Mohon tunggu...
Politik

Lima Fakta dan Keanehan Kasus Pembagian Sembako di Monas yang Menewaskan dua Bocah

3 Mei 2018   15:28 Diperbarui: 3 Mei 2018   15:42 1514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tadinya saya kurang concern dengan kasus ini tapi setelah kejadian tewasnya 2 anak di Sembako sudah menjadi viral di media-media social barulah saya benar-benar mencermati berita-berita yang ada.  Ternyata begitu banyak " keanehan-keanehan"  yang terjadi dalam peristiwa ini bila kita cermati secara detailnya.

Tadinya 2-3 hari lalu saya sudah mendengar berita ada acara bagi-bagi sembako di monas.  Saat itu logika saya langsung berpikir ah pasti itu ada orang-orang yang berkampanye terselubung karena jelas saat ini merupakan Tahun Politik dimana pada tahun ini ada Pilkada 2018 dan persiapan menjelang Pilpres 2019. Saya tidak tertarik untuk mencermatinya apalagi membahasnya.

Tetapi tidak lama setelah berita ada  kegiatan bagi-bagi sembako di Monas,  berikutnya ada berita susulan bahwa 2 anak tewas di Monas yang dikabarkan  gara-gara ikut antri Sembako.  

Ini berita yang mengejutkan. Tetapi begitu  kabar  itu beredar, langsung menyusul ada kabar bahwa dari Polda Metro Jaya sudah menanganinya dan  menyatakan ke public bahwa 2 anak yang meninggal di Monas itu tidak ada hubungannya dengan kegiatan bagi-bagi Sembako.  Kedua anak itu berada di luar area Monas dan memang mempunyai riwayat suatu penyakit sejak awal.

Oh ya sudah  pikir saya.  Toh dari  Polri sudah menangangi kejadian itu dan saya  pun melupakan berita tentang bagi-bagi Sembako tersebut.  Saya percaya dengan pernyataan  Kadiv Humas Polda Metro Jaya yang menyatakan 2 anak yang meninggal di Monas itu tidak ada hubungannya dengan  acara bagi-bagi Sembako di Monas pada tanggal 28 April 2018.

Tetapi betapa terkejutnya saya ketika kemarin sore menonton berita di TV bahwa pihak keluarga dari  2 anak yang meninggal itu ternyata mempolisikan Panitya Penyelenggara Pembagian Sembako. 

Mereka melaporkan ketua panityanya ke Bareskrim Polri.  Dan tidak lama kemudian beredarlah berita lain bahwa ternyata kedua anak itu disebut meninggal karena terinjak-injak pada saat antri sembako.

Nah Loh. Ini yang benar yang mana?  Kata Polisi , anak itu diketemukan  sedang pingsan diluar pagar Monas dan tidak ada sangkut pautnya dengan acara bagi-bagi sembako. Tapi ternyata ada berita sebaliknya dan yang pasti saya lihat sendiri beritanya di TV bahwa ibu korban mempolisikan panitya penyelenggara.

Dengan adanya kontroversi itu barulah saya mulai mencermati semua berita-berita yang terkait  peristiwa tersebut. Faktanya memang cukup banyak juga keanehan-keanehan yang terjadi terkait peristiwa itu. Berikut ini Fakta dan Keanehan yang sudah saya cermati :

PERTAMA : Acara itu tidak jelas diselenggarakan  oleh siapa dan untuk kepentingan apa.

 Dari berbagai media resmi disebut bahwa acara itu diberi nama "Untukmu Indonesia" dan dilaksanakan oleh "Forum Untukmu Indonesia".  Forum ini belum pernah kita dengar sama sekali.  Dan demi tujuan apa mereka membagi-bagi Sembako yang disebut berjumlah 100.000 Paket?

Bila kita hitung sepintas nilai sembako yang dibagikan ke masyarakat, kita asumsikan satu paket sembako bernilai Rp. 50.000. bila dikalikan 100.000 paket maka didapat nilai rupiah sebesar kurang lebih Rp. 5 Milyar. Wah banyak sekali nilainya. Itu Forum Untukmu Indonesia Hebat sekali finansialnya. 

Disebut-sebut ketua Forum Untukmu Indonesia bernama David Revano Santosa yang juga dikenal sebagai Dave Santosa. Siapa gerangan orang ini karena memiliki jaringan yang bisa membagikan sembako senilai kurang lebih Rp. 5 milyar. 

Belum lagi membiaya acara parade budaya yang begitu meriah yang mungkin menghabiskan biaya puluhan juta karena harus mendatangkan puluhan penari dan berbagai attributnya.

Sepintas bila merujuk ini tahun politik dugaan banyak orang ini terkait politik ataupun kampanye pihak tertentu. Tapi disebut-sebut David Santosa menampik dugaan itu. Disebutnya acara ini hanya parade budaya dan bentuk kepedulian social yang masih terkait Perayaan Paskah.

KEDUA : MAYORITAS PANITYA BERBUSANA WARNA MERAH MIRIP WARNA IDENTITAS PDIP

Bila kita melihat foto-foto acara yang beredar di berbagai media, acara pembagian sembako itu untuk mayoritas busana dan spanduk-spanduknya didominasi warna merah. Mungkin kebetulan saja mirip warnanya dengan  warna atribut PDIP.  Tapi kalau memang ini perayaan Paskah tentu bukan warna Merah yang akan dipakai mayoritas panitya pembagian sembako.

Pola pembagian sembako seperti ini akhirnya mengingatkan kita pada kejadian pembagian sembako menjelang pencoblosan Pilgub DKI 2017 lalu yang dilakukan oleh pendukung Ahok.  Tapi Ahok kan sudah tidak berpolitik lagi untuk sementara. Jadi komunitas ini mendukung pihak mana ini yang kurang jelas.

KETIGA : KUPON PEMBAGIAN SEMBAKO SUDAH DISEBAR SEHARI SEBELUMNYA DI AREA PUBLIK

Menurut berita di Indopos dan berdasarkan informasi dari jejaring facebook dari akun Irene Handoko, kupon-kupon pembagian sembako sudah disebar pada tanggal 27 April 2018. Pada akun FB Irene malah ada gambar kupon-kuponnya yang berwarna Merah, Kuning dan Biru.  

Jelas terlihat  pada setiap kupon tertulis Forum Untukmu Indonesia dan pada sudut kanan atas ada gambar Merpati (yang disebut Irene sebagai symbol Gereja).  Ini mungkin saja sinkron dengan keterangan Dave Santosa yang menyebut kegiatan pembagian sembako terkait perayaan Paskah.

KEEMPAT :  DAVE SANTOSA BERANI MELANGGAR LARANGAN  KEPALA DINAS PARIWISATA DKI

Meskipun Kepala kantor Dinas Pariwisata DKI Tinia Budiati sudah melarang kegiatan bagi-bagi sembako di Monas sehari sebelumnya tetapi panitya Forum Untukmu Indonesia tetap keukeuh melaksanakan pembagian sembako tersebut.  Dari indopos 27 april 2018 :

"Saya nggak setuju, kalau sembako. Apalagi nggak tahu jumlah orangnya, ini bisa menimbulkan masalah," ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Tinia Budiati pada tanggal 27 April 2018.

Tapi tetap saja Dave Santosa menyatakan siap membagikan sembako pada tanggal 28 April karena alasannya kupon sudah disebar.

"Masyarakat yang sudah pegang kupon bisa menukar ke panitia," ujar Dave Santosa kepada wartawan, Jumat (27/4).

Ia menyebutkan, hingga saat ini panitia telah menyebarkan 100 ribu kupon sembako. Namun demikian, ia mengaku pembagian kupon sudah dihentikan. "Kupon sembako tidak terbatas untuk warga kurang mampu. Jadi tidak bebas untuk umum," katanya.

Kita jadi semakin penasaran siapa sebenarnya Dave Santosa ini.  Mengapa dia berani melanggar larangan Kepala Dinas Pariwisata DKI? Apakah orang ini punya power tertentu? Disebut-sebut Dave Santosa ini  pernah menjadi coordinator Relawan Jokowi pada tahun 2014 lalu.

KELIMA :  POLDA METRO JAYA I TERKESAN  MELINDUNGI  PANITYA DAN TERLALU DINI MENYIMPULKAN PENYEBAB KEMATIAN 2 BOCAH DI MONAS

Selasa pagi, 1 Mei 2018 (dari berita detiknews 1 mei 2018, Jam : 09:48), Kadiv Humas Polda Metro Jaya, Argo Yuwono menyatakan :

"Bukan karena antrean," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono dalam keterangannya, Selasa (1/5/2018, detiknews).

Argo menyatakan itu bersumber dari laporan Kapolres Jakarta Pusat Kombes Roma Hutajulu. Argo menjelaskan pertama kali petugas kepolisian mendapat laporan Mahesa yang pingsan di luar pagar Monas pada Sabtu (28/4) lalu. Selanjutnya, Mahesa langsung dibawa ambulans menuju RS Tarakan. Tapi sampai di RS korban dinyatakan sudah meninggal.

Informasi dari metro Jaya ini sangat kontradiksi dengan berita-berita yang menyebut kedua korban meninggal akibat berdesak-desakan dalam antrian.  Mengapa Polda Metro Jaya terlalu dini menyimpulkan penyebab kematian korban?

Kabar lainnya dari  beberapa blog-blog PKS, RS Tarakan sampai dengan kemarin tidak bersedia memberikan hasil Visumnya ke public. Terkesan ada yang harus disembunyikan dari public.

Informasi lainnya datang dari Pengacara  Ibu Korban, Mohammad Fayyadh  yang menyatakan bahwa kedua korban meninggal akibat berdesak-desakan antrian sembako. Fayyadh juga menyebut ada 2 orang yang mengaku sebagai  Relawan Merah Putih datang ke rumah korban di kawasan Pademangan Jakarta.  Kedua relawan ini menyerahkan uang duka Rp. 5 juta ke ibu korban, Komariah. Tetapi mereka berpesan agar kronologis meninggalnya bocah tidak diberitahukan kepada siapapun.

Kabar terakhir dari media, setelah berbagai informasi yang beredar sangat kontradiktif,  akhirnya hari ini dari Polda Metro Jaya menyatakan  akan mengklarifikasikan kejadian yang sebenarnya d I Monas dengan menanyai pihak-pihak yang menjadi saksi di lapangan.

Kadiv Humas Polda Metro Jaya, Argo Yuwono mengatakan : "Kita rencana penyidikan mulai dari kegiatan-kegiatan yang ada di Monas itu, nanti kita panggil semuanya, nanti kita mintai klarifikasi," tutur Argo.

"Nanti kita lidik dulu, nanti kita tanyakan dulu ya nanti kita biar penyidik bekerja dulu, kita tanyakan semuanya, jadi semuanya biar nanti biar jelas clear," tuturnya. (Detiknews 3 Mei 2018).

Jadi ternyata  Polda Metro Jaya belum menyelidiki kejadian itu sebelumnya tetapi pada tanggal 1 Mei lalu sudah menyimpulkan penyebab kematian kedua korban  dikarenakan  sakit dan Dehidrasi.

KESIMPULAN

Tidak seharusnya  Kasus ini dibiarkan begitu saja. Ini menyangkut 2 nyawa manusia atau tepatnya menyangkut  2 nyawa bocah tidak berdosa yang diduga  terjadi akibat kegiatan-kegiatan  bernuansa politik atau mungkin juga bernuansa keagamaan.

Polda Metro Jaya harus Profesional mengusut kasus ini.  Kalaupun memang David Santosa itu  "orang kuat" yang mungkin ada korelasinya dengan Presiden, tetap saja harus diusut tuntas.  Polda Metro juga harus menyelidiki Forum Untukmu Indonesia ini. Siapa penyandang dananya dan bertujuan untuk apa pembagian sembako yang menewaskan 2 korban itu.

Oh ya satu lagi, itu mereka yang menamakan dirinya Relawan Merah Putih yang memberikan uang duka pada ibu korban juga harus diusut. Mereka bekerja untuk siapa dan apa hubungan mereka dengan Forum Untukmu Indonesia.  

Usut  semua dengan tuntas dan sampaikan segera ke public tanpa ada yang disembunyikan.  Jangan biarkan kasus ini  tidak selesai dan akhirnya menjadi  bola liar yang dapat dipolitisasi dan berdampak pada Pilkada 2018 maupun Pilpres 2019.

Sumber 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun