Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Balik Rekor Muri Kapak Algojo dan Perawan Vestal, Kompasianer Widz Stoops dan Rudy Gunawan Layak Mendapatkan Nobel Literasi

6 Oktober 2024   09:39 Diperbarui: 6 Oktober 2024   09:46 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bareng bareng foto bersama (doc.pri)

Maka tak berlebihan jika saya mengatakan Mbak Widz, Acek Rudy layak mendapat Nobel perdamaian literasi. Karena dengan kegiatan literasi yang mereka upayakan rasa damai, rasa kebersamaan muncul organik, tak ada tekanan tanpa paksaan untuk kami harus mengedepankan perdamaian. Sampai rela datang walau jarak, waktu memisahkan.

Berandai-andai bila saja bangsa yang sedang bertikai, Israel, Palestina, Suriah, Ukraina juga negara konflik lain punya ide seperti Mbak Widz, menulis bareng satu tema, perbab beda penulis menuju ending yang sama, maka selesailah urusan tikai bertikai. Dunia damai karena kepentingannya sama, indah di akhir cerita.

Foto bareng semua yang hadir (doc.istimewa)
Foto bareng semua yang hadir (doc.istimewa)
Pada kawan yang telah datang saya haturkan rindu jumpa lagi, semua yang telah saya sebut maupun yang belum, seperti Pak Budi Susilo yang saya ingin selalu duduk di samping, Bemby Cahyadi yang saya tak henti menatap saat presentasi awal, Istri Bang Indra Rahadian yang menyeruakkan keharuan duka almarhum, Mas Wuri Handoko atau Mas Han yang sedari dulu ingin saya bertemu sebab suka Headline, Mbak Ester yang hangat dan ingin selalu saya peluk, Mbak Muthiah yang ramah perhatian laiknya saudara, juga Syahrul Chelsky Kompasianer yang kenal saya sedari kuliah, menikah hingga kini jadi perangkat desa. 

Berkat Syahrul saya diingatkan untuk VC dengan pasangan menulis kasmaran saya Ikhlas atau Julak Anum, Ahay. Sebuah nama yang memantik diksi romantis saya untuk berpuisi hingga hubungan kami sedekat bunda dan anak.

Pak Fery dan Pak Merza (Doc.pri)
Pak Fery dan Pak Merza (Doc.pri)
Juga pada Pak Fery Widiatmoko, Kompasianer yang dahulu pernah ketemu saya ke kantor Kompasiana 2018 akhir juga pak Merza Gamal yang baru gabung terakhir, bukan peserta menulis namun terpantik datang sebab rasa keluarga sebagai Kompasianer.

Pada yang belum datang semoga suatu saat kita dipertemukan, mungkin akan dibuat sequel saya ajukan sangat berminat. Walau tak ada rekor MURI tak apa. Persaudaraan ini sungguh indah dilanjutkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun