Namun bukan berarti segala hal bisa dibebaskan. Bukankah ada batasan norma dan nilai dalam kebebasan itu sendiri?Â
Lupakan soal citra atau nama baik, yang jelas miras ini memberikan dampak yang dapat menimbulkan masalah sosial. Akan banyak kriminalitas terjadi yang berawal dari alkohol yang memabukkan.
Saya suka nonton drakor yang mana dalam setiap adegannya selalu ada adegan minum-minum, mabuk. Rasanya setiap ada masalah, hanya dengan sebotol soju seketika bisa mengobati kegalauan hati, melupakan permasalahan hidup.
Tapi itu tidak lantas membuat saya meniru kebiasaan seperti itu. Tidak membenarkan jika itu saya lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi kalau sampai harus menerima bahwa pemerintah melegalkan miras meskipun tidak secara nasional.
Yang saya takutkan adalah, ketika miras dilegalkan, dan miras sudah bertebaran dimana-mana, sangat mudah mendapatkan akses miras kemudian mabuk menjadi budaya dan saya khawatir generasi yang akan datang, generasi labil menjadi kaum yang ikut-ikutan dan bersembunyi dibalik payung hukum "negara memperbolehkan". Apalagi saat ini generasi kita adalah generasi FOMO.
Selama ini banyak anak-anak yang mencoba rokok, narkoba dan miras karena coba-coba akhirnya menjadi ketagihan. Apalagi kalau anak-anak, remaja melihat miras di warung-warung, di kaki lima, rasa penasaran mereka akan terpanggil, akhirnya akan menimbulkan rasa ingin mencoba. Yang seharusnya dicegah, malah dibolehkan beredar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H