"loh Ta kamu nangis yah? Kenapa, apa yang terjadi?"
Tanpa sepatah katapun aku langsung pergi meninggalkan Novi yang sedang kebingungan.
Tidak tau kenapa rasanya menyakitkan mendengar kalimat yang dilontarkan saat dikantin tadi.
Rasanya seperti terkena ribuan jarum yang ditanacpkan keseluruh tubuh . Air mata mengalir deras dengan sendirinya. Tiba-tiba Novi datang dan langsung duduk disampingku, saat itu kelas masih sepi, hanya ada Novi dan aku disana.
"Ta apa yang terjadi? Kenapa kamu nangis?"
"Gak tau kenapa aku merasa sakit, aku juga tidak tau,ini rasa sakit karena apa, Aku juga tidak tau apa yang sebenarnya terjadi padauk" sautku dengan air mata yang tak mau berhenti mengalir.
"Udah dong Ta jangan nangis lagi yah, Aku juga ikutan sedih kalau lihat kamu begini Ta"
Kemudian dari arah pintu kelas, Rifan datang menghampiriku.
"Ta maaf yah tentang kejadian di kantin tadi, aku tau kamu pasti kaget, maaf Ta aku sebelumnya tidak kasih tau tentang hubunganku sama Cika, karena aku gak mau liat kamu begini".
"Iya kak gak papa, aku ngerti kok" Jawabku sambil mengusap wajah yang penuh dengan air mata.
"Aku tau kamu pasti sakit, aku tau kalo  kamu suka sama aku, makanya aku gak mau kamu tau tentang hubunganku sama Cika, asal kamu tau ta, kamu udah aku anggap seperti adik perempuanku sendiri".