Mohon tunggu...
Aniatus Sofiyah
Aniatus Sofiyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswi IAIN Jember

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam A1

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengenal Filsafat Pendidikan Rekontruksionisme Beserta Tokohnya

27 Mei 2020   17:00 Diperbarui: 27 Mei 2020   16:57 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, menurut Freire, BCE tidak akan pernah mampu untuk mendorong peserta didik untuk berpikir secara kritis mempertimbangkan realitas yang diberikan kepada mereka. 

Murid disini hanya akan menjadi penerima realitas yang pasif tanpa pernah bisa mempertanyakan kebenaran atau manfaat dari realitas atau pengetahuan yang diberikan kepada dirinya. BCE dianggap berhasil jika murid mampu menghafalkan dengan baik semua pengetahuan atau realitas yang sudah diberikan kepada mereka.

Maka dari itu Freire memperkenalkan "Problem Posing Method" (PPM), yaitu suatu metode dalam pendidikan yang tidak "menindas" dan tujuannya guna membangkitkan kesadaran dari suatu realitas. 

Karena menurut Freire, hubungan yang ideal antara guru dan murid bukanlah hierarkikal seperti dalam BCE, tetapi lebih kehubungan dialogikal, yaitu guru itu tidak hanya sebagai sosok tunggal yang sedang mengajar, tetapi juga yang diajar dalam proses dialog  atau diskusi  dengan murid; sementara murid bukan hanya seorang yaang diajar saja, tetapi juga mengajar pada saat yang sama. 

Disini peserta didik bukan hanya pendengar tetapi juga penyelidik yang mampu berpikir secara kritis saat dialog dengan guru. Guru bertugas memberikan materi di hadapan murid-muridnya lalu meminta mereka mempertimbangkan materi tersebut. Setelah itu guru mempertimbangkan materi yang sudah diekspresikan murid berdasarkan pemikiran mereka masing-masing.

PPM dianggap berhasil jika murid tidak hanya sebagai penerima atau penghafal informasi, tetapi diharapkan mampu untuk berpikir secara kritis mengenai informasi yang mereka miliki, lalu mengkaitkan informasi tersebut untuk kehidupan mereka dan memanfaatkannya guna melakukan suatu perubahan atau transformasi kearah yang lebih baik lagi.

Terima kasih semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun