Ketindihan, atau sering disebut dengan "sleep paralysis" dalam istilah medis, adalah fenomena di mana seseorang mengalami kelumpuhan sementara saat tertidur atau baru bangun. Dalam kondisi ini, individu merasa sadar tetapi tidak bisa bergerak atau berbicara, dan sering kali disertai dengan perasaan tercekik, sesak napas, atau bahkan halusinasi. Di berbagai budaya, fenomena ini sering dikaitkan dengan kisah-kisah mistis atau supranatural.
Pengalaman Ketindihan di Berbagai Budaya
Di Indonesia, ketindihan sering dikaitkan dengan hal-hal gaib, seperti kehadiran makhluk halus atau roh jahat. Masyarakat Jawa, misalnya, percaya bahwa ketika seseorang mengalami ketindihan, itu berarti mereka sedang "ditekan" oleh makhluk tak kasat mata. Ada juga keyakinan bahwa makhluk seperti "hantu pocong" atau "setan" sedang mencoba mengganggu atau mendekati orang yang sedang tidur.
Di berbagai belahan dunia lainnya, pengalaman ini juga sering dihubungkan dengan mitos setempat. Di Jepang, fenomena ini disebut "kanashibari", yang berarti "terikat oleh tali besi," dan dianggap sebagai tanda bahwa roh jahat sedang menekan tubuh seseorang. Di negara-negara Barat, cerita tentang "old hag", sosok penyihir tua yang duduk di dada seseorang dan menyebabkan sesak napas, sering digunakan untuk menjelaskan ketindihan.
Gejala Sleep Paralysis
Secara medis, ketindihan atau sleep paralysis biasanya terjadi saat seseorang berada dalam fase tidur "REM (Rapid Eye Movement)", fase tidur yang biasanya terkait dengan mimpi. Selama fase REM, otak kita secara alami melumpuhkan sebagian besar otot tubuh agar kita tidak bertindak sesuai dengan mimpi kita. Namun, pada sleep paralysis, kelumpuhan otot ini masih berlanjut bahkan setelah kita mulai sadar dari tidur, menyebabkan sensasi terjebak dalam tubuh sendiri.
Gejala umum ketindihan meliputi:
- Ketidakmampuan untuk bergerak atau berbicara selama beberapa detik hingga beberapa menit.
- Perasaan tertekan di dada, seolah-olah ada yang menindih.
- Sensasi seperti ada yang mengawasi atau mendekati.
- Halusinasi visual atau auditori, seperti melihat bayangan gelap atau mendengar suara aneh.
- Rasa takut yang intens karena ketidakmampuan untuk mengontrol situasi.
Penyebab Sleep Paralysis
Sleep paralysis sering kali terjadi ketika seseorang kurang tidur, mengalami stres, atau memiliki jadwal tidur yang tidak teratur. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti "gangguan tidur", "kelelahan", dan "tidur terlentang" dapat meningkatkan risiko terjadinya fenomena ini. Selain itu, orang yang menderita "narcolepsy", gangguan tidur yang menyebabkan rasa kantuk berlebihan di siang hari, lebih rentan mengalami ketindihan.
Dalam beberapa kasus, sleep paralysis juga dapat dikaitkan dengan "kecemasan", "depresi", atau trauma psikologis. Orang yang mengalami stress berat atau kejadian traumatis lebih mungkin mengalami fenomena ini karena tubuh mereka lebih sulit untuk memasuki pola tidur yang sehat dan stabil.
Penanganan dan Pencegahan
Meski menakutkan, ketindihan tidak berbahaya secara fisik dan biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit. Namun, karena bisa sangat mengganggu secara emosional, penting untuk mengetahui cara mengatasinya.
Berikut beberapa tips untuk mencegah atau mengurangi sleep paralysis:
1. Perbaiki Pola Tidur
Cobalah untuk tidur selama 7-9 jam setiap malam dan usahakan tidur serta bangun pada waktu yang sama setiap hari. Tidur yang cukup dan teratur dapat membantu tubuh mengatur siklus tidur lebih baik.
 Â
2. Kurangi Stres
Latihan relaksasi seperti meditasi, yoga, atau teknik pernapasan dalam dapat membantu mengurangi tingkat stres dan kecemasan, yang bisa menjadi pemicu ketindihan.
3. Tidur dalam Posisi Menyamping
Tidur terlentang bisa meningkatkan kemungkinan mengalami ketindihan, jadi cobalah tidur dalam posisi miring untuk mencegahnya.
4. Hindari Kafein dan Alkohol Sebelum Tidur
Minuman yang mengandung kafein atau alkohol dapat mengganggu pola tidur, jadi hindarilah setidaknya 4-6 jam sebelum tidur.
5. Konsultasi dengan Profesional Kesehatan
Jika ketindihan sering terjadi dan sangat mengganggu kualitas hidup Anda, ada baiknya berkonsultasi dengan dokter atau ahli tidur untuk mengetahui apakah ada gangguan tidur lain yang mendasari kondisi tersebut.
Sleep Paralysis dalam Perspektif Ilmiah dan Mistis
Banyak orang yang mengalami ketindihan merasa sangat takut karena halusinasi yang mereka alami sering kali terasa nyata. Ketika otak sedang berusaha bangun dari tidur, tetapi tubuh masih dalam keadaan lumpuh, seseorang bisa mengalami distorsi visual atau pendengaran, yang bisa berbentuk bayangan, suara, atau bahkan sentuhan. Hal ini sering disalahartikan sebagai pengalaman mistis atau paranormal.
Dari sudut pandang ilmiah, halusinasi ini sebenarnya adalah akibat dari peralihan yang salah antara tidur dan terjaga. Otak masih dalam fase REM, tetapi kesadaran sudah mulai kembali, sehingga halusinasi mimpi bisa "bocor" ke dalam kesadaran. Meskipun fenomena ini dapat dijelaskan secara ilmiah, banyak budaya tetap mempertahankan mitos-mitos yang terkait dengan ketindihan, karena pengalaman tersebut sangat intens dan emosional bagi orang yang mengalaminya.
Ketindihan adalah fenomena yang umum dan biasanya tidak berbahaya, meskipun sering kali disertai perasaan takut dan tercekik. Meskipun penjelasan ilmiah tentang sleep paralysis sudah ada, cerita-cerita mistis dan kepercayaan supranatural masih sangat kuat melekat di berbagai budaya, termasuk di Indonesia. Mengetahui penyebab dan cara mencegah ketindihan bisa membantu kita memahami bahwa fenomena ini lebih bersifat biologis daripada mistis, meskipun ketakutannya tetap terasa nyata.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI