"Kamu ini bisa saja jawabnya," balas bu Rusmi.
Laksmi semakin erat merangkul ibunya. Lalu menyenderkan kepala ke bahu satu-satunya orang tua yang masih dimilikinya itu.
"Ibu tidak perlu buka warung lagi saja. Ibu kan lihat sekarang banyak sekali yang buka warung. Di depan rumah kita, di samping kanan, kiri, di belakang. Wajar juga kan bu, mungkin giliran rezeki mereka makanya warung ibu sepi," ucap Laksmi.
"Terus kalau ibu tidak buka warung ibu mau ngapain?" tanya bu Rusmi.
"Ibu cukup diam di rumah, Istirahat. Oke?" balas Laksmi tersenyum sembari menatap mata ibunya lekat-lekat.
Laksmi bukan satu-satunya anak bu Rusmi. Ia memiliki tiga orang anak lagi. Semuanya perempuan. Ketiga anaknya sudah menikah, memiliki anak dan memiliki rumah sendiri-sendiri. Hanya Laksmi yang masih sendiri dan tinggal bersamanya.Â
Laksmi adalah anak bungsu, usianya 25 tahun. Ia seorang guru di Sekolah Menengah Atas. Suami bu Rusmi meninggal empat tahun silam. Dengan kesederhanaan, bu Rusmi dan suami mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga ke perguruan tinggi.Â
Bisa dibilang, keempat anaknya telah menjadi orang kini. Tiga anak perempuan yang sudah menikah sudah mampu hidup mapan bersama anak dan suami. Dan Laksmi, meski hanya seorang guru tetapi hidupnya sudah terbilang berkecukupan. Ajaran kehidupan yang bu Rusmi berikan kepada anak-anaknya mampu menjadikan mereka manusia yang terampil dan pandai bersyukur.
"Ibu ingin aku tanyakan ke salah satu dari mereka?" tanya Laksmi ketika tiba-tiba terbersit pula rasa penasaran yang juga dirasakan oleh ibunya.
Bu Rusmi memandang anaknya. Mengerutkan dahi, kemudian mengangguk dengan senyuman.
Tak lama, ketika dilihatnya seseorang melintas di depan warung, Laksmi berhambur mencegat.