Â
Setiap pelaksanaan pembangunan di sebuah daerah pasti memiliki tujuan, dimana salah satunya ialah meningkatkan perekonomian daerah tersebut. Â Peningkatan perekonomian tidak hanya bertujuan pada perkembangan dan pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) saja, namun itu juga harus mengingat laju pertumbuhan dan pertambahan penduduk. Boediono dalam Tarigan (2004 : 44), menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan pengeluaran perkapita dalam jangka panjang, yang mana persentase pertambahan pengeluaran musti lebih tinggi dari pada persentase pertambahan jumlah penduduk, dan ada kecondongan pertumbuhan ini akan berlanjut dalam jangka panjang.[3]
Â
Pemasukan terbesar Kota Bukittinggi berasal dari sector pariwisata. Berdasarkan catatan RKPD kota Bukittinggi diketahui Pendapatan Asli Daerah (PAD) nya 30% sampai 40 % berasal dari sektor wisata. Namun, semenjak hantaman pandemi Covid-19 memberikan dampak yang sangat berarti. Berbagai kebijakan pembatasan sosial menyebabkan lumpuhnya sistem perekonomian dari sektor ini. Sebagai kota yang menggantungkan perekonomian pada kedatangan wisatawan, Bukittinggi tentu ikut merasakan dampaknya. Hal ini terlihat pada Rencana Kerja Perangkat Daerah (RKPD) Kota Bukittinggi yang menunjukkan laju pertumbuhan perekonomian di Kota Bukittinggi pada Tahun 2020 akan berada pada presentase 5-6 %, namun dampak dari kondisi Covid-19 tingkat perekonomian Kota Bukittinggi kemudian turun pada presentase 1,13%.[4]
Â
Setelah meredanya wabah penyakit covid 19 seiring dengan Kembali normalnya aktivitas masyarakat fasilitas-fasilitas umum sudah Kembali dibuka termasuk semua objek wisata dibukittinggi yang membantuk cukup spesifik pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pdbd daerah bukittinggi secara perlahan berdasarkan data dari  berita antara sumbar yang didapat dari wawancara kepala dinas pariwisata pemuda dan olahraga (disparpora) kota bukittinggi
Â
Menurut Hendry, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bukittinggi pada akhir pekan mengikuti new normal mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya akibat pembatasan yang diberlakukan pandemi COVID-19 pada dua tahun sebelumnya. Berdasarkan jumlah tiket masuk yang terjual, seperti kebun binatang Taman Margasatwa Budaya Kinantan (TMSBK), Fort de Fort Kock dan taman panorama, dan lubang Jepang menarik banyak pengunjung. Saat libur lebaran, 4.000 orang mengunjungi tempat wisata baru. Jumlah itu kemudian mencapai 16.000 dan mencapai puncaknya 25.000 hingga 28.000 pengunjung pada 4 Mei 2022.
Â
Perkembangan ekonomi kota Bukittinggi secara langsung dipengaruhi oleh peningkatan pengunjung. PAD Bukittinggi terus meningkat seiring dengan lonjakan akses objek wisata berbayar. Pada awal libur Idul Fitri pertama setelah pandemi, diperoleh Rp dari industri pariwisata.80 juta, dan kemudian Rp.360 juta, Rp.Rp. 550 juta600 juta, yang berarti keuntungan yang diperoleh industri pariwisata di kota Bukittinggi dari hari pertama libur lebaran hingga empat hari kemudian akan masuk ke PAD.2 miliar, menunjukkan bahwa pariwisata pascapandemi di Bukittinggi berbeda secara signifikan dari pariwisata pandemi.Akibat perbedaan yang disebabkan oleh virus Covid-19, tingkat ekonomi Kota Bukittinggi turun menjadi 1,13 persen selama pandemi Covid-19. Namun, meningkat menjadi sekitar 5-6% setelah pandemi..[5]
Â