Pada pilpres tahun 2019 ini, bisa dikatakan sebagai pilpres paling chaos dan paling kotor sepanjang sejarah Indonesia. Bagaimana tidak, kampanye yang dilakukan oleh capres cawapres pada tahun ini bukan hanya dengan menebar janji yang belum tentu ditepati, tetapi juga menebar kebohongan secara terang-terangan tanpa tahu malu. Berita bohong yang biasa kita sebut hoax ini tersebar di berbagai platform, terutama di WhatsApp dan Facebook.
Hal ini sangat miris ketika melihat begitu banyak orang yang terpengaruh dengan kebohongan terang-terangan ini. Berita bohong ini disebarkan secara cepat lewat media, berkelanjutan dan berulang-ulang.
Hal inilah yang menjadikan masyarakat menjadi kesulitan untuk membedakan mana yang benar dan mana yang kebohongan belaka. Apalagi, masyarakat di Indonesia memiliki minat literasi yang rendah sehingga dengan mudah pola pikir mereka dapat terpengaruh oleh berita yang mereka baca tanpa melakukan kajian ulang tentang kebenaran dari berita tersebut.
Bolsonaro adalah Donald Trump nya Brazil. Ia memenangkan Pilpres di Brazil dengan menggunakan teknik Firehose of falsehoods. Padahal sebelumnya Bolsonaro tidak lebih hanya lelucon di politik Brazil. Uniknya di Brazil, hoax disebarkan melalui whatsapp group. Rakyat Brazil ditakuti mengenai invasi pekerja China.
Teknik ini mungkin terdengar sepele, namun terbukti teknik ini termasuk teknik yang bisa saja berhasil jika rakyat sudah terlanjur percaya dan mempertahankan keyakinannya. Teknik ini menyerang otak bagian amygdala yang menimbulkan rasa takut pada masyarakat sehingga jika diberikan secara berulang maka akan tumbuh rasa percaya dan meyakini berita tersebut.
Mereka akan berusaha untuk mengurangi rasa takut dengan berusaha melakukan perlawanan terhadap objek yang dijadikan kambing hitam dalam berita tersebut. Salah satunya seperti mereka yang pendukung lawan terus menyalahkan pemerintah karena dianggap membawa tenaga kerja asing dari China hingga 'pribumi' tidak lagi memiliki lahan pekerjaan, atau isu agama yang sangat sensitive di negara ini.
Namun, bukan berarti kita tidak bisa melawan teknik ini. Prancis contohnya, mampu melawan teknik ini yang digunakan oleh Le Pen karena memiliki budaya literasi yang tinggi dan jurnalistik yang kuat. Selain itu, penerapan hukum yang tegas di sana membuat berita bohong tidak mampu mempengaruhi masyarakatnya, karena mereka pasti lebih percaya pada media resmi yang jelas, karena jika media tersebut menyebar berita yang salah maka mereka bisa terancam gulung tikar tanpa terkecuali.
Lalu, sebenarnya bagaimana cara kita untuk menghadapi teknik ini apabila mungkin terjadi lagi di masa depan? berikut dapat dikatakan adalah beber beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghadapi Firehose of Falsehood ini.