Maka tak berlebihan jika saya mengatakan Mbak Widz, Acek Rudy layak mendapat Nobel perdamaian literasi. Karena dengan kegiatan literasi yang mereka upayakan rasa damai, rasa kebersamaan muncul organik, tak ada tekanan tanpa paksaan untuk kami harus mengedepankan perdamaian. Sampai rela datang walau jarak, waktu memisahkan.
Berandai-andai bila saja bangsa yang sedang bertikai, Israel, Palestina, Suriah, Ukraina juga negara konflik lain punya ide seperti Mbak Widz, menulis bareng satu tema, perbab beda penulis menuju ending yang sama, maka selesailah urusan tikai bertikai. Dunia damai karena kepentingannya sama, indah di akhir cerita.
Berkat Syahrul saya diingatkan untuk VC dengan pasangan menulis kasmaran saya Ikhlas atau Julak Anum, Ahay. Sebuah nama yang memantik diksi romantis saya untuk berpuisi hingga hubungan kami sedekat bunda dan anak.
Pada yang belum datang semoga suatu saat kita dipertemukan, mungkin akan dibuat sequel saya ajukan sangat berminat. Walau tak ada rekor MURI tak apa. Persaudaraan ini sungguh indah dilanjutkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI