali melihatnya. Bagaimana bisa dia hadir di tengah kebahagiaan rumah tangga kakakku dan Mbak Riana?
"Kenapa tidak? Aku ini adikmu, Mas. Salah kalau aku berkunjung, heh?" balasku.