Mohon tunggu...
LUH PUTU ANGGRENY
LUH PUTU ANGGRENY Mohon Tunggu... Mahasiswa - pribadi

Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dunia Komunikasi Instagram dan Perilaku Fanatisme Penggemar BTS terhadap Budaya Korean Wave

24 Juli 2022   10:50 Diperbarui: 24 Juli 2022   13:10 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

METODOLOGI
Artikel ini disusun dengan menggunakan studi literature (Supangat 2016), yaitu teknik pengumpulan data dengan menelaah berbagai sumber seperti buku, jurnal ilmiah, catatan literatur, artikel ilmiah dan lain sebagainya. Namun sumber dalam artikel ini kebanyakan berasal dari jurnal ilmiah dan artikel ilmih yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas. Hasil dari pembahasan ini ialah berupa artikel ilmiah yang membahas tentang sikap fanatisme penggemar budaya korea yang dilihat pada akun sosial media instagram.

PEMBAHASAN

Para fans K-Pop mudah tertarik dengan berbagai hiburan yang disajikan oleh Korean Wave, jadi tidak menutup kemungkinan bisa menyebabkan timbulnya sikap fanatisme tersebut khususnya bagi kaum generasi muda penikmatnya. Sikap fanatisme ini mempengaruhi pola maupun gaya hidup dari generasi penggemar Korean Wave. 

Penggemar Korean Wave akan memiliki komunitas fans-club yang akan memberikan dukungan kepada idolanya, kemudian sesama fans akan setia untuk mendampingi idolanya. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk perilaku konformitas yang ditunjukan terhadap kelompok atau fans-club.

Konformitas merupakan penyesuaian remaja terhadap norma dengan perilaku yang sama dengan kelompok teman sebaya. Setiap remaja memiliki fans-club yang berbeda beda, namun mereka tetap saling memberi dukungan terhadap sesama penggemar K-Pop. Sekitar beberapa orang yang menyukai K-Pop sehingga sedikit atau banyak yang tertarik pada dunia K-Pop, terlebih lagi yang menjadi pasar dari musik ini kebanyakan dari kalangan remaja yang cenderung lebih konform pada teman - temannya. 

Remaja adalah usia yang paling dibanggakan, bukan hanya usia pertumbuhan, perkembangan dan perubahan biologis yang paling optimal, di usia ini juga para remaja harus mempersiapkan diri menjadi generasi yang paham dalam mengintegrasikan nilai – nilai akhlak, iman, dan pengetahuan. Remaja harus mampu mengembangkan seluruh potensi baik yang ada dalam dirinya sehingga mampu melewati pertumbuhan dan perkembangan yang ia miliki (Jannah,2017). 

Adapun tujuan yang hendak dicapai pada fase remaja yaitu bagaimana perkembangan dirinya saat remaja mampu melewati fase kritis dengan tidak mengalami tekanan yang berat, sehingga akan menimbulkan perilaku negatif.

Remaja adalah suatu masa peralihan dari anak - anak menuju dewasa yang sering menimbulkan gejolak. Pada masa ini sering timbul banyak perubahan yang terjadi, baik secara fisik maupun psikologis (Agustani, 2022). Pada masa inilah Korean Wave sering menimbulkan fanatisme. Para remaja sering kali lebih tertarik menganggung - agungkan K-Pop dibandingkan dengan negaranya sendiri. Sering kali timbul sikap peniruan citra diri yang berlebihan akibat pengaruh dari tayangan korea yang berlebihan pada remaja (Tartila, 2013). 

Di indonesia sendiri, Korean Wave atau K-Pop juga lebih bergaung di media internet dibandingkan media tradisional seperti televisi, radio, atau majalah. Arus informasi Korean Wave di Indonesia tersebar dengan sangat cepat melalui internet. 

Media massa yang ada pada internet menyebabkan K-Pop tersebar dengan sangat cepat dan dapat dijangkau dengan mudah oleh masyarakat di Indonesia. Banyak sekali blog dan website yang khususnya dibuat oleh para penggemar korea maupun fans-club yang menyajikan mengenai konten per K-Pop an.

Tercatat ada sekitar puluhan situs dan blog yang menjadi sumber informasi populer untuk dunia hiburan korea. Budaya Korea memiliki perbedaan dengan budaya Indonesia, dari kedua budaya tersebut memiliki warisan kultural serta tradisi yang berbeda. Namun diantara keduanya juga memiliki kesamaan yang terdiri dari tataran nilai universal sebagai sebuah bangsa Asia yang dimana dalam konsep dikotomi budaya individualistik – kolektivistik sama – sama sebagai kelompok budaya kolektivistik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun