"Apa."
"Cinta."
Geletar gusar menimpa kepala. Bujang ini masih membicarakan cinta setelah semua alasan diutarakan.
"Dengan keadaan diriku seperti ini?"
"Apa yang membuatku harus mundur?"
"Aku tak bisa selalu bersamamu,Â
pekerjaanku seperti burung."
"Asal bersedia menetap di hatiku, ke manapun kau melanglang akan kuantar, atau bila tak bisa tetap kutunggu pulang. Kapanpun, larut sekalipun."
"Ah kau, kenapa tidak dahulu saja kau tercipta untukku?"
"Karena aku adalah masa depanmu."
Shadeeq bujang petani. Dia memilih menggarap sendiri lahan orang tuanya. Di saat pemuda seusia di desanya pergi merantau, mencari penghasilan lebih besar, menjadi kuli atau buruh bangunan yang uangnya bisa didapat setiap minggu. Lebih cepat dinikmati ketimbang bertani.