"Benar, ini enak," jawabku menyetujui.
Menikmati kopi di saat senja seperti ini memang menyenangkan. Terlebih dengan pemandangan yang menakjubkan seperti di sini, di Orofi Cafe. Membuat kita enggan untuk segera beranjak meninggalkan tempat yang dikenal sebagai Santorini ala Bandung ini.
"Kau bahagia, Aida?" tanya Maria.
Aku tersenyum, menatap matanya yang bening. Maria, memang wanita yang cantik. Matanya indah, bibirnya mungil manis dan lesung di kedua pipi membuatnya semakin bertambah manis.
"Aku bahagia tentu saja, tapi ...,"
"Tapi ...?" tanya Maria mendapati jawabanku yang terputus.
Aku menegakkan kepala setelah tadi sempat menunduk. Lalu tersenyum ke arah Maria.
"Akhir-akhir ini banyak sekali masalah yang menimpa kami, Maria," ucapku akhirnya mencoba memberi jawaban.
Maria tersenyum, kemudian menyesap kopinya yang masih tersisa. Aku pun mengikuti yang Maria lakukan, menyesap kopi dan menikmati setiap aroma yang menyeruak dari dalamnya.
"Kau sendiri bagaimana?" tanyaku pada Maria setelah meletakkan cangkir ke meja.
"Kau sendiri tahu bagaimana ibu meninggal, Aida," balasnya.