Masyarakat Desa Wonorejo menyadari bahwa mereka berada di lingkungan yang memiliki masyarakat dengan berbagai macam keyakinan. hal yang paling mendasar untuk membentuk kerukunan adalah tidak pernah mempermasalahkan keyakinan orang. Karena agama adalah hak asasi manusia. Karena kesadaran mereka ini lah yang membuat mereka merasa bersatu dan merasa saling memiliki.
Dasar Agama yang Kuat dan Saling Menghormati
Masyarakat yang beragama memiliki akidah atau dasar-dasar untuk berkelakuan. Dengan dasar tersebut mereka memiliki landasan untuk bermasyarakat. Ajaran agama adalah ajaran bagi pribadi masyarakat. Bila dalam masyarakat memiliki berbagai macam agama mereka harus menghormati dan tidak untuk menjadikan agama lain gunjingan.Kerukunan juga bersumber dari orang-orang yang berakidah luwes, yaitu akidah yang bisa menyesuaikan dengan lingkungan.
Agama bukanlah sebuah tujuan dalam hidup tapi agama adalah sarana untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Menurutnya agama akan menjadikan manusia egois dan anarkis bila agama dijadikan tujuan karena amanusia akan merasa agamanya yang paling benar dan akan menyalahkan mereka-mereka yang tidak memeluk agamanya. Sedangkan agama sebagai sarana menyebabkan manusia lebih menghargai dan menghormati orang lain.
Interaksi dan Komunikasi Antar Umat Beragama
Faktor yang juga sangat berpengaruh dalam pembantukan kerukunan adalah interaksi dan komunikasi yang ada dalam masyarakat. Interaksi dan komunikasi tersebut dapat membentuk sebuah pandangan baru tehadap agama umat lain dan membuka pandangan baru untuk menghormati agama lain. Menghormati dan menghargai tersebut juga ditunjukkan dalam bentuk sikap. Antara lain saling mengunjungi dan berkomunikasi dalam sebuah kegiatan. Misalnya hampir semua masyarakat mengatakan bahwa pada saat hari raya agama apapun mereka saling mengunjungi. Pada saat hari raya baik itu Natal, ataupun Idul Fitri semua masyarakat ikut berkeliling untuk memberikan selamat.
      Komunikasi merupakan cara yang tepat yang mereka pilih untuk menghindarkan kesalah-pahaman. Dibentuklah Forum komunikasi antar tokoh-tokoh agama. Kegiatan konkrit mereka adalah doa bersama yang diadakan pada saat syururan panen di bulan Juni setiap tahunnya. Kegiatan tersebut dilaksanankan bersama-sama dan di pusatkan di Makam / Petilasan Mbah Jelun.
Tradisi ritus hidup masih dilakukan masyarakat secara umum bahkan tidak mengenal batasan agama. Selamatan terutama selamatan kematian sudah dianggap sebagai adat. Selamatan kematian dari hari ke tiga, tujuh hari, empat puluh hari seratus sampai seribu hari baik dari agama Islam, Kristen, dan Katholik juga memperingatinya selamatan desa telah menjadi bagian dari adat Desa Wonorejo yang setiap tahun dilaksanakan. Bukan hanya selamatan kematian namun selamatan desa, pernikahan, kelahiran juga menjadi adat atau kebiasaan yang tidak dapat ditinggalkan. Bahkan ada yang berpendapat bahwa disebagian lingkungan (dusun) selamatan pada saat Maulid Nabi Muhammad yang seharusnya hanya diperingati orang Islam juga diperingati umat lain.
Kerja Sama Antar Umat Beragama
Kerja sama yang dibangun masyarakat pun memberikan arti tersendiri pada terbentuknya kerukunan diantara mereka. Kerjasama tersebut sering kali diwujudkan dalam pembangunan rumah maupun pembangunan tempat-tempat ibadah. Menurutnya gotong royong untuk membangun rumah sudah menjadi tradisi atau kebiasaan akan saling membantu. Namun saat ini sebagian dari gotong royong tersebut juga dipekerjakan kepada orang lain.
Pembangunan tempat ibadah juga dilakukan secara bersama-sama. Masyarakat Desa Wonorejo yang saling membantu membangun masjid atau mushala. Misalnya pada saat pembangunan mushala utara Dusun Wonorejo, dari umat Budha juga ikut membantu baik dari tenaga maupun material.