Mohon tunggu...
Yedija Luhur
Yedija Luhur Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer

Based on Jakarta Greater Area i'm a full time photographer, specialized in portrait and company profile. also doing content creation at social media platform, website, and blogging.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Estetika: Perjalanan dan Evolusi Keindahan dalam Dunia Fotografi

5 Juli 2024   11:17 Diperbarui: 5 Juli 2024   11:17 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.yedijaluhur.com - doc. pribadi

Balik lagi ke ngomongin estetika, di masa ini yaitu kembali ke estetika di abad Yunani, yang dikejar adalah keseimbangan, komposisi, cahaya, bentuk (meliputi bentuk tubuh manusia dan benda-benda mati). Kamera berlomba-lomba menghasilkan warna yang seakurat mungkin dengan detail sebanyak mungkin, menangkap gradasi cahaya sehalus mungkin dengan tone yang senatural mungkin. Sama seperti perkembangan lensa yang ke arah tersebut, menciptakan suatu gambar yang perfect, bebas dari distorsi dan artifact-artifact lain yang mengganggu. Maka dari itu, tahap ini adalah puncak dari foto model, foto street, dan beberapa genre fotografi lainnya yang kita kenal sampai saat ini.

Juga pada tahap ini, lahir banyak teori-teori fotografi yang dimulai dari Ansel Adams, hingga beberapa fotografer senior yang saat ini kita kenal seperti Arbain Rambey, Darwis Triadi, Kristupa Saragih, dan masih banyak lagi dan kalau di luar negeri, dikenal juga fotografer YouTuber seperti Peter McKinnon, Jared Polin, Chris Hau, dll. Semua ini adalah peopor teori fotografi dan berkembang hingga sampai saat ini, dan yang kedepannya akan menjadi acuan & fundamental buat semua orang yang ingin belajar fotografi.

Alat dan teknik menjadi fundamental dalam perkembangan ini, menyebabkan di masa ini banyak sekali brand wars (antara Canon dan Nikon, sony fuji), perang alat (besar-besaran sensor), anggapan bahwa Fullframe lebih baik dari APSC, teknik satu lebih bagus dari teknik lainnya. Itu menjadi perdebatan panas di masa itu, yang masih bisa kita rasakan hingga saat ini, terutama di kalangan generasi 80-an, 90-an termasuk aku yang generasi 90-an awal.

Perdebatan ini selalu berulang ketika teknologi baru mulai muncul. Jika ditarik ke belakang lagi di awal 2000-an, perdebatan antara film fotografi dan digital fotografi juga sama hebatnya seperti perdebatan DSLR vs Mirrorless pada masa ini. Dan perdebatan antara fotografi digital dengan fotografi AI masih akan berlangsung saat ini hingga beberapa tahun ke depan.

Akhir dari digital fotografi ini, dimulai dengan banyaknya gerakan fotografi kontemporer yang berkembang sejak era COVID-19 berbarengan dengan "the rise of smartphone", menentang trend tradisional fotografi yang mengutamakan akurasi warna dan pencahayaan yang sempurna. Pada masa ini banyak sekali trend foto dengan efek blur, penggunaan losion pada lensa untuk menciptakan efek dreamy, warna vintage dan klasik, serta pencahayaan eksperimental menjadi populer. Tren ini mencapai puncaknya sekitar tahun 2023, bersamaan dengan diperkenalkannya fotografi komputasional dan AI fotografi.

Perkembangan teknologi menyebabkan perubahan estetika fotografi yang lebih cepat dibandingkan sebelumnya. Selanjutnya yaitu fotografi komputasional, yang akan memanfaatkan teknologi pembacaan langsung sensor, memungkinkan penggunaan filter, augmented reality, dan AI dalam fotografi. Kamera mirrorless, termasuk smartphone, menggunakan sistem pembacaan data langsung dari sensor, memungkinkan perubahan real-time pada foto.


KOMPUTASIONAL FOTOGRAFI

Saat ini, hampir semua foto sudah bisa dibilang kalau diambil dengan filter. Jika di DSLR telah memperkenalkan preset yang memungkinkan pengaturan ketajaman gambar, profil warna, dan lainnya. Pada kamera mirrorless, tahap tersebut makin advance lagi karena setiap gambar pasti memasuki proses filtering dan layering melalui beberapa tahap komputasional fotografi seperti penggabungan exposure, local tone mapping, masking, HDR, dll di dalam processor. Selain itu fotografi komputasional memungkinkan fitur seperti face detection, bokeh buatan, dan pengolahan gambar real-time dengan preview langsung pada layar kamera.

Di sisi lain teknologi augmented reality memungkinkan animasi pada foto, seperti masker wajah, telinga kelinci, latar belakang dengan efek animasi, dan lainnya. Estetika visual yang sebelumnya menuntut kesempurnaan komposisi, pencahayaan, dan fokus, kini tidak lagi berlaku. Beberapa menganggap ini sebagai kemajuan, sementara lainnya melihatnya sebagai kemunduran estetika.

Teknologi yang mempermudah segalanya masih dipandang belum cukup matang pada awal perkembangannya, seperti filter make-up yang terlihat tidak alami atau filter warna Instagram yang berlebihan pada awalnya. Banyak orang masih menggangap (terutama professional) jika editing photoshop masih lebih bagus. Tapi jangan salah, dengan naiknya era media sosial yang mempercepat proses berbagi foto, menyebabkan oversharing dan overload konten visual. Efeknya development teknologi di bidang augmented reality, filter-filter, face detection dll menjadi semakin cepat dan dikerjakan secara kolektif oleh banyak pengguna dan developernya sendiri. Di tahap ini, terjadi oversupply konten, sehingga kita bisa melihat dalam sehari mungkin ada banyak story instagram, tiktok, post, twitter dll yang menurutku bisa sampai ribuan yang kita lihat dalam 1 hari. Sehingga menyebabkan nilai dari konten tersebut menurun sesuai dengan hukum ekonomi supply dan demand.

Adopsi teknologi yang masif menyebabkan kemunduran estetika dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah pandemi COVID-19. Namun, kita tidak perlu takut karena itu hanyalah sebuah awal dari estetika baru yang muncul dan memiliki keindahannya sendiri, didorong oleh overload informasi visual, menyebabkan banyak konten creator bereksperimen untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan lebih kreatif dalam membuat kontennya, supaya berbeda dari yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun