Kata mas Boy sambil ketawa ketiwi. Orang tua Ira pun ikut tertawa lepas bersama mas Boy. Mereka pun sadar, anak gadisnya sekarang telah dewasa. Tak terasa sepertinya baru kemarin Ira masih lari-lari di halaman depan rumah sambil membawa boneka kelinci nya. Waktu sangat tidak terasa. Waktu itu relatif, bisa cepat bisa lambat. Bayangkan saja misalnya kamu menikmati hari ini, pasti tidak akan terasa tiba-tiba sudah malam saja. Misalkan kamu tidak menyukai hari ini, pasti hari ini terasa berjalan lama, terasa berat dan terasa sangat membosankan.
Intinya adalah bagaimana kita bisa menikmati waktu yang diberikan Allah SWT kepada kita.
“Ayah. Ibu? Kok ikutan ketawa? Masak percaya sama omongannya mas Boy? Udah gausah di dengerin sihhh huftt”
Kata Ira dengan nada sedikit tinggi. Walaupun dengan nada tinggi, Ira tak bisa menahan senyum dan rasa malu. Ira teringat-ingat akan waktu yang ia dan Dyo habiskan pada hari sabtu itu. Rasanya Ira sangat senang pada hari itu. Menunjukkan sekolahnya dulu, menyantap makanan favoritnya sewaktu SMA dulu. Ditambah jalan berdua dengan dirinya, rasanya komplit sekali.
“Tuuuh, tuuuh mbak Ira senyum-senyum sendiri lagi tuuuh. Udah mbak Ira, cocok kok sama mbak Ira. Gausah ditutup-tutupin gitu. Kulit mbak Ira itu putih jadinya keliatan merah tuh pipinya”
Celetuk mas Boy sambi menunjuk ke arah pipi Ira yang mulai memerah. Karena kulit Ira yang putih jadinya Ira tidak bisa menutupi pipinya yang semakin merah. Senyumnya pun juga tak lagi bisa terbendung dari bibirnya. Ira menunduk dan tersenyum malu. Ira langsung melihat ke arah samping dari halaman depan rumah. Namun lagi-lagi senyumnya tidak terbendung lagi. Mungkin wajahnya semakin cantik saja ketika ia jatuh cinta pada seseorang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H