" Yes Ann, I'll do it. Kau sedang apa sayang, sedari tadi kuhubungi tak ada jawaban."Â
" Sorry, Â aku sedang meliput acara Pesta Tepung Warna tadi, terus lanjut ke beberapa lokasi yang mengadakan acara tujuh belasan di kota Malang. Baru sempat nengok gawai sekarang."
" Kau sibuk sekali ya?"
"Begitulah, kau tahu itupun."
"Honey, aku akan pulang ke Indonesia segera setelah keluar dari Rumah Sakit."
"Biarlah sembuh dahulu sakitmu itu. Baru berpikir pulang ke Indonesia."
"Ah kau ini, aku ingin segera bertemu denganmu. Aku yakin kalau dekat kamu, sakitku ini akan segera sembuh."
"Ojin ih, aku tidak bisa menjanjikan apa apa kalau kau pulang ke Indonesia. Jadi pikirkanlah kembali rencanamu itu." Jawaban Ann masih menunjukkan, belum menerimaku.
Tekadku bulat sudah, meskipun Ann menjawab begitu, aku tetap akan pulang ke Indonesia. Aku sendiri tidak tahu bagaimana bisa aku mencintai Ann sedemikian rupa. Terasa ada dorongan kuat untuk segera menikahi Ann, sesuatu yang tak pernah kurasakan saat bersama perempuan-perempuan lain dari berbagai negara, mantanku dulu. Hatiku berkata hanya dia perempuan tepat itu. Senyum manis, kulit coklat, tatap mata teduh. Kupikir dialah yang paling bisa mendampingi sisa hidupku. Menjadi seorang istri tentu saja.
Kupandangi lagi fotonya. Kunikmati lagi suara lembutnya, tapi menyiratkan ketegaran itu dari yang pernah dia kirimkan padaku. Berdebar dadaku, berdesir darahku. Dia tidak seksi, tubuhnya kurus mungil, tapi aku begitu menginginkannya.Â
Maka ketika esok hari dari waktu operasi dokter mengatakan aku bisa keluar dari rumah sakit, langsung kupesan tiket untuk pulang ke Indonesia. Dengan bekal obat dan berbagai advis dari dokter Osaka aku akan pulang ke Indonesia.