Potret Yuyun, potret bapak di Medan beserta 4 kasus kematian di atas tersebab kelaparan, bagi saya bukan kebetulan. Nyata, lapar bisa mengakibatkan kematian. Sehingga ketika orang-orang pinggiran mengaku lebih takut dengan kematian karena kelaparan daripada dengan Corona saya memaklumi.
Senada dengan penuturan pengemudi ojek di Luanda Angola yang dilansir Kronologi.id Garcia Landu. Menurutnya, ia punya anak dan istri yang harus dipenuhi sandang dan pangan sehari-harinya.
"Lebih baik mati karena penyakit ini (corona) ataupun tembakan daripada mati kelaparan. Mati kelaparan, saya tak akan pernah menerima itu. Saya tak bisa," tegasnya, dilaporkan AFP pada Senin 6 April 2020.
Ketakutan yang masuk akal, karena tak kuat menahan beban kehidupan. Makan untuk hidup. Betul itu. Puasa tak mengapa, tapi kalau setiap hari bingung memikirkan yang akan dipakai berbuka, itu menjadi tekanan psikologis yang luar biasa. Saya mafhum, tahu rasanya.
Maka untuk mengatasi hal itu, bilakah dibuka posko darurat kelaparan? Hotline service. Bukan hanya untuk pengendalian Covid-19. Seperti yang dilakukan Relawan Banten Melawan Corona (RBMC). Harusnya, pemerintah bisa berperan serta. Ada dana desa milyaran di garda depan. Ada dana kelurahan kota ratusan juta. Itu bisa dimanfaatkan.
Regulasi penggunaan dana  untuk sosialisasi dan penanganan Covid-19 memang telah ada, menggunakan dana tersebut. Namun bila bisa pula dialokasikan untuk mereka yang membutuhkan bantuan pemenuhan sembako bagi keluarga terdampak Corona, itu akan menyelamatkan lebih banyak nyawa.
Betul telah ada anggaran dana pemerintah pusat yang akan menggelontorkan Rp. 405,1 triliun guna menangani pandemi virus corona atau Covid-19 di Indonesia. Anggaran tersebut berasal dari Anggaran Pendapatan Belanjan Nasional (APBN) 2020. Namun bila proses cairnya berbelit dan tidak teralokasikan untuk keluarga terdampak, yang ada kemungkinan "mati"kelaparan akibat menanggung beratnya efek Corona, rasanya tidak fair juga.
Jadi hemat saya, dirikan posko dan buka hotline service, tidak hanya untuk mengahadapi Covid-19 tapi juga keluarga yang berpotensi "kelaparan". Di tiap desa atau kelurahan, dengan informasi berjenjang. Dari ujung tombak paling dekat dengan warga, RT, RW, dusun, lalu ditangani bersama. Menggunakan dana yang dipunya. Agar mata rantai persoalan putus, tertangani segera. Untuk Indonesia bebas dari kematian akibat Corona dan kelaparan.
Ditulis Anis Hidayatie, untuk Kompasiana
Ngroto, Berangkat keliling. Selasa, 7 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H