"Untuk apa kau melakukan ini? Ada masalah dengan mereka? Aku kira kau pemuda lugu. Ternyata sekeji ini." Djapar menunjukkan rasa kecewanya.
"Aku hanya tidak suka melihat manusia lemah seperti mereka. Disiksa oleh jagal sepertimu. Bukannya melawan malah pasrah. Menurutku, otak mereka tidak berguna. Maka dari itu ku ambil dan kubuang ke sungai. Untuk apa dia memiliki otak jika tidak pernah digunakan. Lagi pula, dari pada seumur hidupnya hanya mendapat siksaan dari jagal-jagal sepertimu, lebih baik ku antar saja mereka ke surga jadi dia tidak akan merasakan sakit lagi. Aku juga bermaksud agar sahabatku Djapar berhenti menjadi seorang jagal. Ilmu yang kakekku berikan bukan untuk menindas orang yang lemah. Apa aku salah?"
Ku tunjukkan satu persatu maksud dari kelakuanku. Jelas membuat mereka semua terkejut dan berpikir. Salah karena aku berbuat keji atau benar karena aku menyelamatkan pemuda itu dari siksaan jagal-jagal.Â
Siapa yang dapat disalahkan? Djapar yang terus menyiksa, pemuda yang terlalu lemah dan selalu pasrah, atau aku yang berniat meringankan siksanya? Semua masalah tidak akan terasa adil jika hanya dilihat dari satu sisi saja. Jadi, siapa yang salah?
***TAMAT***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H