Terhadap hal ini, ada dua model sikap di masyarakat kita yang berkembang. Berdasarkan pengamatan saya saja.Â
Pertama, mereka yang tahu betul tentang virus ini beserta cara menyikapi. Antisipasi pribadi, distancing, stay at home. Tak ada masalah dengan mereka. Kepatuhan terhadap anjuran menjadi hal utama pada kelompok ini.Â
Tingkat pendidikan yang baik serta pengetahuan yang benar, dan nalar sehat yang mereka miliki membuat mereka pada situasi tetap nyaman meski harus waspada. Inilah potret masyarakat yang patut menjadi teladan. Keberadaannya harus digandeng menjadi influencer. Corong  pengabaran hal-hal yang harus dilakukan. Termasuk mengusung kampanye empati, mengedepankan martabat masyarakat. Menjadi manusia berbudi.
Kedua, mereka yang setengah memahami dan  setengah mengerti. Tahu bahwa virus itu mematikan, sehingga segala bentuk informasi pencegahan di telan mentah-mentah. Supaya diri aman bahkan rela memusuhi mereka yang dianggap terindikasi. Lalu menggerakkan jari, juga kata-kata.
Mengajak orang lain melakukan hal serupa. Seolah diri paling suci, yang tak sama dengannya adalah aib, tidak boleh ada di antara mereka. Bahkan jenazahnya. 3 orang telah ditangkap untuk aksi provokasi penolakan jenazah perawat tadi.
Ketiga, mereka yang tak peduli. Menganggap diri kebal. Atau merasa tak bakal terinveksi. Kalau mati karena Corona ya " Wes Wayahe". Jenis masyarakat inilah yang sering membuat para medis kesal. Saya juga, sebagian besar orang juga.
"Sebal mbak liat mereka dengan santainya kembali turun ke jalanan. Apalagi ketawa ketiwi nongkrong, merokok, main skak. Sempat-sempatnya. Seolah aman tak bakal kena apa-apa. Padahal, siapa yang tahu mereka udah ke mana saja selama inkubasi, udah berkontak sama siapa aja, terus orang yang berkontak udah berkontak lagi dengan siapa saja dan seterusnya. Kalau mereka kena kan nakutin kami juga." Cetus Jun Ishaq. Asisten dentist sahabat saya yang asal Aceh.
"Yang tenaga medis, kalau boleh bertukar peran, lebih senang di rumah aja ikut anjuran pemerintah."
Corona bukanlah aib, yang membuat seseorang akan jatuh harga diri karenanya. Semua orang berpeluang sama bila terkena. Jadi mari berpikir, selangkah lebih maju dari orang-orang primitif. Mau belajar, mau dan mau menerima pelajaran.Â
Apa dan bagaimana sesungguhnya Covid-19. Sehingga bisa diambil sikap tepat menghadapinya. Tidak over convident tak pula paranoid. Yang tengah-tengah saja. Ambil sikap dan keputusan tepat. Khoirul umuri ausatuha. Win win solution. Baik untuk semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H