Mohon tunggu...
LUH PUTU ANGGRENY
LUH PUTU ANGGRENY Mohon Tunggu... Mahasiswa - pribadi

Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dunia Komunikasi Instagram dan Perilaku Fanatisme Penggemar BTS terhadap Budaya Korean Wave

24 Juli 2022   10:50 Diperbarui: 24 Juli 2022   13:10 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Komentar oleh @rimaarmyabcdefghijk, @thelifeofdevi_

ABSTRAK


Salah satu negara yang telah berhasil menyebarkan produk populernya ke dunia internasional adalah Negara Korea. Penggemar Korean Wave akan memiliki komunitas fans-club yang akan memberikan dukungan kepada idolanya. 

Fanatisme bisa dilihat melalui media sosial yang digunakan sebagai salah satu alat untuk melihat bagaimana bentuk – bentuk fanatisme fans seperti pada akun Instagram. 

Dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya sikap Korean Wave adalah timbul sikap fans yang berlebihan, memiliki sikap fanatisme, memiliki sikap konformitas, mencontoh cara berpakaian yang dilakukan seperti idolanya sehingga diperlukan adanya pengawasan lebih dari orang tua.
Kata kunci : Korean Wave, Fanatisme dan Dampak Negatif.


ABSTRACT


One of the countries that has succeeded in spreading its popular products to the international world is Korea. Korean Wave fans will have a fan-club community that will support their idols. Fanaticism can be seen through social media which is used as a tool to see how fanaticism forms on Instagram accounts. The negative impact of the Korean Wave attitude is that excessive fan attitudes arise, have an attitude of fanaticism, have an attitude of conformity, imitate the way they dress like their idols so that more supervision is needed from parents.
Keywords : Korean Wave, Fanaticism and Negative Impact.


PENDAHULUAN.

Salah satu negara yang telah berhasil menyebarkan produk populernya ke dunia internasional adalah Negara Korea. Budaya yang berhasil disebarkannya adalah “Korean Wave” atau yang sering kita sebut dengan K-Pop atau Pop Korea. Proses penyebaran K-Pop tidak terlepas dari peran media massa yang bahkan bisa dikatakan menjadi saluran utama penggerak dari Korean Wave atau K-Pop. Contoh media massa yang sering kita temui menjadi tempat penyebaran Korean Wave ini seperti internet, Facebook, Twitter, Instagram, YouTube, dan lain sebagainya. 

Instagram merupakan salah satu media massa yang digunakan oleh orang - orang untuk berkomunikasi, proses penyebaran informasi, mencari sensasi, dan masih banyak lagi. 

Instagram banyak digunakan oleh pengguna sosial media untuk mendapatkan berbagai info atau isu terbaru dengan cepat, menjadi tempat berkomunikasi dengan orang maupun teman jauh yang sering disebut dengan moots. Instagram juga menjadi tempat penyebaran dari budaya Korean Wave ini. Banyak akun Instagram yang membuat akun fake dan fans-club dari K-Pop.

Fanatisme sendiri memiliki arti sebagai suatu sikap atau perilaku yang dilakukan oleh seseorang untuk menunjukan ketertarikan terhadap sesuatu secara berlebihan. Dalam dunia K-Pop, sebutan “Fans Korea” menjadi salah satu sebutan terhadap orang - orang yang memiliki minat pada segala bentuk budaya yang dibawa oleh Korea Selatan. Instagram menjadi platform yang lumrah tentang perilaku fanatisme. Hal tersebut biasanya terjadi dipicu karena adanya rasa cinta yang berlebih ditujukan kepada idolanya. Terdapat beberapa oknum atau kelompok yang memiliki sikap fanatik atau mengagung - agungkan idolanya contohnya seperti beberapa penggemar BTS. Sikap fanatik yang bisa ditimbulkan seperti keributan, saling melontarkan ujaran kebencian melalui hate comment yang pada akhirnya bisa menyebabkan fanwar antara fans K-Pop.

METODOLOGI
Artikel ini disusun dengan menggunakan studi literature (Supangat 2016), yaitu teknik pengumpulan data dengan menelaah berbagai sumber seperti buku, jurnal ilmiah, catatan literatur, artikel ilmiah dan lain sebagainya. Namun sumber dalam artikel ini kebanyakan berasal dari jurnal ilmiah dan artikel ilmih yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas. Hasil dari pembahasan ini ialah berupa artikel ilmiah yang membahas tentang sikap fanatisme penggemar budaya korea yang dilihat pada akun sosial media instagram.

PEMBAHASAN

Para fans K-Pop mudah tertarik dengan berbagai hiburan yang disajikan oleh Korean Wave, jadi tidak menutup kemungkinan bisa menyebabkan timbulnya sikap fanatisme tersebut khususnya bagi kaum generasi muda penikmatnya. Sikap fanatisme ini mempengaruhi pola maupun gaya hidup dari generasi penggemar Korean Wave. 

Penggemar Korean Wave akan memiliki komunitas fans-club yang akan memberikan dukungan kepada idolanya, kemudian sesama fans akan setia untuk mendampingi idolanya. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk perilaku konformitas yang ditunjukan terhadap kelompok atau fans-club.

Konformitas merupakan penyesuaian remaja terhadap norma dengan perilaku yang sama dengan kelompok teman sebaya. Setiap remaja memiliki fans-club yang berbeda beda, namun mereka tetap saling memberi dukungan terhadap sesama penggemar K-Pop. Sekitar beberapa orang yang menyukai K-Pop sehingga sedikit atau banyak yang tertarik pada dunia K-Pop, terlebih lagi yang menjadi pasar dari musik ini kebanyakan dari kalangan remaja yang cenderung lebih konform pada teman - temannya. 

Remaja adalah usia yang paling dibanggakan, bukan hanya usia pertumbuhan, perkembangan dan perubahan biologis yang paling optimal, di usia ini juga para remaja harus mempersiapkan diri menjadi generasi yang paham dalam mengintegrasikan nilai – nilai akhlak, iman, dan pengetahuan. Remaja harus mampu mengembangkan seluruh potensi baik yang ada dalam dirinya sehingga mampu melewati pertumbuhan dan perkembangan yang ia miliki (Jannah,2017). 

Adapun tujuan yang hendak dicapai pada fase remaja yaitu bagaimana perkembangan dirinya saat remaja mampu melewati fase kritis dengan tidak mengalami tekanan yang berat, sehingga akan menimbulkan perilaku negatif.

Remaja adalah suatu masa peralihan dari anak - anak menuju dewasa yang sering menimbulkan gejolak. Pada masa ini sering timbul banyak perubahan yang terjadi, baik secara fisik maupun psikologis (Agustani, 2022). Pada masa inilah Korean Wave sering menimbulkan fanatisme. Para remaja sering kali lebih tertarik menganggung - agungkan K-Pop dibandingkan dengan negaranya sendiri. Sering kali timbul sikap peniruan citra diri yang berlebihan akibat pengaruh dari tayangan korea yang berlebihan pada remaja (Tartila, 2013). 

Di indonesia sendiri, Korean Wave atau K-Pop juga lebih bergaung di media internet dibandingkan media tradisional seperti televisi, radio, atau majalah. Arus informasi Korean Wave di Indonesia tersebar dengan sangat cepat melalui internet. 

Media massa yang ada pada internet menyebabkan K-Pop tersebar dengan sangat cepat dan dapat dijangkau dengan mudah oleh masyarakat di Indonesia. Banyak sekali blog dan website yang khususnya dibuat oleh para penggemar korea maupun fans-club yang menyajikan mengenai konten per K-Pop an.

Tercatat ada sekitar puluhan situs dan blog yang menjadi sumber informasi populer untuk dunia hiburan korea. Budaya Korea memiliki perbedaan dengan budaya Indonesia, dari kedua budaya tersebut memiliki warisan kultural serta tradisi yang berbeda. Namun diantara keduanya juga memiliki kesamaan yang terdiri dari tataran nilai universal sebagai sebuah bangsa Asia yang dimana dalam konsep dikotomi budaya individualistik – kolektivistik sama – sama sebagai kelompok budaya kolektivistik. 

Kemudian daripada itu, budaya korea ini dapat diterima di Indonesia karena disebarluaskan dalam bentuk kemasan budaya pop. Budaya Korea terdiri dari nilai - nilai yang cukup kompleks serta berorientasi ritual, agar dapat diterima oleh publik dunia dikemas menjadi sebuah budaya yang diketahui dan diikuti banyak orang. Hal tersebut pembentukannya berdasarkan kemauan dari masyarakat untuk diminati dan biasanya sifatnya temporer atau sering disebut dengan budaya populer menurut Holliday, dkk dalam (Nastiti, 2010).

Budaya Korea menjadi populer karena menyisipkan nilai - nilai budaya yang universal sehingga mampu melahirkan ketertarikan pada banyak orang menurut John Fiske dalam (Nastiti, 2010). Pengemasan budaya korea sesuai dengan selera masyarakat, hal tersebut bisa dalam bentuk musik, musik korea dikemas dalam bentuk genre musik dance pop yaitu musik pop barat yang dikombinasikan dengan kemampuan menari dan penampilan fisik yang menawan sehingga hal tersebut dapat menarik perhatian para penggemar, khususnya pada wanita. 

Tidak hanya itu, film dan drama menjadi khas dari korea yang menampilkan cerita dengan alur yang dramatis, biasanya mengusung tokoh utama wanita yang berpendirian dan berkemauan keras. Kemudian dibalut dengan romantisme yang indah sehingga sukses membuat penonton terhanyut dalam cerita serta dipadukan dengan penampilan fisik dari aktor dan aktris yang menawan.

Budaya Korean Wave yang berkembang di Indonesia menunjukkan terdapat empat karakteristik budaya pop yang dikemukakan berdasarkan oleh Holliday, dkk dalam (Nastiti, 2010) yang terdiri dari, diproduksi oleh industri budaya di Korea, cenderung berlawanan dengan folk culture berupa warisan budaya tradisional yang cenderung kompleks dan sikapnya berorientasi ritual dan non – komersial, keberadaan budaya pop korea diterima dimana-mana, tidak hanya di Indonesia tetapi juga sebagian besar Asia bahkan mulai beranjak ke Amerika dan Eropa, dan memenuhi fungsi sosial sebagai pemuas kebutuhan emosional masyarakat akan sebuah hiburan. 

Kemudian budaya populer korea mampu mempengaruhi pemikiran kelompok – kelompok penggemar di Indonesia dan mempengaruhi bagaimana mereka memahami orang atau budaya pop korea karena budaya ini adalah budaya yang jamak diterima. Adanya pop korea tersebut, kelompok penggemar dapat memahami persoalan budaya dan bangsa Korea sehingga dapat melahirkan suatu budaya baru, dalam kelompok penggemar yang dapat mewujudkan fanatisme sebagai hasil dari interaksi dengan budaya pop korea. 

Korean Wave atau K-Pop secara umum dapat diterima dengan baik oleh masyarakat di Indonesia khususnya pada kelompok wanita dengan usia remaja. Kelompok penggemar Korean Wave ini dapat berinteraksi yang menimbulkan efek terbentuknya kelompok budaya baru yang disebut kelompok budaya penggemar. Kelompok tersebut terbentuk berdasarkan interaksi yang dilakukan antara budaya korea dan media yang mengantarkannya sehingga cenderung membentuk fanatisme dalam diri mereka.

Produk budaya Korean Wave yang membuat diri mereka menjadi fanatik salah satunya pada musik K-Pop dan serial K-Drama yang cukup mempengaruhi aspek – aspek Korean Wave lainnya. Sifat fanatik ini merupakan sebuah sifat yang muncul pada diri seseorang ketika ia menganut paham fanatik atau fanatisme yang dapat mengacu pada sebuah objek terdiri dari merek, produk, orang atau contohnya artis maupun konten di media sosial.

Ekspresi kegemaran terhadap Korean Wave seakan sudah melekat dan menjadi bagian dari kehidupan mereka masing - masing seperti rasa suka dan kagum yang tinggi, addiction, rasa ingin memiliki dan loyalitas. Sikap rasa suka dan rasa kagum yang tinggi tergambar dari bagaimana sikap dan antusiasme mereka terhadap objek fanatisme nya tersebut yaitu pada idolanya. Kemudian addiction atau rasa candu terlihat dari intensitas mereka mengkonsumsi produk budaya Korean Wave. Rasa ingin memiliki tergambar dari bagaimana hasrat mereka untuk memiliki benda – benda material yang berkaitan dengan objek fanatisme mereka. Dan terakhir dari sikap loyalitas yang terlihat dari kesetiaan yang ditunjukan mereka terhadap idolanya atau Korean Wave. Jadi keempat poin diatas merupakan salah satu bagian yang menjadi karakteristik utama fanatisme menurut Thorne dan Burner.

BTS adalah singkatan dari Bangtan Boys yang merupakan salah satu grup idola papan atas Korea Selatan. BTS memiliki grup idola yang terdiri dari tujuh anggota, yang terdiri dari Jin, Suga, J-Hope, RM, Taehyung dan Jungkook. Aliran genre musik yang dibawakan BTS adalah K-Pop, EDM, R&B dan hip hop. BTS menjadi grup yang seringkali menguasai tangga lagu nasional. Sehingga, tak heran jika BTS termasuk grup idola Korea terpopuler dan banyak meraih penghargaan musik nasional maupun internasional. Maka, tak heran juga banyak penggemar dari BTS ini yang ditunjukan di berbagai sosial media yang ada salah satu contohnya sosial media Instagram.

Media sosial menjadi salah satu penyebar informasi budaya populer. Kebudayaan merupakan suatu gaya hidup yang unik dalam suatu komunitas atau kelompok tertentu, yang seiring dengan perkembangan jaman, kebudayaan semakin berkembang dalam budaya populer (Ridwan, 2016). Budaya populer merupakan budaya massa yang dikonsumsi dan diproduksi secara massal yang dimasukkan ke dalam kategori kebudayaan komersial menurut Storey dalam (Wishandy, dkk., 2019) Budaya tersebut digemari oleh masyarakat serta menjadi trend di kalangan masyarakat. 

Adanya kebudayaan populer tersebut maka lahirlah musik K-Pop salah satunya boyband BTS. Dalam menyebarkan kebudayaan populer yang disebut sebagai K-Pop, dimana komunikasi massa juga memiliki peran penting. Komunikasi massa berasal dari kata mass of media communication atau media komunikasi massa. Komunikasi massa adalah komunikasi yang beraktivitas melalui media massa. Media massa saat ini memiliki peran dalam menyebarkan kebudayaan populer asal Korea Selatan yang disebut juga sebagai K-Pop, mengandalkan sebuah media baru yaitu media sosial (Nurudin, 2011).

Media baru terbentuk dan tercipta karena adanya kemajuan teknologi yang sangat pesat sehingga media baru atau new media sangat diperlukan di era modern seperti sekarang ini. Perkembangan saat ini memunculkan beberapa aplikasi media sosial yang dapat memudahkan masyarakat untuk mendapatkan informasi salah satunya adalah Instagram. Adanya Instagram dapat memunculkan berbagai bentuk akun – akun fanbase BTS yang memudahkan penggemar untuk bertukar informasi terkait idola serta berinteraksi dengan sesama penggemar seperti dapat melihat aktivitas idolanya, mendapatkan informasi terbaru terkait idolanya, dan jadwal lagu terbaru yang akan rilis. 

Instagram menjadi media baru yang biasanya digunakan oleh idola sebagai media untuk mempromosikan lagu – lagu dan mendapatkan sebuah popularitas. Melalui media sosial Instagram dapat membentuk interaksi antara budaya korea dan media yang mengantarkannya cenderung dapat membentuk sikap fanatisme dalam diri mereka. Fanatisme tersebut yang mendorong kelompok budaya penggemar untuk mempertahankan nilai – nilai budaya korea tetap hadir dan diterima di Indonesia khususnya melalui Instagram tersebut dengan adanya fans-club.

Fanatisme adalah sebuah landasan yang menjadikan Korean Wave digunakan sebagai arena untuk membentuk gaya hidup penggemarnya. Dapat dilihat dari bagaimana perspektif mereka dalam melihat dan menilai Korean Wave, ekspresi, antusiasme dalam menanggapi hal - hal yang berkaitan dengan Korean Wave, dan menceritakan kisah mereka menjadi seorang penggemar Korean Wave. Fanatisme yang dapat mendorong kelompok penggemar dalam mempertahankan nilai – nilai budaya korea tetap hadir dan dapat diterima di Indonesia melalui beberapa sosial media atau situs web. Fanatisme penggemar melalui media sosial yang terdapat pada umumnya dari seorang penggemar yang memiliki rasa cinta dan kagum terhadap sesuatu hal dengan sangat antusias. 

Dalam hal tersebut di dunia K-Pop, penggemar berperan dalam menentukan popularitas idola. Tanpa adanya dukungan dari penggemar yang setia maka perlahan – lahan ketenaran dari idola akan pudar dan bahkan karirnya sebagai idola di dunia industri musik K-Pop sendiri bisa terancam bubar jika peminatnya berkurang. BTS disini merupakan sebuah boyband yang memiliki peminat serta penggemar yang sangat banyak terutama di Indonesia.

BTS memiliki fandom yang dinamakan dengan bts. bighitens. Perlahan – lahan BTS pun sukses menarik hati penggemar dan membuat penggemar jatuh cinta berkat pertunjukkan oleh BTS itu sendiri. BTS semakin populer dan tenar di kalangan penggemar remaja di Indonesia karena lagu – lagunya. Sehingga, semakin populer BTS menyebabkan semakin meningkatnya rasa kecintaan serta kekaguman penggemar terhadap grup ini karena bukan dari segi musik saja, melainkan dari segi ketampanan maupun visualnya juga berhasil menggugah hati para penggemar. 

Tak heran jika memiliki wajah yang tampan dan kualitas musik yang baik para penggemar khususnya perempuan banyak sekali yang cinta dan kagum terhadap BTS. Itu merupakan penggemar yang memiliki rasa fanatisme Fanatisme adalah suatu fenomena yang sangat berperan penting dalam budaya populer dan di sosial masyarakat, hal ini karena budaya sekarang sangat berpengaruh besar terhadap individu dan hubungan yang terjadi di dalam diri individu yang telah melahirkan suatu keyakinan dan pemahaman berupa hubungan, kesetiaan, pengabdian, kecintaan, dan lain – lain (Wishandy, dkk., 2019).

Salah satu contoh fanatisme yang diutarakan mereka terhadap BTS melalui Instagram terdapat pada komentar dan caption yang diutarakan oleh (@infobts.ina2) dan (@bangtan.fact_indo). Terlihat jelas juga pada komentar – komentar yang dilontarkan oleh penggemar yang sangat antusias kepada BTS. Para penggemar juga memiliki sikap empati yang ditunjukkan terlihat dari contohnya yang tetap mendukung BTS di setiap komentar yang diberikan di Instagram milik akun BTS. 

Empati tersebut merupakan bentuk fanatisme yang terjadi antara hubungan penggemar dan idola. Kemudian bentuk lainnya adalah kesetiaan dan kecintaan penggemar yang diberikan melalui dukungan yang diberikan lewat media sosial BTS. Kemudian salah satu bentuk pengabdian yang dilakukan terlihat dari penggemar yang menunjukkan perilaku adiktif saat mereka tidak bisa hidup tanpa melihat foto, video, maupun informasi mengenai BTS di media sosial salah satunya Instagram. Fanatisme bisa dilihat melalui media sosial yang digunakan sebagai salah satu alat untuk melihat bagaimana bentuk – bentuk fanatisme fans. 

Media sosial yang dapat menunjukkan bentuk – bentuk kefanatikan fans adalah Instagram.  Hal tersebut dapat dilihat melalui postingan – postingan penggemar yang menunjukkan sikap empati terhadap perasaan yang dialami oleh idolanya. Sehingga dapat diketahui bahwa penggemar tersebut merupakan penggemar yang sangat mencintai idolanya. Hal tersebut juga tidak dapat dipungkiri adanya suatu sikap konformitas yang dilakukan oleh penggemar sebagai bentuk kegemarannya terhadap suatu idola korea yang terjadi di berbagai situs maupun sosial media seperti internet, Facebook, Instagram, YouTube, dan situs – situs lainnya.

Konformitas merupakan sebuah perilaku yang terjadi pada remaja penggemar Korean Wave yang dilakukan terhadap aspek fashion dan gaya hidup seperti mereka mencontoh cara berfashion budaya korea di mulai dari gaya rambut serta melakukan konformitas yang didasarkan pada sikap pemujaan terhadap sang artis yang begitu tinggi, sehingga mendapat bisikan agar cara berpakaian nya dan tindakan yang dilakukan seperti sang idola. Beberapa hal remaja yang tidak harus ikuti terkait tindakan konformitas tersebut yaitu berkaitan dengan keyakinan. Perilaku konformitas ini dapat terjadi karena ingin disukai oleh sesama penggemar Korean Wave, sehingga remaja berharap akan mendapatkan perlakukan yang positif dari teman – temannya karena sikap konformitas yang dilakukan maka, besar harapannya agar tidak mendapat ejekan maupun bully terhadap sesama penggemar Korean Wave.

Perilaku konformitas menjadi sebuah kebiasaan seiring perkembangannya, yang menjadi semakin dikuatkan agar remaja dapat diterima di lingkungan teman sebayanya maka, dapat menyebabkan terjadinya perilaku fanatisme sebagai penggemar Korean Wave khususnya BTS dan tidak hanya terlihat dari cara mereka menggemari idolanya saja, melainkan dalam bermedia sosial seperti yang dapat dilihat dari berbagai aktivitas yang telah dilakukannya disalah satu media sosial Instagram dan respon fan K-Pop dalam menyikapi beberapa informasi yang hoax dan negatif dari idola K-Pop. Konformitas yang dilakukan oleh penggemar BTS dilakukan terhadap aspek fashion dan gaya hidup. Penggemar BTS banyak yang mengidolakan ketujuh tokoh yang tergabung dalam grup tersebut. 

Namun hal itu juga tidak menyangkut dengan hal – hal yang bersifat keyakinan. Dapat dilihat dari cara mereka yang mencontoh cara berfashion grup BTS dan gaya rambutnya. Mereka melakukan konformitas berdasarkan atas sikap pemujaan terhadap sang artis yang begitu tinggi sehingga seolah – olah ada bisikan yang meminta agar mereka menggunakan cara berpakaian dan tindak – tanduk sesuai dengan sang idolanya. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa sikap konformitas yang disebabkan menimbulkan hasrat ingin disukai oleh sesama penggemar BTS itu sendiri dan penggemar K-Pop pada umumnya.

Menjadi hal yang sangat normatif atau keinginan untuk disukai, yang dalam artian memiliki rasa keinginan untuk diterima secara sosial oleh orang lain sebagai sesama penggemar BTS dan berharap mendapatkan perlakukan positif dari mereka. Permasalahan yang sering terjadi karena sikap konformitas terhadap salah salah satu idola Korean Wave BTS ini juga sering terjadi dari sikap penggemar yang selalu mendukung idolanya baik dari gaya berpakaian, model rambut, dan dukungan yang disampaikan di media sosial, seperti Instagram.

Hal diatas merupakan salah satu contoh sikap yang menunjukkan konformitas yang dilakukan oleh para penggemar BTS yang menunjukkan bahwa dirinya sangat mendukung idolanya dengan menyebutkan bahwa idolanya tersebut pasti banyak yang mengenal dan neneknya pun mengetahui siapa lagi kalau bukan idolanya itu sendiri. Sehingga hal tersebut yang memicu adanya konformitas dari para penggemar yang mengidolakan sampai menuai kan ujaran komentar yang mendukung hingga sampai hate comment yang terjadi di berbagai media sosial yang tidak sesuai dengan apa yang diminati akan idolanya terkait Korean Wave atau BTS ini, sehingga hal itulah yang dapat menyebabkan suatu konformitas.

Para penggemar yang sangat menggemari BTS ini akan melakukan konformitas agar tidak diejek atau terhindar dari bully terhadap sesama penggemar grup musik BTS. Hal tersebut juga menjadi sebuah penolakan, pelecehan, atau ejekan serta perilaku informasional yang memiliki arti sebagai perilaku orang lain yang selalu memberikan informasi bermanfaat kepada diri kita, sehingga menyebabkan terpengaruh serta percaya sepenuhnya terhadap informasi yang disampaikan tersebut. Konformitas yang terjadi dari para penggemar BTS yang berupaya mengakses Korean Wave khususnya terkait BTS ini melalui media sosial Instagram, mereka akan mencari media yang mereka anggap valid dan dapat dipercaya sebagai referensi. Hal tersebut dianggap sebagai istilah pengaruh informasional. Keinginan yang dimiliki seperti idola, sehingga dengan aktif untuk mengakses media yang dipercayai agar terhindar dari kekeliruan.

Korean Wave merupakan istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea secara global yang terjadi di berbagai negara di dunia yang tidak terkecuali di negara Indonesia. Fenomena Korea melanda generasi muda terutama remaja Indonesia yang pada umumnya menyenangi Korean Wave yang melahirkan konformitas dan fanatisme pada Korean Wave karena sikap dari remaja yang terkadang lebih mengagungkan budaya populer korea daripada budaya yang terdapat di dalam negeri. Maka hak tersebut menunjukkan bahwa budaya Pop Korea secara tidak disadari menyebabkan fenomena di kalangan para remaja.

Dampak yang ditimbulkan dari adanya perkembangan Korean Wave ini ada yang berdampak positif dan negatif. Dampak positif yang diakibatkan diantaranya, K-Pop menjadi inspirasi di dunia fashion, dapat mengetahui citra dirinya, bersosialisasi, dan mandiri dengan adanya dunia K-Pop sehingga menyebabkan remaja dapat bersikap lebih kreatif dalam mengembangkan potensi dirinya. Tidak hanya itu saja, mereka dapat memotivasi dirinya untuk memahami bahasa korea yang diperluas dengan tambahan bidang kuasa bahasa asing dan bermanfaat secara emosional yaitu membuat senang. Dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya sikap Korean Wave adalah timbul sikap fans yang berlebihan, memiliki sikap fanatisme, timbulnya sikap terhadap citra diri yang berlebihan, memiliki sikap konformitas, membuang waktu dan uang untuk hal yang sia – sia, kesehatan mata yang sering menatap ponsel, insomnia, serta mencontoh cara berpakaian yang dilakukan seperti idolanya contohnya bagi anak perempuan.


PENUTUP

SIMPULAN
Berkaitan dengan budaya Korean Wave ini diharapkan perhatian dari orang tua untuk mengawasi dan mengontrol anak remaja nya agar terhindar dari perilaku yang mengidolakan Korean Wave secara berlebihan, kemudian bagi remaja yang menggemari bisa diupayakan agar tidak berperilaku yang fanatik dan konformitas yang bersifat negatif seperti melakukan hal ekstrim kepada idola, tidak membuat komunitas yang menjadi ciri khas kegemaran yang sama serta menjadi perilaku fanatik dan konformitas hal yang positif  serta bijak dalam menggunakan sosial media khususnya Instagram dalam mengidolakan seseorang dan tidak berlebihan.

DAFTAR PUSTAKA


Agustani, A. (2022). Fanatisme Dan Konformitas Korean Wave Pada Remaja. Edu Consilium: Jurnal BK Pendidikan Islam, 3(1), 51 – 65. DOI: 10.19105/ec.v1i1.1808  [diakses 20 Juli 2022]
Jannah, M. (2017). Remaja Dan Tugas – Tugas Perkembangannya Dalam Islam. Psikoislamedia: Jurnal Psikologi, 1(1), 243-256. https://doi.org/10.22373/psikoislamedia.v1i1.1493 [diakses 20 Juli 2022]
Nastiti, A. D. (2010). Korean Wave” Di Indonesia: Antara Budaya Pop, Internet, Dan Fanatisme Pada Remaja. https://bit.ly/3Bo0KZl [diakses 20 Juli 2022]
Nurudin. (2011). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Raja Grafindo Persada. http://eprints.umm.ac.id/id/eprint/36268 [diakses 20 Juli 2022]
Putri, K. A., Amirudin, A., & Purnomo, M. H. (2019). Korean Wave dalam Fanatisme dan Konstruksi Gaya Hidup Generasi Z. Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra, 14(1), 125-135. https://ejournal.undip.ac.id/index.php/nusa/article/view/23834 [diakses 20 Juli 2022]
Tartila, P.  L.  (2013).  Fanatisme Fans Kpop Dalam Blog Netizenbuzz. Commonline, 2(3), 190–205. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/comm0920a22386full.pdf [diakses 20 Juli 2022]
Ridwan, Aang. (2016). Komunikasi Antarbudaya Mengubah Persepsi dan Sikap dalam Meningkatkan Kreativitas Manusia. Bandung: CV Pustaka Setia. http://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/39094 [diakses 20 Juli 2022]
Supangat. 2016. “Peagguanna Webqunl Uaiuk Peaeaiuna Ttagkni Keberguanna Pndn Webstie ﴾tduia Kasus Pada Teknik Sipil Untag nynbnrua﴿.” Konvergensi 11 ﴾01﴿: 49–60. (Juli 2022]
Widarti, W. (2016). Konformitas dan Fanatisme Remaja Kepada Korean Wave (Studi Kasus pada Komunitas Penggemar Grup Musik CN Blue). Jurnal Komunikasi, 7(2). https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom/article/view/1486 [diakses 20 Juli 2022]
Wishandy, W., Loisa, R., & Utami, L. S. S. (2019). Fanatisme Penggemar K-Pop Melalui Media Sosial (Studi pada Akun Instagram Fanbase Boyband iKON). Koneksi, 3(1), 133-140. https://journal.untar.ac.id/index.php/koneksi/article/view/6156/4216 [diakses 20 Juli 2022]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun