Mohon tunggu...
Ani Siti Rohani
Ani Siti Rohani Mohon Tunggu... Buruh - Perempuan penikmat sunyi

Life is never flat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tragedi Tes Lisan

15 Mei 2019   07:39 Diperbarui: 15 Mei 2019   08:02 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Arti iman menurut Al Qur'an, yaitu membenarkan dengan penuh Keyakinan bahwa Allah mempunyai kitab-kitab yang diturunkan kepada hamba-hamba-Nya dengan kebenaran yang nyata dan petunjuk yang jelas. Dan bahwa Al Qur'an adalah kalam Allah yang Ia firmankan dengan sebenarnya," balas Ali lancar.

"Apa rukun Iman yang ke empat?"tanya pak Andi lagi.

"Iman kepada para Rasul," balas Ali.

Hingga pada pertanyaan ke sepuluh, Ali dapat menjawab pertanyaan dengan lancar. Pak Andi kemudian memberi giliran kepada yang lain. Anak-anak ada yang dapat menjawab dengan tergagap, ada yang juga tak mampu menjawab beberapa pertanyaan. Semua itu akan berdampak pada nilai mereka.
 
Tiba yang terakhir yang belum mendapat giliran , yaitu Bani. Dia teman sebangku Ali. Wajahnya tampak pucat ketika namanya dipanggil. Terang saja, dia adalah murid yang malas. Terkenal nakal dan suka mengancam anak-anak yang lain apabila tak memberikan contekan. Termasuk Ali, selama ini Ali sering mendapat ancaman dari Bani. Oleh sebab itulah Ali selalu memberikan contekan kepadanya. Namun tidak untuk hari ini. Ali merasa bersyukur, karena pak Andi hari ini memberikan tes lisan, bukan tes tertulis yang biasa diberikan.

Bani tak dapat menjawab dari awal pertanyaan. Dia hanya dapat menjawab asal ketika pak Andi memberikan beberapa pilihan jawaban kepadanya.

"Siapa saja Rasul yang mendapat gelar ulul azmi, Bani?"

"Mmm ... itu ... siapa? Nabi Muhammad, nabi, Isa, nabi Hud ...,"

"Nabi Hud?" potong pak Andi.

"Eh, anu ... siapa itu ... nabi Luth?" balas Bani masih tak yakin dengan jawabannya.

"Sudah, sudah. Kamu benar-benar payah Bani. Selama ini kamu mendapat nilai bagus dari Ali? Bapak pikir semenjak kamu duduk sebangku dengan Ali kamu menjadi ikut-ikutan rajin belajar. Tapi kenyataannya seperti ini," tegas pak Andi.

Kelas sunyi. Suara pak Andi yang memarahi Bani membuat seisi kelas ketakutan. Terlebih Bani. Dari sejak tadi hanya menunduk, tubuhnya gemetar, keringat bercucuran. Ali yang ada di sisi Bani pun dapat ikut merasakan ketegangan Bani. Dia menunduk tak berani menatap wajah pak Andi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun