Mohon tunggu...
Anggun Febby Handayani
Anggun Febby Handayani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Mahasiswa S1 program studi pendidikan Biologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kasus Bullying di Sekolah: Mengungkap Realitas yang Mengkhawatirkan

11 Desember 2023   11:00 Diperbarui: 11 Desember 2023   11:07 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Perundungan di smp Cilacap (IST / TribunBanyumas.com)

Dari perspektif agama menunjukkan bahwa perundungan bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan kasih sayang yang diajarkan oleh agama. Agama mengajarkan pentingnya menghormati dan mengasihi sesama manusia tanpa memandang perbedaan. Oleh karena itu, para pemuka agama dapat memberikan pemahaman dan bimbingan kepada para pelajar tentang pentingnya menjunjung tinggi nilai-nilai agama dalam berinteraksi dengan sesama.

Dari perspektif biologis, faktor-faktor seperti tingkat hormon dan perkembangan otak dapat memengaruhi perilaku bullying. Namun, penting untuk diingat bahwa faktor biologis bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi perilaku ini. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman dan pendekatan yang holistik dalam mengatasi kasus bullying.

Dalam perspektif sosiologis, perundungan sering kali terjadi dalam konteks hierarki sosial di sekolah. Para pelaku, yang merupakan kakak kelas dari korban, mungkin merasa perlu untuk menunjukkan kekuasaan atau dominasi terhadap siswa yang lebih muda. Faktor-faktor seperti tekanan kelompok, norma sosial, dan keinginan untuk mendapatkan pengakuan atau popularitas juga dapat mempengaruhi terjadinya perundungan. Dalam hal ini, perlu adanya upaya untuk mengubah norma-norma yang mendukung perilaku bullying dan menciptakan lingkungan sekolah yang inklusif.

Dari perspektif psikologis, faktor-faktor seperti masalah emosional atau rendahnya harga diri dapat memengaruhi perilaku bullying. Pemahaman tentang faktor-faktor ini dapat membantu kita dalam mengidentifikasi dan mengatasi akar permasalahan yang mendasari perilaku bullying. Psikolog dan konselor dapat memberikan pendekatan terapi yang tepat kepada pelaku dan korban untuk membantu mereka mengatasi masalah psikologis dan membangun keterampilan sosial yang sehat.

Untuk mencegah kasus bullying di sekolah, langkah-langkah berikut dapat diambil:

1. Meningkatkan kesadaran tentang dampak negatif perundungan melalui program pendidikan dan kampanye anti-bullying di sekolah. Program ini dapat melibatkan siswa, guru, orang tua, dan masyarakat untuk bekerja sama dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan bebas dari perundungan.

2. Membangun lingkungan sekolah yang inklusif, di mana setiap siswa merasa aman dan dihormati. Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong kerja sama dan toleransi antar siswa, mengadakan kegiatan yang memperkuat hubungan sosial, dan menghargai keberagaman.

3. Menerapkan kebijakan nol toleransi terhadap perundungan dan menegakkan sanksi yang tegas bagi pelaku. Hal ini akan memberikan sinyal yang jelas bahwa perundungan tidak dapat diterima dan akan ditindak dengan tegas.

4. Mengembangkan mekanisme pelaporan yang aman dan rahasia untuk korban melaporkan kasus perundungan. Siswa harus merasa nyaman dan percaya bahwa laporan mereka akan ditangani dengan serius dan kerahasiaan akan dijaga.

5. Memberikan dukungan psikologis dan emosional kepada korban bullying melalui bimbingan dan konseling. Guru dan konselor sekolah dapat memberikan pendampingan dan bantuan kepada korban untuk mengatasi dampak psikologis yang ditimbulkan oleh perundungan.

Selain itu, ada beberapa program anti-bullying yang telah terbukti berhasil diimplementasikan di sekolah-sekolah sebagai upaya untuk mengurangi kasus perundungan. Salah satu contohnya adalah program "Bullying-Free School" yang telah diterapkan di beberapa sekolah di Indonesia. Program ini telah membantu menciptakan lingkungan sekolah yang bebas dari perundungan dan berhasil mengurangi kasus-kasus bullying. Program ini melibatkan partisipasi aktif semua pihak, termasuk siswa, guru, orang tua, dan staf sekolah dalam membangun kesadaran, memberikan edukasi tentang pentingnya menghormati perbedaan, dan mengajarkan keterampilan sosial yang positif. Dengan adanya program-program seperti ini, diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi sekolah-sekolah lain dalam upaya mencegah dan mengatasi kasus bullying.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun