Mohon tunggu...
Anisa Mutiara
Anisa Mutiara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang memiliki hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Modal Kerja: Pengertian, Jenis, dan Fungsi dalam Bisnis

10 Juni 2024   23:55 Diperbarui: 11 Juni 2024   00:03 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Modal kerja adalah dana yang dibutuhkan perusahaan untuk menjalankan bisnisnya. Modal kerja adalah komponen krusial dalam suatu proses bisnis. Manajemen modal kerja yang efisien berpengaruh pada kelancaran operasional perusahaan besar maupun kecil.

Pengertian Modal Kerja

Modal kerja adalah dana yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Modal kerja muasalnya dari perhitungan selisih di antara aktiva lancar dan hutang lancar. Aktiva lancar meliputi kas, piutang, persediaan barang, dan investasi jangka pendek, sedangkan hutang lancar meliputi hutang usaha dan biaya yang masih harus dibayar.

Jenis Modal Kerja

Jenis-jenis modal kerja yang umum dikenal adalah sebagai berikut:

1. Modal Kerja Kotor (Gross Working Capital) : Modal kerja kotor adalah semua komponen yang ada di aktiva lancar secara keseluruhan dan sering disebut modal kerja. Artinya mulai dari kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan, dan aktiva lancar lainnya.

2. Modal Kerja Bersih (Net Working Capital) : Modal kerja bersih adalah seluruh komponen aktiva lancar dikurangi dengan seluruh total kewajiban lancar (utang jangka pendek). Utang lancar meliputi utang dagang, utang wesel, utang bank jangka pendek (satu tahun), utang gaji, dan utang lancar lainnya.

3. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) : Modal kerja permanen adalah modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan menjadi:

   - Modal Kerja Primer : Jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.

   - Modal Kerja Normal : Jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luar produksi yang normal.

4. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital) : Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kegiatan ataupun keadaan lain yang mempengaruhi perusahaan. Modal kerja variabel terdiri dari:

   - Modal Kerja Musiman : Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kegiatan musiman.

   - Modal Kerja Operasional : Modal kerja yang diperlukan untuk operasional perusahaan, seperti biaya operasional, gaji karyawan, dan lain-lain.

Dalam sintesis, jenis-jenis modal kerja ini membantu perusahaan dalam mengelola keuangan dan meningkatkan efisiensi operasional.

Fungsi Modal Kerja

Modal kerja memiliki beberapa fungsi penting dalam bisnis, antara lain:

1. Menjaga Likuiditas Perusahaan: Modal kerja memungkinkan perusahaan untuk memiliki cukup kas dan aset lancar lainnya untuk memenuhi kewajiban finansialnya.

2. Mengurangi Risiko: Modal kerja membantu perusahaan untuk mengurangi risiko kegagalan dalam memenuhi kewajiban finansialnya.

3. Mempercepat Pengumpulan Piutang: Modal kerja juga membantu perusahaan untuk mempercepat pengumpulan piutang dari pelanggan.

4. Meningkatkan Efisiensi Operasional: Modal kerja membantu perusahaan untuk meningkatkan efisiensi operasional dengan menghemat biaya dan meningkatkan produktivitas.

 Contoh Modal Kerja

Contoh modal kerja yang umum digunakan dalam bisnis adalah:

1. Kas: Kas adalah dana yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan, seperti membayar gaji karyawan, biaya operasional, dan lain-lain.

2. Piutang: Piutang adalah dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan produksi, seperti pembelian bahan baku, biaya produksi, dan lain-lain.

3. Persediaan Barang: Persediaan barang adalah dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan produksi, seperti pembelian bahan baku, biaya produksi, dan lain-lain.

4. Investasi Jangka Pendek: Investasi jangka pendek adalah dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan produksi, seperti pembelian bahan baku, biaya produksi, dan lain-lain.

Dengan memahami konsep modal kerja, perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih tepat dalam mengelola keuangan dan meningkatkan efisiensi operasional.

Strategi Pengelolaan Modal Kerja

1. Pengelolaan Kas: Memastikan perusahaan memiliki cukup kas untuk operasi sehari-hari tanpa menyimpan terlalu banyak yang bisa diinvestasikan.

2. Pengelolaan Piutang: Menagih piutang secara efektif untuk memastikan aliran kas masuk yang stabil.

3. Pengelolaan Persediaan: Menjaga tingkat persediaan yang optimal untuk menghindari kekurangan atau kelebihan persediaan.

4. Pengelolaan Utang: Mengelola kewajiban jangka pendek dengan baik untuk menghindari denda dan menjaga hubungan baik dengan pemasok.

Cara Menghitung Modal Kerja

Modal kerja adalah komponen yang berperan penting dalam peningkatan kualitas produk suatu perusahaan. Perhitungan modal kerja bertujuan untuk mengetahui laba kotor, utang perusahaan, hingga jumlah keuntungan/laba bersih yang didapatkan perusahaan.

Adapun beberapa cara yang digunakan untuk menghitung modal kerja adalah sebagai berikut:

1. Perhitungan Modal Kerja Kotor (Gross Working Capital)

Perhitungan modal kerja gross dilakukan dengan menghitung jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan.

Contohnya:

Perusahaan X mempunyai kas sebesar Rp500 juta, investasi jangka pendek sebesar Rp150 juta, persediaan barang sebesar Rp100 juta, dan piutangnya sebesar Rp150 juta.

Maka, modal kerja kotor yang dimiliki oleh perusahaan X adalah sebagai berikut:

Modal kerja kotor= kas + investasi jangka pendek + persediaan barang + piutang

Modal kerja kotor= Rp500 juta + Rp150 juta + Rp100 juta + Rp150 juta

Modal kerja kotor= Rp900 juta

Jadi, modal kerja kotor (gross working capital) yang dimiliki oleh perusahaan X adalah sebesar Rp900 juta.

2. Perhitungan Modal Kerja Bersih (Net Working Capital)

Perhitungan modal kerja bersih adalah dengan mengurangi total utang jangka pendek (liabilitas lancar) dengan jumlah aktiva lancar.

Contohnya:

Perusahaan X yang sebelumnya mempunyai aktiva lancar sebesar Rp900 juta rupanya memiliki utang usaha sebesar Rp100 juta dan biaya yang masih harus dibayarkan adalah sebesar Rp70 juta.

Maka, modal kerja bersih yang dimiliki oleh perusahaan X adalah sebagai berikut:

Modal kerja bersih= aktiva lancar - liabilitas lancar

Modal kerja bersih= Rp900 juta - (utang usaha + biaya yang harus dibayar)

Modal kerja bersih= Rp900 juta - (Rp100 juta + Rp70 juta)

Modal kerja bersih= Rp900 juta - Rp170 juta

Modal kerja bersih= Rp730 juta

Jadi, modal kerja bersih (net working capital) yang dimiliki oleh perusahaan X adalah sebesar Rp730 juta.

3. Modal kerja permanen (Permanent Working Capital) adalah jumlah minimum modal yang harus selalu ada di perusahaan untuk memastikan operasi dasar berjalan lancar tanpa gangguan. Berikut ini adalah cara menghitung modal kerja permanen

contohnya:

Misalkan sebuah perusahaan memiliki kebutuhan tetap sebagai berikut:

* Persediaan Tetap: Rp 100.000.000

* Piutang Tetap: Rp 50.000.000

* Kas Minimum: Rp 20.000.000

Maka modal kerja permanen perusahaan tersebut adalah:

Modal Kerja Permanen = Rp100.000.000 + Rp50.000.000 + 20.000.000

Modal Kerja Permanen = Rp170.000.000

4. Modal kerja variabel (Variable Working Capital) adalah jumlah modal kerja yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

operasional yang berubah-ubah sesuai dengan tingkat produksi, penjualan, atau musim. Modal kerja ini bersifat fleksibel dan dapat berubah berdasarkan kebutuhan

bisnis yang dinamis.

contohnya:

Misalkan sebuah perusahaan mengalami fluktuasi berikut dalam komponen modal kerjanya selama periode puncak (misalnya musim liburan atau periode penjualan tinggi):

* Persediaan Variabel: Rp 150.000.000

* Piutang Variabel: Rp 80.000.000

* Kas Variabel: Rp 30.000.000

Maka modal kerja variabel perusahaan tersebut adalah:

Modal Kerja Variabel = Rp150.000.000 + Rp80.000.000 + 30.000.000

Modal Kerja Variabel = Rp260.000.000

Tantangan dalam Manajemen Modal Kerja

1. Krisis Likuiditas : Keterlambatan dalam penerimaan piutang atau penurunan penjualan dapat menyebabkan krisis likuiditas.

2. Fluktuasi Pasar :Perubahan mendadak dalam permintaan pasar atau harga bahan baku dapat mempengaruhi kebutuhan modal kerja.

3. Risiko Kredit :Risiko piutang tak tertagih dapat mengurangi modal kerja yang tersedia.

4. Perubahan Kebijakan Eksternal : Perubahan kebijakan pemerintah atau kondisi ekonomi makro dapat mempengaruhi manajemen modal kerja.

Contoh Kasus Manajemen Modal Kerja

Studi Kasus Perusahaan Manufaktur

Sebuah perusahaan manufaktur yang memproduksi peralatan elektronik menghadapi masalah likuiditas karena penurunan permintaan musiman. Perusahaan mengatasi masalah ini dengan:

- Mengurangi tingkat persediaan bahan baku selama periode penurunan permintaan.

- Menerapkan kebijakan diskon untuk pembayaran awal kepada pelanggan.

- Memanfaatkan kredit pemasok untuk menunda pembayaran tanpa merusak hubungan pemasok.

Disusun Oleh : 

Anisa Mutiara Huzani (211011200360)

Intan Kirana Amelia Vitaloka (211011200362)

Melinda Sari (211011201036) 

Pricilla Zanetti (211011200347)

Sisca Widya Prasasti (211011201333) 

Universitas Pamulang

Program Studi S1 Akuntansi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun