Nah, menurut Freire, BCE tidak akan pernah mampu untuk mendorong peserta didik untuk berpikir secara kritis mempertimbangkan realitas yang diberikan kepada mereka.Â
Murid disini hanya akan menjadi penerima realitas yang pasif tanpa pernah bisa mempertanyakan kebenaran atau manfaat dari realitas atau pengetahuan yang diberikan kepada dirinya. BCE dianggap berhasil jika murid mampu menghafalkan dengan baik semua pengetahuan atau realitas yang sudah diberikan kepada mereka.
Maka dari itu Freire memperkenalkan "Problem Posing Method" (PPM), yaitu suatu metode dalam pendidikan yang tidak "menindas" dan tujuannya guna membangkitkan kesadaran dari suatu realitas.Â
Karena menurut Freire, hubungan yang ideal antara guru dan murid bukanlah hierarkikal seperti dalam BCE, tetapi lebih kehubungan dialogikal, yaitu guru itu tidak hanya sebagai sosok tunggal yang sedang mengajar, tetapi juga yang diajar dalam proses dialog  atau diskusi  dengan murid; sementara murid bukan hanya seorang yaang diajar saja, tetapi juga mengajar pada saat yang sama.Â
Disini peserta didik bukan hanya pendengar tetapi juga penyelidik yang mampu berpikir secara kritis saat dialog dengan guru. Guru bertugas memberikan materi di hadapan murid-muridnya lalu meminta mereka mempertimbangkan materi tersebut. Setelah itu guru mempertimbangkan materi yang sudah diekspresikan murid berdasarkan pemikiran mereka masing-masing.
PPM dianggap berhasil jika murid tidak hanya sebagai penerima atau penghafal informasi, tetapi diharapkan mampu untuk berpikir secara kritis mengenai informasi yang mereka miliki, lalu mengkaitkan informasi tersebut untuk kehidupan mereka dan memanfaatkannya guna melakukan suatu perubahan atau transformasi kearah yang lebih baik lagi.
Terima kasih semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H