Mohon tunggu...
Aniatus Sofiyah
Aniatus Sofiyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswi IAIN Jember

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam A1

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengenal Filsafat Pendidikan Rekontruksionisme Beserta Tokohnya

27 Mei 2020   17:00 Diperbarui: 27 Mei 2020   16:57 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Caroline Pratt berpendapat bahwa seorang rekontruksionisasi sosial yang sedang berpengaruh pada periode ini, bahwanilai paling besar dari suatu sekolah atau pendidikan haruslah menciptakan individu yang mampu berpikir secara efektif dan tentunya kontruktif.

Nah, untuk mencapai tujuan pendidikan dalam rekontruksionisme dibutuhkan suatu kesepakatan atau kerjasama antar sesama individu agar terciptanya tatanan kehidupan yang sesuai dengan lingkungannya.

3. Paulo Freire

Paulo Freire lahir pada 19 September 1921 di Recife, Brazil dan meninggal pada 2 Mei 1997 diusia 75 tahun karena penyakit jantung. Beliau lahir dari keluarga kelas menengah dan memiliki latar belakang dibidang hukum dan pernah menjadi seorang pengacara dalam waktu yang tidak lama serta pernah menjadi guru Bahasa Portugis selama kurang lebih 6 tahun.

Paulo Freire dikenal sebagai seorang tokoh pendidikan dan tokoh utama aliran rekontruksionisme. Beliau mengungkapkan bahwa pendidikan itu tujuannya untuk dapat membuka mata peserta didik tentang realitas dari ketertindasan mereka, supaya mereka bisa melakukan transformasi atau perubahan sosial. 

Nah, kegiatan untuk membuka mata peserta didik inilah yang disebut Paulo Freire dengan istilah konsientasi yang berguna untuk membongkar atau mengubah apa yang disebutnya sebagai "kebudayaan diam" yaitu suatu keadaan dimana masyarakat itu dibuat tunduk dan patuh kepada penguasa atau pemimpin, yang menyebabkan masyarakat tidak ada keberanian untuk dapat mempertanyakan keberadaannya dan akhirnya menerima keberadaan.

Nah, dari pemikiran diatas menurut Paulo Freire pendidikan itu pasti ada keterlibatan politiknya, baik itu guna mempertahankan status quo atau untuk tujuan memciptakan perubahan atau transformasi sosial.

Hal itu dapat diamati dari metode pembelajaran yang digunakan dikelas, mereka yang menjadikan pendidikan sebagai alat untuk dapat mempertahankan status quo dalam pembelajarannya pasti menggunakan apa yang disebut Paulo Freire sebagai "banking concept of education". 

Dan mereka yang mempercayai bahwasanya pendidikan itu merupakan suatu praksis pembebasan, pasti akan pasti dalam pembelajaran akan menggunakan apa yang disebut Paulo Freire sebagai "problem posing method."

Dalam hal ini Paulo Freire sangat mengecam dengan metode pembelajaran yang sering ia dijumpainya di dalam kelas yang ia sebut sebagai "banking concept of education" (BCE), hal ini karena menurutnya pendidikan telah dijadikan alat untuk "menindas" kesadaran dari realitas dan menyebabkan seorang individu menjadi pasif dan menerima begitu saja keberadaannya., 

Paulo Freire  juga perbendapat bahwa BCE mempunyai karakter naratif,  karena telah terjadi suatu pola di mana guru adalah sebagai pembicara atau yang berbicara dan peserta didik hanya sebagai pendengar atau yang mendengarkan dengan seksama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun