Mohon tunggu...
D4U
D4U Mohon Tunggu... Mahasiswa - In Neverland With The Elf

Hanya sebuah pena yang sedan mencari tintanya. selamat datang, terima kasih sudah meluangkan waktunya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Suratan dari Surga

12 November 2021   13:07 Diperbarui: 12 November 2021   13:26 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Apa maksudnya? Gadis itu mengambil dua surat di saku roknya. Menatap lembaran demi lembaran di atas laci itu. Semua kalimat itu tidak saling berkaitan. Apa maksudnya? Gadis itu bergeming untuk beberapa saat. Mencerna setiap kata yang terangkai di setiap lembaran surat mesterius.

Tunggu.

Mata gadis itu memicing. Ada yang janggal dari tulisan disetiap surat itu. Ada huruf yang digaris bawahi.

Pertama 'Perasaan yang terlupakan'

Kedua 'Matahari hanya terbit setelah malam'

Ketiga 'Punahnya semangat raja hutan hanya karena seekor elang'

"Jika disambung, 'Sayang, Mama, Pulang.'" Asya terdiam sejenak. Netranya mengerjap untuk beberapa saat. Apa benar? Apa benar ibunya kembali? "Nek! Nenek!" Teriak Asya sembari membawa tiga lembar surat itu. Wajahnya berbinar. Bahagia merasuki tubuhnya. Lelah yang tadinya mengepung seolah terbang bersama wulung. Digantikan dengan lengkung manis di wajahnya.

"Ada apa, Saya?"

"Nek, lihat ini. Mama pulang. Mama kirim surat untuk Asya." Asya berteriak senang sembari memeluk dan menunjukkan surat itu kepada neneknya. Membuat raut wajah nenek berubah seketika.

Nenek mengambil lembaran-lembaran yang sudah sedikit tak berentuk dan membacanya. Wajah wanita berumur itu sulit untuk diartikan. Ada yang harus beliau sampaikan. Tentang sebuah rahasia dan fakta yang harus tersampaikan. Tentang sebuah kenyataan yang harus ditunjukkan. Namun, bagaimana beliau menyampaikan? Sementara, beliau tidak ingin merusak kebahagiaan cucunya saat ini. Jiwanya bertarung. Memilih antara menyampaikan atau membiarkan. Lagi-lagi, nenek menarik napasnya dalam.

"Asya, mau janji sama nenek?" Nenek memegang erat kedua bahu Asya menguatkan. Dengan netra yang menatap cucunya lekat-lekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun