Mohon tunggu...
Anisa
Anisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Prodi S1Geografi

"suka menulis kalau lagi ada ide"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Interpretasi Perbedaan 3 Citra di Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan

23 Oktober 2024   09:52 Diperbarui: 24 Oktober 2024   17:51 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar:https://www-usgs-gov.translate.

Nama : Anisa

Nim : 2410416120013

Kelas : B

Dosen Pengampu : Dr.Rosalina Kumalawati, S.Si,M.Si

Program Studi : S1 Geografi

Mata Kuliah : Penginderaan Jauh

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lambung Mangkurat

Pendahuluan

Penginderaan jauh merupakan teknologi yang memungkinkan pengamatan permukaan bumi dari jarak jauh tanpa perlu kontak langsung dengan objek yang diamati. Teknologi ini memainkan peran penting dalam berbagai bidang, terutama dalam analisis dan pemantauan perubahan lingkungan, tata guna lahan, serta mitigasi bencana. Dengan menggunakan sensor pada satelit atau pesawat terbang, penginderaan jauh mampu mengumpulkan data dalam skala besar dan berkelanjutan, yang kemudian diolah menjadi informasi spasial yang berguna.

Salah satu sumber utama data penginderaan jauh adalah citra satelit. Citra adalah representasi visual dari permukaan bumi yang dihasilkan oleh sensor satelit yang merekam pantulan energi elektromagnetik dari objek-objek di permukaan bumi. Citra satelit digunakan secara luas dalam berbagai aplikasi seperti pengelolaan sumber daya alam, deteksi perubahan tutupan lahan, dan identifikasi area rawan bencana.

Dalam penelitian di lakukan analisis pada Kabupaten Tapin, yang terletak di Provinsi Kalimantan Selatan dengan luas wilayah sekitar 2.700,82 km². Kabupaten ini terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah, serta lahan basah yang rentan terhadap banjir, terutama selama musim hujan. Dengan perubahan tata guna lahan yang cukup signifikan dari waktu ke waktu, pengamatan dan pemantauan wilayah ini sangat penting untuk memahami dampak perubahan lingkungan dan upaya mitigasi risiko banjir.

Tiga jenis citra satelit yang saya gunakan adalah Landsat 7, Landsat 8-9, dan Sentinel-2. Landsat 7 memberikan data historis penting untuk analisis jangka panjang, meskipun terdapat kendala teknis sejak 2003. Landsat 8-9 menyempurnakan kualitas citra dengan resolusi spektral yang lebih baik, sementara Sentinel-2 menawarkan resolusi spasial yang lebih tinggi serta frekuensi pengambilan data yang lebih sering, sehingga ideal untuk pemantauan detail di wilayah yang luas seperti Kabupaten Tapin.

A. Citra Landsat 7 (Kab.Tapin)

Input sumber gambar::https://www-usgs-gov.translate.
Input sumber gambar::https://www-usgs-gov.translate.

Input sumber gambar:https://www-usgs-gov.translate.
Input sumber gambar:https://www-usgs-gov.translate.

•Kekurangan Citra Landsat 7 (Kab.Tapin)

1. Masalah Kerusakan Data: Sejak tahun 2003, Landsat 7 mengalami kerusakan yang menyebabkan beberapa bagian citra hilang. Ini membuat citra tidak lengkap dan bisa mengganggu analisis.

2. Resolusi Terbatas: Meskipun memiliki resolusi 30 meter, citra ini mungkin tidak cukup jelas untuk melihat detail kecil seperti bangunan atau jalan yang sempit.

3. Pengaruh Cuaca: Cuaca seperti awan atau kabut dapat menghalangi citra, membuat beberapa area sulit untuk dianalisis secara akurat.

4. Keterbatasan dalam Spektrum: Landsat 7 tidak memiliki kemampuan untuk menangkap jenis informasi dalam spektrum yang lebih luas seperti beberapa satelit baru. Ini bisa membatasi identifikasi jenis lahan tertentu.

5. Proses Pengolahan yang Rumit: Untuk mendapatkan hasil yang baik, citra Landsat 7 sering membutuhkan proses pengolahan yang cukup kompleks, seperti perbaikan data dan pengisian bagian yang hilang.

•Kelebihan Citra Landsat 7 ( Kab. Tapin )

1 Resolusi Cukup Baik (30 meter): Artinya, citra ini bisa menangkap detail yang cukup jelas, misalnya untuk melihat perubahan lahan, jenis vegetasi, atau aliran sungai di Tapin.

2. Rekaman Jangka Panjang: Landsat 7 sudah beroperasi sejak 1999, jadi data citranya bisa digunakan untuk melihat perubahan lingkungan di Tapin selama bertahun-tahun, misalnya perubahan hutan atau perkembangan bangunan.

3. Sensor yang Canggih: Satelit ini punya sensor yang bisa menangkap berbagai jenis informasi, seperti warna tanah dan tumbuhan. Ini berguna untuk melihat jenis lahan atau kondisi vegetasi di Tapin.

4. Data Mudah Didapat dan Gratis: Data dari Landsat 7 bisa diakses gratis lewat situs resmi seperti USGS, jadi bisa digunakan oleh siapa saja, termasuk pemerintah daerah atau peneliti untuk memantau wilayah Tapin.

5. Melihat Perubahan Lahan dari Waktu ke Waktu: Citra ini bisa digunakan untuk membandingkan perubahan lahan, misalnya melihat apakah ada penggundulan hutan atau perubahan di lahan basah yang mungkin memengaruhi risiko banjir di Tapin.

•Hasil Interpretas Citra Landsat 7 Berdasarkan 9 Unsur

Input sumber gambar:Dokumen Anisa
Input sumber gambar:Dokumen Anisa

1. Permukiman:


Rona dan Warna: Permukiman cenderung memiliki rona terang dan berwarna abu-abu, yang menunjukkan bahwa area ini sebagian besar terdiri dari bangunan atau struktur dengan material seperti beton atau atap metalik.

Bentuk: Bentuknya tidak beraturan, karena bangunan dalam sebuah pemukiman biasanya beragam, tergantung pada tata kota dan jenis bangunan.

Ukuran: Ukurannya bervariasi, mulai dari sedang hingga besar, yang menggambarkan luasnya area permukiman.

Tekstur: Teksturnya kasar, yang menandakan adanya banyak bangunan atau struktur permanen.

Pola: Pola teratur menunjukkan tata ruang permukiman yang mengikuti rencana atau grid tertentu.

Bayangan: Bayangannya minim, menunjukkan bahwa bangunan di permukiman tidak terlalu tinggi.

Situs: Biasanya, permukiman terletak dekat dengan jalan raya atau sungai, yang mendukung aksesibilitas dan suplai air.

Asosiasi: Permukiman seringkali terkait dengan aktivitas pertanian dan area pemukiman lainnya, mengindikasikan hubungan sosial-ekonomi dengan sekitarnya.

2. Jalan:

Rona dan Warna: Jalan memiliki rona gelap dan berwarna abu-abu (aspal) atau coklat (tanah), sesuai dengan jenis permukaan jalan.

Bentuk: Bentuk jalan bisa lurus atau berkelok, tergantung pada geografis dan perencanaan jalan di daerah tersebut.

Ukuran: Jalan bisa lebar atau sempit, tergantung apakah itu jalan utama atau jalan kecil.

Tekstur: Jalan memiliki tekstur halus, terutama jika jalannya beraspal.

Pola: Pola linear menunjukkan jalan yang mengikuti rute lurus.

Bayangan: Bayangan minimal, yang berarti jalan tersebut tidak ditutupi oleh objek tinggi seperti bangunan atau pepohonan.

Situs: Jalan biasanya terletak di area permukiman, menghubungkan satu lokasi dengan lokasi lainnya.

Asosiasi: Jalan berhubungan dengan transportasi dan lahan pertanian, menunjukkan pentingnya jalan untuk mobilitas dan akses ke area pertanian.

3. Hutan:

Rona dan Warna
: Gelap dan hijau tua, karena banyak pepohonan yang rapat.

Bentuk
: Tidak beraturan, mengikuti alam.

Ukuran
: Besar, karena mencakup area yang luas.

Tekstur: Kasar, karena berbagai macam pohon.

Pola: Tidak teratur, tumbuh alami.

Bayangan: Bayangan kecil, meskipun banyak pohon tinggi.

Situs: Biasanya di luar pemukiman, di area alami.

Asosiasi: Terhubung dengan taman atau kawasan konservasi.


4. Sekolah:


Rona dan Warn
a: Terang, biasanya atap biru muda.

Bentuk: Teratur, berbentuk L atau persegi panjang.

Ukuran
: Besar, mencakup banyak bangunan.

Tekstur: Halus, karena bangunan modern.

Pola: Teratur, ditata rapi.

Bayangan: Bayangan sedang, karena bangunannya tidak terlalu tinggi.

Situs: Dekat pemukiman dan jalan raya.

Asosiasi: Terhubung dengan aktivitas pendidikan dan masyarakat.

5. Masjid:

Rona dan Warna
: Terang, biasanya putih atau abu-abu.

Bentuk
: Persegi dengan kubah dan menara.

Ukuran: Cukup besar, sering kali bangunan terbesar di area itu.

Tekstur
: Halus, karena bangunan simetris.

Pola: Teratur, desainnya simetris.

Bayangan
: Bayangan melengkung dari kubah dan menara.

Situs: Dekat pemukiman atau jalan utama.

Asosiasi: Pusat kegiatan religius dan sosial.

B. Citra Landsat 8-9 ( Kab.Tapin)

Input sumber gambar:https://www-usgs-gov.translate.
Input sumber gambar:https://www-usgs-gov.translate.

  Input sumber gambar:https://www-usgs-gov.translate
  Input sumber gambar:https://www-usgs-gov.translate

Input sumber gambar:https://www-usgs-gov.translate.
Input sumber gambar:https://www-usgs-gov.translate.

•Kekurangan Citra Landsat 8-9 (Kab.Tapin)

1. Gambar Kurang Detail: Resolusi gambar dari Landsat 8-9 hanya bisa menangkap objek dengan ukuran minimal 30 meter. Ini berarti objek kecil, seperti jalan kecil atau rumah di desa, mungkin tidak terlihat jelas.

2. Gangguan Awan: Kabupaten Tapin berada di daerah tropis yang sering tertutup awan. Jika citra diambil saat banyak awan, gambar permukaan tanah bisa tertutupi, sehingga kualitas datanya menurun.

3. Jarang Mengambil Gambar: Satelit Landsat hanya mengambil gambar wilayah yang sama setiap 16 hari sekali. Ini bisa jadi terlalu lama untuk memantau perubahan yang cepat, misalnya di perkebunan atau tambang.

4. Sulit Memantau Perubahan Cepat: Beberapa perubahan, seperti penebangan hutan atau perluasan tambang di Tapin, bisa terjadi dengan cepat. Dengan frekuensi pengambilan gambar yang jarang, kadang perubahan ini tidak bisa terpantau secara detail.

5. Kurang Cocok untuk Pengamatan yang Sangat Detail: Kegiatan seperti pertanian, pertambangan, atau perubahan lahan di Tapin mungkin memerlukan gambar dengan resolusi lebih tinggi untuk melihat detail-detail kecil. Citra Landsat mungkin kurang baik untuk hal ini karena resolusi gambarnya tidak cukup tajam.

•Kelebihan Citra Landsat 8-9 (Kab.Tapin)

1. Cakupan Luas: Mampu memantau wilayah besar sekaligus, cocok untuk melihat perubahan lahan atau hutan di Tapin.

2. Gratis: Data tersedia secara gratis, memudahkan pemerintah dan masyarakat dalam mengaksesnya.

3. Pemantauan Jangka Panjang: Landsat menyediakan data dari tahun ke tahun, membantu memantau perubahan lahan secara historis.

4. Citra Multi-Spektral: Mampu mengidentifikasi jenis tutupan lahan seperti hutan, air, dan lahan pertanian.

5. Beragam Aplikasi: Berguna untuk pemetaan lahan, pemantauan banjir, kekeringan, dan sumber daya alam.

6. Data Konsisten: Citra tersedia secara rutin setiap 16 hari, cocok untuk pemantauan berkelanjutan.

•Hasil Interpretas Citra Landsat 8-9 Berdasarkan 9 Unsur

Input sumber gambar:Dokumen Anisa
Input sumber gambar:Dokumen Anisa

1. Permukiman:

Rona: Sedang hingga terang (menandakan area dengan pantulan cahaya yang cukup tinggi, biasanya bangunan).

Warna: Abu-abu, putih, coklat muda (menggambarkan atap bangunan, beton, atau permukaan keras).

Bentuk: Tidak beraturan (menunjukkan variasi bentuk bangunan di area tersebut).

Ukuran: Sedang (bangunan yang tidak terlalu kecil atau besar).

Tekstur: Halus (bangunan dengan permukaan yang rata atau atap yang seragam).

Pola: Terorganisasi, berkumpul (bangunan yang tersusun dalam pola terencana).

Bayangan: Tajam (bangunan tinggi yang menciptakan bayangan jelas).

Situs: Terletak dekat jalan, sungai, dan infrastruktur penting lainnya.

Asosiasi: Terkait dengan area permukiman dan jembatan.

2. Jalan:

Rona: Gelap hingga terang (bervariasi tergantung material jalan, misalnya aspal atau beton).

Warna: Abu-abu, gelap, hitam (mencerminkan permukaan jalan seperti aspal atau jalan beton).

Bentuk
: Panjang, sempit, linear (ciri khas jalan yang biasanya lurus dan panjang).

Ukuran: Tipis (menunjukkan jalan kecil atau jalur sempit).

Tekstur: Sangat halus (jalan aspal yang rata).

Pola: Melengkung (menandakan jalur yang berbelok atau mengikuti kontur tanah).

Bayangan: Sedikit bayangan (biasanya karena jalan rata dan tidak ada penghalang tinggi di sekitar).

Situs: Terletak dekat permukiman dan fasilitas umum.

Asosiasi: Berhubungan dengan permukiman dan jembatan (sebagai akses utama).

3.Hutan:

 Rona: Gelap, karena hutan biasanya penuh dengan pohon sehingga kurang cahaya.

 Warna: Hijau tua, menunjukkan banyak pohon besar dan rimbun.

 Bentuk: Tidak beraturan, karena batas hutan alami tidak teratur.

Ukuran: Luas, hutan biasanya menutupi area yang besar.

Tekstur: Kasar, karena banyaknya jenis dan ukuran pohon yang berbeda.

 Pola: Tidak teratur, karena pepohonan tumbuh secara alami.

 Bayangan: Agak gelap, banyak bayangan dari pohon-pohon besar.

 Situs: Biasanya dekat dengan permukiman atau sawah.

 Asosiasi: Berhubungan dengan permukiman, sawah, atau area pertanian.

4. Sawah:

 Rona: Terang atau gelap, tergantung apakah sawahnya basah atau kering.

Warna: Hijau tua atau coklat, sesuai dengan tahap pertumbuhan tanaman padi.

 Bentuk: Persegi atau persegi panjang, karena sawah biasanya berbentuk kotak.

Ukuran: Bervariasi dari kecil hingga besar, tergantung wilayahnya.

 Tekstur: Halus, karena permukaannya rata.

 Pola: Teratur, karena sawah diatur dengan rapi.

Bayangan: Sedikit bayangan, karena sawah umumnya datar.

 Situs: Biasanya dekat sungai atau permukiman.

 Asosiasi: Terkait dengan irigasi dan permukiman di sekitarnya.

C. Citra Sentinel 2 ( Kab.Tapin )

Input sumber gambar:Copercinus
Input sumber gambar:Copercinus

•Kekurangan Citra Sentinel 2 ( Kab.Tapin )

1. Resolusi terbatas: Detail objek kecil sulit terlihat karena resolusi minimal 10 meter.

2. Gangguan awan: Cuaca berawan bisa menghalangi hasil citra yang jernih.

3. Waktu pengambilan terbatas: Pengambilan gambar dilakukan setiap 5 hari, tetapi bisa tertunda jika cuaca buruk.

4. Tidak mendeteksi detail spesifik tanaman: Pita spektral Sentinel-2 kurang cocok untuk analisis vegetasi yang sangat spesifik.

5. Hanya siang hari: Citra hanya diambil pada siang hari, tidak ada data malam.

6. Butuh kapasitas besar: Data yang dihasilkan memerlukan ruang penyimpanan dan komputer yang kuat.

•Kelebihan Citra Sentinel 2 ( Kab.Tapin )

1. Resolusi Tinggi: Menyediakan gambar jelas dengan detail hingga 10 meter, berguna untuk pemetaan.

2. Pengambilan Gambar Sering: Citra diperbarui setiap 5 hari, sehingga bisa memantau perubahan cepat di daerah.

3. Beragam Spektrum: 
Memiliki 13 band yang membantu menganalisis vegetasi, kualitas air, dan penggunaan lahan.

4. Gratis dan Mudah Diakses: Data dapat diunduh tanpa biaya melalui platform online.

5. Pemantauan Jangka Panjang: 
Memungkinkan analisis perubahan dalam waktu, seperti deforestasi atau perubahan iklim.

6. Bermanfaat untuk Berbagai Sektor: 
Dapat digunakan di bidang pertanian, perencanaan kota, dan pengelolaan sumber daya alam.

• Hasil Interpretasi Citra Sentinel 2 Berdasarkan 9 Unsur

Input sumber gambar:Dokumen Anisa
Input sumber gambar:Dokumen Anisa

1. Permukiman:


Rona: Terang, menunjukkan reflektansi tinggi dari permukaan bangunan.

Warna: Abu-abu, menunjukkan karakteristik material bangunan seperti beton atau atap yang sering digunakan.

Bentuk: Teratur, menunjukkan susunan bangunan yang terorganisir, seperti kawasan perumahan.

Ukuran: Sedang, mengindikasikan luas area bangunan dalam skala Sentinel 2.

Tekstur: Halus, mencerminkan permukaan bangunan yang tidak terlalu kasar.

Pola: Teratur, biasanya pola tata letak bangunan yang tersusun rapi.

Bayangan: Ada, bayangan bangunan dapat terlihat di citra satelit.

Situs: Di dekat jalan utama atau sungai, sering kali permukiman terletak di dekat jalur transportasi.

Asosiasi: Dihubungkan dengan jalan dan lahan terbuka.

2. Jalan:

Rona: Gelap, menunjukkan jalan yang menyerap lebih banyak cahaya.

Warna
: Hitam/abu, menunjukkan aspal atau permukaan jalan.

Bentuk: Linear, dapat teratur (jalan utama) atau tidak teratur (jalan pedesaan).

Ukuran: Panjang, sesuai dengan karakteristik fisik jalan.

Tekstur: Halus, mewakili permukaan jalan yang rata.

Pola: Linear, jalan mengikuti bentuk lurus atau berbelok-belok secara alami.

Bayangan: Tidak ada, karena jalan tidak menimbulkan bayangan yang signifikan.

Situs: Terletak di dekat permukiman atau desa.

Asosiasi
: Berhubungan dengan permukiman dan lahan lainnya.

3. Sungai:

 Rona: Gelap, karena air sungai cenderung menyerap cahaya, terutama jika airnya dalam.

 Warna: Coklat tua, biasanya terjadi karena sungai membawa lumpur atau sedimen dari tanah di sekitarnya.

 Bentuk: Berkelok-kelok, mengikuti kontur alam seperti lembah dan daratan rendah.

Ukuran
: Lebar dan panjang, sungai bisa sangat panjang dan lebar, tergantung alirannya.

 Tekstur
: Halus, karena permukaan air yang biasanya rata tanpa banyak gangguan.

 Pola: Berliku-liku, mencerminkan aliran sungai yang mengikuti bentuk alami tanah.

 Bayangan: Tidak terlihat banyak bayangan, karena permukaan air datar dan tidak banyak objek yang menghasilkan bayangan.

Situs: Biasanya berada di dekat permukiman atau lahan pertanian seperti sawah, yang sering memanfaatkan air sungai.

Asosiasi: Berhubungan erat dengan sawah, hutan, dan permukiman yang berada di dekat aliran sungai.

4. Hutan:

Rona: Gelap, karena hutan yang padat dengan pohon besar sering menutupi cahaya matahari.

 Warna: Hijau tua, menunjukkan banyak pohon besar dan lebat yang menutupi sebagian besar area hutan.

 Bentuk: Tidak beraturan, karena hutan alami tidak memiliki batas geometris yang jelas seperti lahan buatan.

 Ukuran
: Bervariasi dari kecil hingga sangat besar, tergantung pada ukuran hutan dan luas area yang dicakup.

Tekstur: Kasar, karena hutan terdiri dari berbagai jenis pohon dengan ketinggian dan ukuran yang berbeda.

 Pola: Menyebar, pohon-pohon di hutan tumbuh secara acak dan tidak teratur.

 Bayangan: Jelas, karena pohon-pohon besar menghasilkan bayangan yang terlihat dari udara atau citra satelit.

 Situs: Hutan sering terletak di area yang dekat dengan persawahan atau aliran sungai.

 Asosiasi: Hutan biasanya terkait dengan ekosistem sawah, sungai, dan lahan terbuka di sekitarnya, karena saling mendukung kehidupan di sekitar.

Kesimpulan

Perbandingan citra Landsat7, Landsat 8-9, dan Sentinel 2 di Kabupaten Tapin menunjukkan perbedaan penting dalam kualitas dan kegunaannya.

Landsat 7 memiliki resolusi 30 meter, cukup untuk pemetaan umum, namun sekarang sudah mulai tertinggal karena usianya yang tua dan masalah teknis seperti kerusakan pada alat koreksi gambar. Landsat 8-9, meskipun resolusinya sama, menggunakan teknologi sensor yang lebih baru sehingga gambar yang dihasilkan lebih tajam dan warnanya lebih akurat. Ini sangat membantu untuk analisis lingkungan dan atmosfer.

Sementara itu, Sentinel 2 memiliki resolusi lebih tinggi, hingga 10 meter, sehingga mampu menangkap detail yang lebih jelas. Ini membuat Sentinel 2 lebih unggul untuk analisis mendetail seperti pemantauan lahan, perubahan penggunaan tanah, atau pertanian di Kabupaten Tapin. Selain itu, Sentinel 2 memiliki lebih banyak band spektral dibandingkan Landsat, sehingga dapat lebih baik dalam menganalisis vegetasi, air, dan perubahan lingkungan lainnya.

Dari segi seberapa sering citra diambil, Landsat 7 dan Landsat 8-9 hanya merekam gambar setiap 16 hari. Ini bisa menyebabkan keterlambatan jika diperlukan pemantauan cepat. Sebaliknya, Sentinel 2 merekam gambar setiap 5 hari, sehingga lebih sering dan lebih ideal untuk memantau perubahan yang cepat, seperti pertumbuhan tanaman atau aktivitas pembangunan.

Secara keseluruhan, Sentinel 2 lebih cocok untuk pemantauan yang lebih rinci dan lebih sering di Kabupaten Tapin. Namun, Landsat 8-9 masih sangat berguna untuk analisis jangka panjang dan wilayah yang luas. Sedangkan Landsat 7 kini mulai kurang relevan karena keterbatasan teknis dan teknologinya yang lebih tua.

Mempelajari penginderaan jauh dengan menggunakan data citra ini sangat bermanfaat. Penginderaan jauh memungkinkan pemantauan kondisi lingkungan dan sumber daya alam tanpa harus melakukan pengamatan langsung di lapangan, yang menghemat waktu dan biaya. Data ini juga penting untuk perencanaan tata ruang, pemantauan bencana, serta pengelolaan lahan pertanian dan perkebunan. Dengan citra satelit, perubahan lingkungan, pertumbuhan tanaman, dan potensi kerusakan alam dapat diidentifikasi dengan lebih cepat dan tepat, sehingga mempermudah pengambilan keputusan yang mendukung pengelolaan wilayah secara berkelanjutan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun