Mohon tunggu...
Ani Siti Rohani
Ani Siti Rohani Mohon Tunggu... Buruh - Perempuan penikmat sunyi

Life is never flat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kado Pernikahan untuk Melia

2 April 2019   10:52 Diperbarui: 2 April 2019   11:04 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak! Dosaku telah menumpuk banyak. Lalu mengapa aku harus menambahnya lagi dengan menyalahkan takdir? Menyalahkan Tuhan! Aku memang keparat. Aku begitu keparat!

Lihatlah! Setelah sekian lama aku tak sanggup mengeluarkan tangis, malam ini justru air mata membanjiri wajah tanpa kuminta. Hidup kembalikah hatiku ini, Tuhan? Setelah mati tergerus dosa yang kucipta? Akankah kau ampuni aku, Tuhan?

Aku menarik syal yang menggulung di leher. Syal berwarna merah. Sebuah warna bermakna keberanian. Sebuah warna darah. Aku tersenyum melihat syal yang kupegang.

Aku menemukannya. Sebuah cara yang indah menghentikan segala dosa-dosaku. Meski harus kuakhiri pula dengan sebuah dosa yang kurasa Tuhan tak akan mengampuninya juga.

Merah ini akan mewakili darahku. Aku mengikat syal itu di sebuah pohon nangka yang tumbuh lebat di halaman rumah. Pohon itu tepat berdiri di samping sebuah ayunan yang kududuki tadi. Di kelilingi bunga-bunga yang mengitar. Sebuah tempat yang indah untuk mati.

Aku mengambil sebuah bangku, menaikinya, kemudian mengulas senyum untuk terakhir kali.

"Aku mencintaimu, Melia."

Kaohsiung, 2 Maret 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun