"Nah, sekarang tentukan dulu kriteria lelaki yang kau inginkan. Lelaki baik pasti ingin mendapat perempuan baik-baik. Tak perlu mengusap bedak tebal apalagi menyapukan warna warni menor di wajah, malah kelihatan seperti lonte nanti. Yang wajar saja, kebersihan wajah dan badan itu yang utama. Juga tentu saja hati. Jangan risau, jodoh itu sudah ditentukan Tuhan."
Perkataan ibu yang panjang lebar seketika menyadarkan saya. Penampilan memang perlu, tampak cantik itu asik. Tapi menor tidak. Untuk kualitas lelaki idaman rasanya tak perlu berpenampilan berlebihan, apalagi seperti lonte.
Sejak itu saya tak lagi risau dengan pasangan. Lelaki baik untuk perempuan baik. Jadi saya harus jadi anak baik-baik. Belajar mempercantik diri tetap, tapi dengan kadar wajar, tidak berlebihan.
Beberapa tahun kemudian perkataan ibu saya terbukti kebenarannya. Tanpa kecantikan berstandar umum saya mendapat jodoh lelaki tampan. Sesuatu yang di luar prediksi.
Ternyata betul, jodoh itu di tangan Tuhan. Upaya menjadi baik akan mendapat balasan, termasuk urusan jodoh. Perempuan baik akan mendapat lelaki baik. Tipe idola seseorang pasti berbeda-beda, tidak usah galau tidak mendapat jodoh. Demikian pula urusan kecantikan, pasti relatif untuk seseorang.
Ah, Jadi ingat perkataan Vikcy Notonegoro yang dilansir Tribun Manado.co.id 27 November lalu. Dia mengaku lebih senang perempuan yang mengerti dengan agama.
"Kalau dia ngerti agama dia pasti setia, dia pasti mengikuti pedoman. Gak usah diajarin lagi, dia udah paham agama," ucap Vikcy. Cantik tidak dijadikan ukuran utama.
Perkataan ibu puluhan tahun lalu, lagi-lagi betul. Masih relevan hingga jaman millenial ini. Buktinya, pendapat Vicky seolah menyepakati kata-kata ibu saya. Meski tak mereka pernah bertemu.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI