Mohon tunggu...
Anggun Dwi Cahya
Anggun Dwi Cahya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anggun Dwi Cahya

Anggun Dwi Cahya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Pemakai bagi Pemustaka di Masa Pandemi Covid-19

7 Mei 2022   09:47 Diperbarui: 7 Mei 2022   11:00 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pustakawan sebagai penggerak perpustakaan, memiliki tanggung jawab besar dan banyak tantangan mulai dari internal hingga ekstenal. Kemampuan seorang pustakawan dalam pengelolaan teknologi sangat diperlukan dalam penerapannya. Di masa seperti ini, tugas seorang pustakawan semakin berlipat ganda. Pustakawan yang memiliki kompetensi personal yang mumpuni dalam pelayanannya, sebagai pemberi sumber informasi aktual harus diimbangi dengan kemampuan fungsional terhadap kecakapan dalam bidang pengetahuan maupun teknologi.

Pustakawan dituntut untuk mampu melakukan adaptasi secara cepat dan tepat. Menggunakan segala sumber daya yang ada dan tetap siaga melayani dalam kondisi apa pun. Mengutip dari hasil riset Ali (2019) dalam jurnalnya yang berjudul “Refleksi dan Peran Pustakawan di Masa Pandemi Covid-19”, menyebutkan bahwa ada tiga dimensi peran pokok pustakawan di masa pandemi Covid-19.

Pertama, peran sebagai fasilitator pendukung guru dan siswa dalam proses pembelajaran jarak jauh. Selama masa belajar dari rumah, meskipun siswa dan guru tidak hadir di sekolah secara fisik, pustakawan dapat tetap memberikan pelayanan reguler seperti biasa melalui aplikasi daring ataupun luring. Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, pustakawan dapat menyediakan materi pelajaran berupa e-book serta link-link buku gratis untuk guru dan siswa. Jika untuk alasan mendesak dikarenakan siswa mengalami kendala alat komunikasi ataupun masalah jaringan/kuota, maka pustakawan dapat membuka layanan peminjaman dan pengembalian buku teks secara tatap muka dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan secara ketat. Layanan darurat tatap muka ini harus dilakukan secara cepat dan di area terbuka untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Pustakawan juga dapat mengatur jadwal shift peminjaman per kelas untuk menghindari keramaian atau penumpukan siswa di sekolah. Pustakawan dapat melibatkan guru mata pelajaran dan wali kelas untuk membantu proses ini agar berjalan dengan aman dan lancer

Kedua, peran pustakawan sebagai agen literasi penyedia informasi akurat terkait Covid-19 dan membantu kampanye kesehatan masyarakat sebagai bentuk dukungan bagi program pemerintah terhadap pencegahan penyebarannya. Misalnya, pustakawan dapat mengutip informasi dari sumber-sumber resmi pemerintah terkait Covid-19 (update terkini jumlah kasus, jumlah kematian dan kesembuhan, peta zona kondisi lapangan, dll) dan kemudian menyebarkannya melalui platform media sosial yang populer dan biasa diakses oleh siswa, misalnya WhatsApp, Telegram, Instagram, Facebook, Twitter, serta YouTube. Peran pustakawan dalam menyebarluaskankan informasi yang valid di masa pandemi ini harus dipandang sangat penting dan perlu dilakukan. Karena kita tahu bahwa di dunia maya saat ini banyak beredar informasi-informasi yang sifatnya hoax dan seringkali menciptakan ketakutan baru serta menyesatkan masyarakat luas. Oleh sebab itu pustakawan dapat bertindak sebagai agen pelurus informasi akan hal tersebut.

Ketiga, peran sebagai inisiator yang memberikan masukan ide-ide program baru bagi bagian kurikulum dan kesiswaan. Pustakawan dapat secara aktif menyuntikkan energi dan ide-ide segar kepada manajemen sekolah berupa kegiatan kreatif berbagai perlombaan dan proyek siswa yang dilakukan secara jarak jauh seperti pembuatan video/ audio mendongeng dari rumah, ataupun kegiatan menulis jurnal harian, membuat poster, dan lain-lain dapat didiskusikan secara konstruktif bersama guru sehingga membuat guru dan siswa menjadi lebih bersemangat di masa pandemi dan dapat mengurangi stres ataupun kebosanan siswa di masa-masa Pandemi ini.

Informasi yang diberikan oleh perpustakaan akan selalu di nantikan oleh peserta didik/ masyarakat yang memerlukan sumber informasi untuk melalukan penelitian, tugas perkuliahan dan informasi akademik lainnya. Proses komunikasi tersebut dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Apabila secara langsung, maka interaksi terjadi di perpustakaan fisik dan apabila secara tidak langsung, maka interaksi terjadi melalui online misal melalui website, chat, telepon, email (Daryono, 2018) atau dalam hal ini melalui digital library. Perpustakaan yang telah mendigitalisasi system saat ini sudah selaras dengan kondisi dan situasi pandemi yang mengharuskan Jaga jarak/ menghindari kerumunan.  Perpustakaan turut berperan besar dalam menentukan mutu pendidikan peserta didik dengan berkolaborasi bersama antara pustakawan dan tenaga-tenaga pendidik dan unsur-unsur terkait.

2.PENDIDIKAN PEMAKAI  PERPUSTAKAAN DALAM ADAPTASI KEBIASAAN BARU

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan mengenai prinsip layanan perpustakaan di masa pandemi, yaitu layanan perpustakaan tetap dibuka dengan memperhatikan kebijakan dan status wilayah Covid-19 yang telah ditetapkan pemerintah agar para pengguna tidak menjadi klaster penularan baru, kesehatan tenaga perpustakaan dan pemustaka merupakan prioritas. Ada tiga strategi yang dapat diterapkan oleh perpustakaan sesuai dengan kondisi wilayah suatu perpustakaan, yaitu tatap muka, tatap muka dan non-tatap muka, dan virtual.

Perpustakaan yang berada di zona hijau dan kuning seperti Kota Palembang tetap dapat menerapkan layanan perpustakaan tatap muka, tetapi secara terbatas. Layanan secara terbatas ini diterapkan sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku, yaitu pengukuran suhu, penggunaan masker, penyediaan hand sanitizer/ tempat cuci tangan dan sabun, pembatasan jarak, pengurangan kapasitas pemustaka, penyemprotan disinfektan, dan karantina koleksi perpustakaan setelah dikembalikan selama 3 (tiga) hari.

Strategi yang kedua dapat diterapkan pada perpustakaan di zona hijau dan kuning, seperti halnya strategi pertama. Layanan yang disediakan terdiri dari layanan onsite -seperti pada strategi pertama- dan online. Dengan demikian, perpustakaan harus mengembangkan sumber daya perpustakaan yang mendukung layanan online, seperti dengan menyediakan koleksi digital, menciptakan inovasi penyampaian layanan perpustakaan secara online, dan menyediakan jaringan internet dan wifi.

Strategi yang ketiga, yaitu layanan virtual diterapkan di perpustakaan yang berada di zona oranye dan merah, di mana risiko penularan Covid-19 tinggi. Perpustakaan harus menggunakan media yang memungkinkan pemustaka memanfaatkan layanan perpustakaan tanpa harus datang ke perpustakaan, bekerja sama dengan perpustakaan lain karena tidak mungkin suatu perpustakaan memiliki semua koleksi yang dibutuhkan, serta lembaga lain dalam hal pengiriman koleksi. Oleh karena itu, perpustakaan selain meningkatkan kompetensi pustakawan, juga harus memperkuat layanan digital, yaitu dalam hal penyediaan koleksi, layanan sirkulasi, referensi, dan penyelenggaraan kegiatan secara online.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun