"Tes lisan?" seru anak-anak terkejut.
Mereka saling pandang. Tak pernah pak Andi menerapkan tes seperti itu. Terang saja mereka semua semakin deg-degan.
"Iya. Bapak ingin tahu kemampuan kalian yang sesungguhnya sampai mana. Sistemnya, bapak akan menunjuk satu persatu dari kalian, kemudian memberikan beberapa pertanyaan yang harus kalian jawab. Bapak akan memberi waktu kalian lima menit untuk menjawab. Jika tidak dapat menjawab, Bapak akan memberi kesempatan memberikan pilihan jawaban. Kalian harus memilih jawaban yang tepat. Kalau masih bingung jawaban mana yang benar, kalian silakan asal menjawab tak apa," terang pak Andi.
Anak-anak menjadi gaduh. Mereka khawatir tes kali ini benar-benar akan membuat mereka kelabakan.
"Sudah, sudah diam. Bapak akan memberikan waktu sepuluh menit untuk kalian menyiapkan mental. Setelahnya bapak akan memulai tes lisannya," ujar pak Andi.
Susana kelas berubah lengang. Beberapa anak menarik napas dalam-dalam, ada beberapa juga yang tampak gusar. Terlebih mereka yang biasanya malas belajar.
"Baik anak-anak. Waktunya sudah habis. Bapak akan memulai memberi pertanyaan-pertanyaan," ucap pak Andi. Tangannya sibuk membuka lembaran demi lembaran buku soal.
"Bapak akan memulai dari kamu Ali. Jawab pertanyaan bapak dengan tenang," seru pak Andi.
"Siap, Pak," balas Ali sigap.
Dari ekspresi wajahnya, sepertinya dia sudah benar-benar siap mengikuti ujian. Wajahnya terlihat tenang. Dan, dia memang terkenal sebagai anak yang pintar. Pernah berkali menduduki juara pertama di kelas. Meski kadang juga tersaing oleh anak lain.
"Apa arti iman menurut Al Qur'an, Ali?" tanya pak Andi.