"Tolong disampaikan, bukan maksud meminggirkan yang telah diberikan, namun hanya ingin menulis pandangan hati. Ikut empati atas tak ada hunian layak buatnya. Siapa tahu ada yang tergerak membantu mendirikan rumahnya."
Tulis saya pada kawan reporter Ojin yang terus up date kabar nasib Abdul Rohim.
Gambar-gambar yang dikirim kawan kuli tinta sebelum dini hari beranjak itu sukses membuat saya begadang. Memikirkan langkah apa yang bisa dilakukan agar dia segera menghuni sebuah tempat yang bisa disebut rumah, bukan bermaksud menisbikan bantuan yang telah diberikan.
Saya apresiasi untuk bantuan itu, akan tetapi dia butuh lebih. Hidupnya belum berubah layak, ini yang ingin saya sampaikan. Dia masih perlu uluran, barangkali ada yang berkenan turun tangan kan bagus.
Hari ini insya Allah saya akan datang langsung ke lokasi, melihat kemungkinan apa yang bisa dilakukan pada sosok Abdul Rohim agar segera lolos dari potret lagu termiskin di dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H