Kemudian daripada itu, budaya korea ini dapat diterima di Indonesia karena disebarluaskan dalam bentuk kemasan budaya pop. Budaya Korea terdiri dari nilai - nilai yang cukup kompleks serta berorientasi ritual, agar dapat diterima oleh publik dunia dikemas menjadi sebuah budaya yang diketahui dan diikuti banyak orang. Hal tersebut pembentukannya berdasarkan kemauan dari masyarakat untuk diminati dan biasanya sifatnya temporer atau sering disebut dengan budaya populer menurut Holliday, dkk dalam (Nastiti, 2010).
Budaya Korea menjadi populer karena menyisipkan nilai - nilai budaya yang universal sehingga mampu melahirkan ketertarikan pada banyak orang menurut John Fiske dalam (Nastiti, 2010). Pengemasan budaya korea sesuai dengan selera masyarakat, hal tersebut bisa dalam bentuk musik, musik korea dikemas dalam bentuk genre musik dance pop yaitu musik pop barat yang dikombinasikan dengan kemampuan menari dan penampilan fisik yang menawan sehingga hal tersebut dapat menarik perhatian para penggemar, khususnya pada wanita.Â
Tidak hanya itu, film dan drama menjadi khas dari korea yang menampilkan cerita dengan alur yang dramatis, biasanya mengusung tokoh utama wanita yang berpendirian dan berkemauan keras. Kemudian dibalut dengan romantisme yang indah sehingga sukses membuat penonton terhanyut dalam cerita serta dipadukan dengan penampilan fisik dari aktor dan aktris yang menawan.
Budaya Korean Wave yang berkembang di Indonesia menunjukkan terdapat empat karakteristik budaya pop yang dikemukakan berdasarkan oleh Holliday, dkk dalam (Nastiti, 2010) yang terdiri dari, diproduksi oleh industri budaya di Korea, cenderung berlawanan dengan folk culture berupa warisan budaya tradisional yang cenderung kompleks dan sikapnya berorientasi ritual dan non – komersial, keberadaan budaya pop korea diterima dimana-mana, tidak hanya di Indonesia tetapi juga sebagian besar Asia bahkan mulai beranjak ke Amerika dan Eropa, dan memenuhi fungsi sosial sebagai pemuas kebutuhan emosional masyarakat akan sebuah hiburan.Â
Kemudian budaya populer korea mampu mempengaruhi pemikiran kelompok – kelompok penggemar di Indonesia dan mempengaruhi bagaimana mereka memahami orang atau budaya pop korea karena budaya ini adalah budaya yang jamak diterima. Adanya pop korea tersebut, kelompok penggemar dapat memahami persoalan budaya dan bangsa Korea sehingga dapat melahirkan suatu budaya baru, dalam kelompok penggemar yang dapat mewujudkan fanatisme sebagai hasil dari interaksi dengan budaya pop korea.Â
Korean Wave atau K-Pop secara umum dapat diterima dengan baik oleh masyarakat di Indonesia khususnya pada kelompok wanita dengan usia remaja. Kelompok penggemar Korean Wave ini dapat berinteraksi yang menimbulkan efek terbentuknya kelompok budaya baru yang disebut kelompok budaya penggemar. Kelompok tersebut terbentuk berdasarkan interaksi yang dilakukan antara budaya korea dan media yang mengantarkannya sehingga cenderung membentuk fanatisme dalam diri mereka.
Produk budaya Korean Wave yang membuat diri mereka menjadi fanatik salah satunya pada musik K-Pop dan serial K-Drama yang cukup mempengaruhi aspek – aspek Korean Wave lainnya. Sifat fanatik ini merupakan sebuah sifat yang muncul pada diri seseorang ketika ia menganut paham fanatik atau fanatisme yang dapat mengacu pada sebuah objek terdiri dari merek, produk, orang atau contohnya artis maupun konten di media sosial.
Ekspresi kegemaran terhadap Korean Wave seakan sudah melekat dan menjadi bagian dari kehidupan mereka masing - masing seperti rasa suka dan kagum yang tinggi, addiction, rasa ingin memiliki dan loyalitas. Sikap rasa suka dan rasa kagum yang tinggi tergambar dari bagaimana sikap dan antusiasme mereka terhadap objek fanatisme nya tersebut yaitu pada idolanya. Kemudian addiction atau rasa candu terlihat dari intensitas mereka mengkonsumsi produk budaya Korean Wave. Rasa ingin memiliki tergambar dari bagaimana hasrat mereka untuk memiliki benda – benda material yang berkaitan dengan objek fanatisme mereka. Dan terakhir dari sikap loyalitas yang terlihat dari kesetiaan yang ditunjukan mereka terhadap idolanya atau Korean Wave. Jadi keempat poin diatas merupakan salah satu bagian yang menjadi karakteristik utama fanatisme menurut Thorne dan Burner.
BTS adalah singkatan dari Bangtan Boys yang merupakan salah satu grup idola papan atas Korea Selatan. BTS memiliki grup idola yang terdiri dari tujuh anggota, yang terdiri dari Jin, Suga, J-Hope, RM, Taehyung dan Jungkook. Aliran genre musik yang dibawakan BTS adalah K-Pop, EDM, R&B dan hip hop. BTS menjadi grup yang seringkali menguasai tangga lagu nasional. Sehingga, tak heran jika BTS termasuk grup idola Korea terpopuler dan banyak meraih penghargaan musik nasional maupun internasional. Maka, tak heran juga banyak penggemar dari BTS ini yang ditunjukan di berbagai sosial media yang ada salah satu contohnya sosial media Instagram.
Media sosial menjadi salah satu penyebar informasi budaya populer. Kebudayaan merupakan suatu gaya hidup yang unik dalam suatu komunitas atau kelompok tertentu, yang seiring dengan perkembangan jaman, kebudayaan semakin berkembang dalam budaya populer (Ridwan, 2016). Budaya populer merupakan budaya massa yang dikonsumsi dan diproduksi secara massal yang dimasukkan ke dalam kategori kebudayaan komersial menurut Storey dalam (Wishandy, dkk., 2019) Budaya tersebut digemari oleh masyarakat serta menjadi trend di kalangan masyarakat.Â
Adanya kebudayaan populer tersebut maka lahirlah musik K-Pop salah satunya boyband BTS. Dalam menyebarkan kebudayaan populer yang disebut sebagai K-Pop, dimana komunikasi massa juga memiliki peran penting. Komunikasi massa berasal dari kata mass of media communication atau media komunikasi massa. Komunikasi massa adalah komunikasi yang beraktivitas melalui media massa. Media massa saat ini memiliki peran dalam menyebarkan kebudayaan populer asal Korea Selatan yang disebut juga sebagai K-Pop, mengandalkan sebuah media baru yaitu media sosial (Nurudin, 2011).