Dalam penelitian di lakukan analisis pada Kabupaten Tapin, yang terletak di Provinsi Kalimantan Selatan dengan luas wilayah sekitar 2.700,82 km². Kabupaten ini terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah, serta lahan basah yang rentan terhadap banjir, terutama selama musim hujan. Dengan perubahan tata guna lahan yang cukup signifikan dari waktu ke waktu, pengamatan dan pemantauan wilayah ini sangat penting untuk memahami dampak perubahan lingkungan dan upaya mitigasi risiko banjir.
Tiga jenis citra satelit yang saya gunakan adalah Landsat 7, Landsat 8-9, dan Sentinel-2. Landsat 7 memberikan data historis penting untuk analisis jangka panjang, meskipun terdapat kendala teknis sejak 2003. Landsat 8-9 menyempurnakan kualitas citra dengan resolusi spektral yang lebih baik, sementara Sentinel-2 menawarkan resolusi spasial yang lebih tinggi serta frekuensi pengambilan data yang lebih sering, sehingga ideal untuk pemantauan detail di wilayah yang luas seperti Kabupaten Tapin.
A. Citra Landsat 7 (Kab.Tapin)
•Kekurangan Citra Landsat 7 (Kab.Tapin)
1. Masalah Kerusakan Data: Sejak tahun 2003, Landsat 7 mengalami kerusakan yang menyebabkan beberapa bagian citra hilang. Ini membuat citra tidak lengkap dan bisa mengganggu analisis.
2. Resolusi Terbatas: Meskipun memiliki resolusi 30 meter, citra ini mungkin tidak cukup jelas untuk melihat detail kecil seperti bangunan atau jalan yang sempit.
3. Pengaruh Cuaca: Cuaca seperti awan atau kabut dapat menghalangi citra, membuat beberapa area sulit untuk dianalisis secara akurat.
4. Keterbatasan dalam Spektrum: Landsat 7 tidak memiliki kemampuan untuk menangkap jenis informasi dalam spektrum yang lebih luas seperti beberapa satelit baru. Ini bisa membatasi identifikasi jenis lahan tertentu.